tag:blogger.com,1999:blog-27097530842470358242024-03-18T16:40:29.401+07:00ASAL USUL SEJARAHCari tahu segala hal yang belum kita tahu.
Selamat Membaca.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.comBlogger216125tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-12088785243717470742014-02-02T13:52:00.002+07:002014-02-04T14:36:11.710+07:00Asal Usul Sejarah Partai Gerakan Indonesia Raya ( GERINDRA )<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT7yBS78vSUV1rMk6vCJUyKAku-uViXoNtNIGChmENn3q4T0RdCy0yh-OWTWvZnpbilUHKC6nR00jSgpXeGM-P0aWXLd89s_DoNVUc9FPioH_7ifY_aN13y5HZuMXrT3lC2UhQ1X8gLYE/s1600/download+(3).jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT7yBS78vSUV1rMk6vCJUyKAku-uViXoNtNIGChmENn3q4T0RdCy0yh-OWTWvZnpbilUHKC6nR00jSgpXeGM-P0aWXLd89s_DoNVUc9FPioH_7ifY_aN13y5HZuMXrT3lC2UhQ1X8gLYE/s1600/download+(3).jpg&container=blogger&gadget=a&rewriteMime=image%2F*" /></a></div>
<br /><u><b>Asal Usul Sejarah Partai Gerakan Indonesia Raya ( GERINDRA )</b></u><br />Partai Gerakan Indonesia Raya, atau Partai GERINDRA, adalah sebuah partai politik di Indonesia yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir Suhardi M.Sc, seorang dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. <br />Partai GERINDRA berdiri pada tanggal 6 Februari 2008.<br /> Bermula dari Keprihatinan, Partai Gerindra lahir untuk mengangkat rakyat dari jerat kemelaratan, akibat permainan orang-orang yang tidak peduli pada kesejahteraan.<br />Dalam sebuah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara intelektual muda Fadli Zon dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo. <br />Ketika itu, November 2007, keduanya membahas politik terkini, yang jauh dari nilai-nilai demokrasi sesungguhnya. <br />Demokrasi sudah dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memiliki kapital besar. <br />Akibatnya, rakyat hanya jadi alat. <br />Bahkan, siapapun yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan politik akan dengan mudah jadi korban. <br />Kebetulan, salah satu korban itu adalah Hashim sendiri. <br />Dia diperkarakan ke pengadilan dengan tudingan mencuri benda-benda purbakala dari Museum radya Pustaka, Solo, Jawa tengah. <br /> “Padahal Pak Hashim ingin melestarikan benda-benda cagar budaya,“ kata Fadli mengenang peristiwa itu. <br />Bila keadaan ini dibiarkan, negara hanya akan diperintah oleh para mafia. <br />Fadli Zon lalu mengutip kata-kata politisi inggris abad kedelapan belas, <br />Edmund Burke: “The only thing necessary for the triumph [of evil] is for good men to do nothing.” <br />Dalam terjemahan bebasnya, “kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka para penjahat yang akan bertindak.“ <br />terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Hashim pun setuju bila ada sebuah partai baru yang memberikan haluan baru dan harapan baru. <br /><br />Tujuannya tidak lain, agar negara ini bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja. <br />Sementara kondisi yang sedang berjalan, justru memaksakan demokrasi di tengah himpitan kemiskinan, yang hanya berujung pada kekacauan.<br />Gagasan pendirian partai pun kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo. Rupanya, tidak semua setuju. <br /><br />Ada pula yang menolak, dengan alasan bila ingin ikut terlibat dalam proses politik sebaiknya ikut saja pada partai politik yang ada. Kebetulan, Prabowo adalah anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum. Namun, ketika itu Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?” kata Fadli.<br /><br />Setelah perdebatan cukup panjang dan alot, akhirnya disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat. Untuk mematangkan konsep partai, pada Desember 2007, di sebuah rumah, yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir, berkumpulah sejumlah nama. Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi dan Haris Bobihoe. Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk. “Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang Fadli. Karena padatnya jadwal pembuatan AD/ART , akhirnya fisik Fadli ambruk juga. Lelaki yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di IPS ini harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu.<br /><br />Fadli tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan partai baru ini. Bahkan dia merasa pesimistis bahwa gagasan pembentukan partai baru itu akan terus berlanjut. Namun diluar dugaan, ketika Hashim datang menjenguk di rumah sakit, Hashim tetap antusias pada gagasan awal untuk mendirikan partai politik. Akhirnya, pembentukan partai pun terus dilakukan secara maraton. Hingga akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan oleh Hashim sendiri. Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas oleh Prabowo Subianto.<br /><br />Pembentukan Partai Gerindra terbilang mendesak. Sebab dideklarasikan berdekatan dengan waktu pendaftaran dan masa kampanye pemilihan umum, yakni pada 6 Februari 2008. Dalam deklarasi itu, termaktub visi, misi dan manifesto perjuangan partai, yakni terwujudnya tatanan masyarakat indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan yang berlandaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945.<br /><br />Budaya bangsa dan wawasan kebangsaan harus menjadi modal utama untuk mengeratkan persatuan dan kesatuan. Sehingga perbedaan di antara kita justru menjadi rahmat dan menjadi kekuatan bangsa indonesia. Namun demikian mayoritas rakyat masih berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tidak mampu merumuskan dan melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat mayoritas bangsa indonesia dari kemelaratan. Bahkan dalam upaya membangun bangsa, kita terjebak dalam sistem ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar telah memporak-porandakan perekonomian bangsa, yang menyebabkan situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat dan bangsa. Hal itu berakibat menggelembungnya jumlah rakyat yang miskin dan menganggur. Pada situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa indonesia ini kecuali harus menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.<br /><br />Nah, Partai Gerindra terpanggil untuk memberikan pengabdiannya bagi bangsa dan negara dan bertekad memperjuangkan kemakmuran dan keadilan di segala bidang.<br /><br />KISAH GERINDRA DAN KEPALA GARUDA<br /><br />Memberi nama partai politik gampang-gampang susah. Karena nama partai berkaitan dengan persepsi yang akan diingat oleh masyarakat selaku konstituen. Sebelum nama Gerindra muncul, para pendiri partai ini seperti Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon dan Muchdi Pr juga harus memikirkan nama yang tepat. Ketika itu di Bangkok, Thailand, mereka berkumpul untuk acara Sea Games Desember 2007, demi mendukung tim indonesia, terutama polo dan pencak silat yang berhasil lolos untuk dipertandingkan di sana.<br /><br />Kebetulan Prabowo adalah ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia). Namun ajang kumpul-kumpul tersebut kemudian dimanfaatkan untuk membahas nama dan lambang partai. Nama partai harus memperlihatkan karakter dan ideologi yang nasio-nalis dan kerakyatan sebagaimana manifesto Gerindra. tersebutlah nama “Partai Indonesia Raya”. Nama yang sebenarnya tepat, namun sayang pernah digunakan di masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. “Kalau begitu pakai kata GERAKAN, jadi Gerakan Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh semangat. Peserta rapat pun kemudian menyetujuinya. Selain gampang diucapkan, juga mudah diingat: Gerindra, begitu bila disingkat. Nah, setelah persoalan nama selesai, tinggal soal lambang. Lambang apa yang layak digunakan?<br /><br />Muncul ide untuk menggunakan burung garuda. Namun, ini lambang yang sudah banyak digunakan partai lain. apalagi simbol Pancasila yang tergantung di dada garuda, mulai dari bintang, padi kapas, rantai, sampai kepala banteng dan pohon beringin, sudah digunakan oleh partai yang ada sekarang. Untuk menemukan lambang yang tepat, Fadli Zon mengadakan survei kecil-kecilan.<br /><br />Hasilnya, sebagian masyarakat justru menyukai bila Gerindra menggunakan lambang harimau. Harimau adalah binatang yang sangat perkasa dan menggetarkan lawan bila mengaum. Namun, Prabowo memiliki ide lain, yakni kepala burung garuda, ya hanya kepalanya saja. Gagasan itu disampaikan oleh Prabowo sendiri, yang juga disetujui oleh pendiri partai yang lain.<br /><br />Maka jadilah Partai Gerindra yang kita kenal sekarang. Perpaduan antara nama dan lambang yang tepat, sebab keduanya menggambarkan semangat kemandirian, keberanian dan kemakmuran rakyat. Kepala burung garuda yang menghadap ke kanan, melambangkan keberanian dalam bersikap dan bertindak. Sisik di leher berjumlah 17, jengger dan jambul 8 buah, bulu telinga 4 buah, dan bingkai gambar segi lima yang seluruhnya mengandung arti hari kemerdekaan, 17-8-1945. Dalam perjalanannya kemudian, terbukti, Gerindra mendapatkan tempat di hati masyarakat, meski berusia muda. Ketika iklan kampanye gencar dilakukan, burung garuda dan suaranya ikut memberi latar belakang sehingga para penonton merasa tergugah dengan iklan tersebut.<br /><br />JATI DIRI PARTAI GERINDRA :<br /><br />Berdasarkan dokumen Manifesto Partai GERINDRA. jati diri Partai GERINDRA adalah: <br />Kebangsaan (nasionalisme). Partai GERINDRA adalah partai yang berwawasan kebangsaan yang berpegang teguh pada karakter nasionalisme yang kuat, tangguh, dan mandiri. Wawasan kebangsaan ini menjadi jiwa dalam mewujudkan segala aspek kehidupan bernegara yang sejahtera, jaya dan sentosa . <br />Kerakyatan. Partai GERINDRA adalah partai yang dibentuk dari, oleh, dan untuk rakyat sebagai pemilik kedaulatan yang sah atas Republik Indonesia. Keberpihakan pada kepentingan rakyat merupakan sebuah keniscayaan dalam arti semua pihak yakin untuk mewujudkan secara optimal hak-hak seluruh rakyat dalam segala aspek kehidupannya utamanya di bidang kehidupan politiknya terlebih lagi kehidupan kegiatan ekonominya. <br />Religius. Partai GERINDRA adalah partai yang memegang teguh nilai‐nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan masing‐ masing. Nilai‐nilai religius senantiasa menjadi landasan bagi setiap jajaran pengurus, anggota, dan kader Partai Gerindra dalam bersikap dan bertindak. <br />Keadilan Sosial. Partai GERINDRA adalah partai yang mencita‐citakan suatu tatanan masyarakat yang berkeadilan sosial, yakni masyarakat yang adil secara ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan kesetaraan gender. Keadilan sosial harus didasari atas persamaan hak, pemerataan, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. <br /><br />IKRAR KADER PARTAI GERINDRA<br /> <br />Siap sedia melanjutkan perjuangan pendiri bangsa, untuk mewujudkan cita cita Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 <br />Siap sedia membela Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang Undang dasar 1945 <br />Siap sedia membela kepentingan rakyat Indonesia, diatas kepentingan pribadi maupun golongan <br />Senantiasa setia kepada cita cita luhur partai <br />Tunduk dan patuh kepada ideologi dan disiplin partai, serta menjaga kehormatan, martabat, dan kekompakan partai <br /><br />SAYAP PARTAI GERINDRA :<br /><br />Berikut ini adalah daftar lengkap organisasi sayap Partai Gerindra saat ini: <br />Gerakan Rakyat Dukung Prabowo (Gardu Prabowo) <br />Tunas Indonesia Raya (TIDAR) <br />Perempuan Indonesia Raya (PIRA) <br />Kristen Indonesia Raya (KIRA) <br />Gerakan Muslim Indonesia Raya (GEMIRA) <br />Sentral Gerakan Buruh Indonesia Raya (SEGARA) <br />Persatuan Tionghoa Indonesia Raya (PETIR) <br />Satuan Relawan Indonesia Raya (SATRIA) <br />Kesehatan Indonesia Raya (KESIRA) <br />Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara (GEMA SADHANA) <br />Barisan Garuda Muda (BGM) <br />[[ GARUDA MUDA INDONESIA] (GMI) <br /><br />PROFIL PARTAI GERINDRA<br />Berdiri : 6 Februari 2008<br />Ketua : Prof. Dr. Ir. Suhardi, M.Sc<br />Alamat : Jl. Harsono RM no. 54, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12160. <br />Phone : (021) 7892377, 7801396.<br />Fax : (021) 7819712.<br /><br />Email : Email. badankomunikasi@partaigerindra.or.id<br /><br /><br />Website resmi : <a href="http://partaigerindra.or.id/">GERINDRA</a> <br /><br /><br />Diambil Dari Website Resmi Gerindra dan Wikipedia Indonesia
<!-- Blogger automated replacement: "https://images-blogger-opensocial.googleusercontent.com/gadgets/proxy?url=http%3A%2F%2F4.bp.blogspot.com%2F-YNs1XTglBGo%2FUu3rJXzhkRI%2FAAAAAAAABC8%2F7JyzJFSvXoY%2Fs1600%2Fdownload%2B" with "https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT7yBS78vSUV1rMk6vCJUyKAku-uViXoNtNIGChmENn3q4T0RdCy0yh-OWTWvZnpbilUHKC6nR00jSgpXeGM-P0aWXLd89s_DoNVUc9FPioH_7ifY_aN13y5HZuMXrT3lC2UhQ1X8gLYE/s1600/download+" -->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com268tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-54160930679696305422014-02-02T13:34:00.003+07:002014-02-04T14:38:17.848+07:00Asal Usul Sejarah Partai Persatuan Pembangunan ( PPP )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7PzF-kt_CRJSHNuXoPe-cl0FO-bMXHoK43DGmophSMz52sU6Ak22i8UwcdlSK2Ty2ycuhCvwAI9nSUacLGBorsdMDAEQZ8HLk10ZRoFTKASN-7mog4OPwf1wQY_xhyAOqa4uAL2wS3WQ/s1600/download+(2).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7PzF-kt_CRJSHNuXoPe-cl0FO-bMXHoK43DGmophSMz52sU6Ak22i8UwcdlSK2Ty2ycuhCvwAI9nSUacLGBorsdMDAEQZ8HLk10ZRoFTKASN-7mog4OPwf1wQY_xhyAOqa4uAL2wS3WQ/s1600/download+(2).jpg" /></a></div>
<br /><u><b>Asal Usul Sejarah Partai Persatuan Pembangunan ( PPP )</b></u><br />Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari 1973, sebagai hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti. <br />Fusi ini menjadi simbol kekuatan PPP, yaitu partai yang mampu mempersatukan berbagai faksi dan kelompok dalam Islam. <br />Untuk itulah wajar jika PPP kini memproklamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam.”<br /><br />PPP didirikan oleh lima deklarator yang merupakan pimpinan empat Partai Islam peserta Pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok persatuan pembangunan, semacam fraksi empat partai Islam di DPR. <br />Para deklarator itu adalah;<br />* KH Idham Chalid, Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama;<br />* H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (Parmusi);<br />* Haji Anwar Tjokroaminoto, Ketua Umum PSII;<br />* Haji Rusli Halil, Ketua Umum Partai Islam Perti; dan<br />* Haji Mayskur, Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR. <br /><br /> PPP berasaskan Islam dan berlambangkan Ka'bah. <br />Akan tetapi dalam perjalanannya, akibat tekanan politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan sistem politik dan peratururan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984. <br />Pada Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan lambang partai berupa bintang dalam segi lima. <br />Setelah tumbangnya Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998 dan dia digantikan oleh Wakil Presiden B.J.Habibie, PPP kembali menggunakan asas Islam dan lambang Ka'bah. <br />Secara resmi hal itu dilakukan melalui Muktamar IV akhir tahun 1998. <br /><br />Walau PPP kembali menjadikan Islam sebagai asas, PPP tetap berkomitemen untuk mendukung keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila. <br />Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 AD PPP yang ditetapkan dalam Muktamar VII Bandung 2011 bahwa: “Tujuan PPP adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala.”<br /><br /> Ketua Umum DPP PPP yang pertama adalah H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH yang menjabat sejak tanggal 5 Januari 1973 sampai tahun 1978. <br />Selain jabatan Ketua Umum pada awal berdirinya PPP juga mengenal presidium partai yang terdiri dari KH.Idham Chalid sebagai Presiden Partai, H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Drs.H.Th.M.Gobel, Haji Rusli Halil dan Haji Masykur, masing-masing sebagai Wakil Presiden.<br /><br /> Ketua Umum DPP PPP yang kedua adalah H. Jailani Naro, SH. <br />Dia menjabat dua periode. Pertama tahun 1978 ketika H.Mohammad Syafaat Mintaredja mengundurkan diri sampai diselenggarakannya Muktamar I PPP tahun 1984. <br />Dalam Muktamar I itu Naro terpilih lagi menjadi Ketua Umum DPP PPP.<br /><br /> Ketua Umum DPP PPP yang ketiga adalah H. Ismail Hasan Metareum, SH, yang menjabat sejak terpilih dalam Muktamar II PPP tahun 1989 dan kemudian terpilih kembali dalam Muktamar III tahun 1994.<br /><br /> Ketua Umum DPP PPP yang keempat adalah H. Hamzah Haz yang terpilih dalam Muktamar IV tahun 1998 dan kemudian terpilih kembali dalam Muktamar V tahun 2003. Hasil Muktamar V tahun 2003 juga menetapkan jabatan Wakil Ketua Umum Pimpinan Harian Pusat DPP PPP, yang dipercayakan muktamar kepada mantan Sekjen DPP PPP, H. Alimawarwan Hanan,SH.<br /><br /> Ketua Umum DPP PPP yang kelima adalah H. Suryadharma Ali yang terpilih dalam Muktamar VI tahun 2007 dengan Sekretaris Jenderal H. Irgan Chairul Mahfiz sedangkan Wakil Ketua Umum dipercayakan oleh muktamar kepada Drs. HA. Chozin Chumaidy. H. Suryadharma Ali kemudian terpilih kembali menjadi Ketua Umum untuk Masa Bakti 2011-2015 melalui Muktamar VII PPP 2011 di Bandung.<br /><br /> <br /> Diambil dari Website Resmi Partai <a href="http://ppp.or.id/">PPP</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-63285756274269816462014-02-02T13:27:00.001+07:002014-02-04T14:39:52.948+07:00Asal Usul Sejarah Partai Bulan Bintang ( PBB )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiruA_cqDGmoBeDRp-3vUMP8zjruhr7TTKPzRQ3cDnszT9Kzguq9kfMSbLm-BOD2n40W6yeDqIu6z5CyZlnHobqVYaYeL8SIPf2TXBlc1wcf4aLipjqdUnnegxsyVRwuDi2y-3M9Zvkw/s1600/download+(1).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiruA_cqDGmoBeDRp-3vUMP8zjruhr7TTKPzRQ3cDnszT9Kzguq9kfMSbLm-BOD2n40W6yeDqIu6z5CyZlnHobqVYaYeL8SIPf2TXBlc1wcf4aLipjqdUnnegxsyVRwuDi2y-3M9Zvkw/s1600/download+(1).jpg" /></a></div>
<br /><u><b>Asal Usul Sejarah Partai Bulan Bintang ( PBB )</b></u><br />Partai Bulan Bintang (PBB) adalah sebuah partai politik Indonesia yang berasaskan Islam berdiri pada tanggal 17 Juli 1998 di Jakarta dan dideklarasikan pada hari Jumat tanggal 26 Juli 1998 di halaman Masjid Al-Azhar Kemayoran Baru Jakarta.<br /><br />Partai Bulan Bintang didirikan dan didukung oleh ormas-ormas Islam tingkat Nasional yaitu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Badan Koordinasi dan Silaturahmi Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI), Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI), Forum Silaturahmi Ulama, Habaib dan Tokoh Masyarakat (FSUHTM), Persatuan Islam (PERSIS), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Umat Islam (PUI), Perti, Al-Irsyad, Komite untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Persatuan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), Lembaga Hikmah, Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Islam (GPI), KB-PII, KB-GPI, Hidayatullah, Asyafiiyah, Badan Koordinasi Pemuda & Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (Bakomubin),Wanita Islam, Ikatan Keluarga Masjid Indonesia (IKMI), Ittihadul Mubalighin, Forum Antar Kampus dan Lembaga Penelitian Pengkajian Islam (LPPI). Berbagai ormas ini bergabung didalam Badan Koordinasi Umat Islam (BKUI) yang didirikan pada tanggal 12 Mei 1998. BKUI merupakan pelanjut dari Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1989 oleh Pemimpin Partai Masyumi yaitu DR.H. Mohammad Natsir, Prof.DR.HM. Rasyidi, KH. Maskur, KH. Rusli Abdul Wahid, KH. Noer Ali, DR. Anwar Harjono, H. Yunan Nasution, KH. Hasan Basri dan lain-lain.<br /><br />Pada awal berdirinya PBB diketuai oleh Prof.DR. Yusril Ihza Mahendra, SH,MSc tokoh reformasi yang menjadi arsitek berhentinya Soeharto dari jabatan Presiden RI ketika reformasi bergulir dan juga sebagai tokoh yang mempelopori Amandemen Konstitusi Pasca reformasi ditengah tuntutan Federalisme dari berbagai tokoh reformasi ketika itu dan pernah pula menjadi Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia dan Menteri Sekretaris Negara.<br /><br />Sedangkan DR. H.MS. Kaban diangkat sebagai Sekretaris Jendral, tokoh HMI yang sangat disegani dan pernah menjabat sebagai Menteri Kehutanan yang juga dikenal tanpa kompromi dengan para cukong kayu dan perambah hutan Indonesia.<br /><br />Berikutnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malem_Sambat_Kaban">MS Kaban</a> dipilih sebagai Ketua Umum PBB pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1_Mei">1 Mei</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/2005">2005</a> dan Drs.H. Sahar L. Hasan sebagai Sekjen. Sejak Muktamar ke-3, April 2010, di Medan partai ini telah menetapkan kembali DR.H.MS Kaban sebagai Ketua Umum dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., M.Sc. sebagai Ketua Majelis Syuro dan BM Wibowo,SE., MM., mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Massa Islam Hidayatullah, sebagai Sekretaris Jenderal.<br /><br />Partai Bulan Bintang sejak reformasi telah menjadi peserta pemilu dan telah mengikuti Pemilu tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilu_1999">1999</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilu_2004">2004</a> dan Pemilu tahun 2009. Pada Pemilu tahun 1999, Partai Bulan Bintang mempu meraih 2.050.000 suara atau sekitar 2% dan meraih 13 kursi DPR RI. Sementara pada Pemilu 2004 memenangkan suara sebesar 2.970.487 pemilih (2,62%) dan mendapatkan 11 kursi di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/DPR">DPR</a>.<br /><br />Dalam Pemilihan Umum Anggota Legislatif 2009, PBB memeroleh suara sekitar 1,8 juta yang setara dengan 1,7% dan dengan system parliamentary threshold 2,5% sehingga berakibat hilangnya wakil PBB di DPR RI, meski di beberapa daerah pemilihan beberapa calon anggota DPR RI yang diajukan mendapatkan dukungan suara rakyat dan memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai Anggota DPR RI. Namun PBB masih memiliki sekitar 400 Anggota DPRD baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.<br /><br />Visi<br />Terwujudnya kehidupan masyarakat Indonesia yang Islami<br /><br />Misi<br />Membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri berkepribadian tinggi, cerdas, berkeadilan, demokratis dan turut menciptakan perdamaian dunia berdasarkan nilai-nilai Islam.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Diambil dari Website Resmi Partai <a href="http://bulan-bintang.org/">Bulan Bintang</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-11701445983428902752014-02-02T13:22:00.002+07:002014-02-04T14:41:51.875+07:00Asal Usul Sejarah Partai Demokrat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLHX5KvOSiVSBTQPo2Mlpztur4aabCWxbTh9LJfGt4RSxaUBYtH1zkqC7AWm9soPXO87XwG-SNsGsZdviG409yAAyxyB7xdo0QQUUiMnHCu6-9e6qKXqvJXfCdNmprJ2_MoXS59wlPUAE/s1600/Kumpulan+Sejarah-Sejarah+Berdiri+Partai+Demokrat.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLHX5KvOSiVSBTQPo2Mlpztur4aabCWxbTh9LJfGt4RSxaUBYtH1zkqC7AWm9soPXO87XwG-SNsGsZdviG409yAAyxyB7xdo0QQUUiMnHCu6-9e6qKXqvJXfCdNmprJ2_MoXS59wlPUAE/s1600/Kumpulan+Sejarah-Sejarah+Berdiri+Partai+Demokrat.gif" height="213" width="320" /></a></div>
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai Demokrat</b></u><br />Partai Demokrat adalah sebuah partai politik Indonesia. Partai ini didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003.<br /><br />PEMBENTUKAN DAN BERDIRINYA PARTAI DEMOKRAT<br />Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.<br /><br />Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya disebut SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah beberapa orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh saudara Vence Rumangkang. Juga terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan SBY menjadi Presiden, antara lain : Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence Rumangkang, (2). Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4). Adhiyaksa Dault, SH, (5).Baharuddin Tonti, (6). Shirato Syafei. Di lingkungan kantor Menkopolkampun diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.<br /><br />Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu oleh saudara Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA.; (3) Drs. A. Yani Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS. Disamping nama-nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh Bapak SBY.<br /><br />Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (limapuluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilanpuluh sembilan) orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara Vence Rumangkang. Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence Rumangkang.<br /><br />Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai Demokrat. Dalam laporannya, saudara Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada tanggal 10 September 2001.<br /><br />PENGESAHAN PARTAI DEMOKRAT<br />Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.<br /><br />Sejalan dengan deklarasi berdirinya Partai Demokrat, sebagai perangkat organisasi dibuatlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Sebagai langkah awal maka pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama sebagai peraturan sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan revisi sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai Persyaratan berdirinya Partai Demokrat. Sejak pendaftaran tersebut, AD/ART Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada perubahan oleh forum Kongres ini.<br /><br /><br /><br />Diambil dari Website Resmi Partai <a href="http://www.demokrat.or.id/">Demokrat</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-8083251299364612102014-02-02T13:18:00.001+07:002014-02-04T14:43:26.002+07:00Asal Usul Sejarah Partai Keadilan Sejahtera ( PKS )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWHUpp4_h2miQhEwgXBVsfEN348BY1wZLl3xTfOeB4nR6JNIfvnYqnvtPP1q63wlfVYroR_S1T5bH92iZ2_jekuSURXIqkbwPnaGYJWQrMwXUyO6THccyn3SQkmqgxN1QKjzDi08gV7SM/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWHUpp4_h2miQhEwgXBVsfEN348BY1wZLl3xTfOeB4nR6JNIfvnYqnvtPP1q63wlfVYroR_S1T5bH92iZ2_jekuSURXIqkbwPnaGYJWQrMwXUyO6THccyn3SQkmqgxN1QKjzDi08gV7SM/s1600/download.jpg" /></a></div>
<b><u>Asal Usul Sejarah Partai Keadilan Sejahtera ( PKS )</u></b><br />Pada 20 Juli 1998 PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il.<br /><br />Pada 20 Oktober 1999 PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk Nurmahmudi Isma'il (saat itu presiden partai) sebagai calon menteri. Nurmahmudi kemudian mengundurkan diri sebagai presiden partai dan digantikan oleh Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei 2000. Pada 3 Agustus 2000 Delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara sarasehan dan silaturahmi partai-partai Islam di Masjid Al-Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.<br /><br />Akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya batas minimum keikut sertaan parpol pada pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua persen, maka PK harus merubah namanya untuk dapat ikut kembali di Pemilu berikutnya. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).<br /><br />Setelah Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat) kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiringterpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2005-2010. Seperti Nurmahmudi Isma'il dan Hidayat Nur Wahid disaat Tifatul Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia ke 6 sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai pjs Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015.<br /><br /><br /><br />Diambil dari Websiter Resmi <a href="http://www.pks.or.id/">PKS</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-46653262948972044172014-02-02T13:07:00.001+07:002014-02-02T13:07:51.730+07:00Asal Usul Sejarah Partai Demokrasi Indonesia ( PDI ) dan Parta Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDI - P )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkbPRd7nKn4ZS_3Vq7G5ZG3zeXEwYzV-Vkcioyyspgcg7Sraj-_j1n9tNgvPGNNu0Xl96DQelSbfeIDJxqjUsQu04h-vTmklmlmHUAx01Jpd8NjmzipvGqarNvUQagccmxfR6JDCSxkDE/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkbPRd7nKn4ZS_3Vq7G5ZG3zeXEwYzV-Vkcioyyspgcg7Sraj-_j1n9tNgvPGNNu0Xl96DQelSbfeIDJxqjUsQu04h-vTmklmlmHUAx01Jpd8NjmzipvGqarNvUQagccmxfR6JDCSxkDE/s1600/images.jpg" /></a></div>
<b><u><br /></u></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixoBVC4P_-gINcF6D_fiz2y7J7FY9rUjABoHDBCZsmboZi_d2MtHUiluWaE0U_fjM2Uf1ZnCoynU7rx__PkxOgHyhgFy_BIeiEjHE24c8kzyEnvuVXJw6Dsu4y-GUz4Fs1KNPtaTiLNYc/s1600/Lambang_PDI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixoBVC4P_-gINcF6D_fiz2y7J7FY9rUjABoHDBCZsmboZi_d2MtHUiluWaE0U_fjM2Uf1ZnCoynU7rx__PkxOgHyhgFy_BIeiEjHE24c8kzyEnvuVXJw6Dsu4y-GUz4Fs1KNPtaTiLNYc/s1600/Lambang_PDI.jpg" /></a></div>
<b><u>Asal Usul Sejarah Partai Demokrasi Indonesia ( PDI ) & Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDI-P)</u></b><br />
<br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Bahwa PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde lama. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Partai Demokrasi Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik. Kelima partai politik tersebut yaitu :</span><br />
<br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">1. Partai Nasional Indonesia (PNI)</span><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">PNI didirikan Bung Karno tanggal 4 Juli 1927 di Bandung. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Dengan mengusung nilai-nilai dan semangat nasionalisme, PNI kemudian berkembang pesat dalam waktu singkat. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Karena dianggap berbahaya oleh penguasa kolonial, tanggal 29 Desember 1929 semua kantor dan rumah pimpinan PNI digeledah. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Bung Karno, Maskun, Supriadinata dan gatot mangkupraja ditangkap. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Berdasarkan keputusan yang ditetapkan Raad van Justitie tanggal 17 April 1931, mereka dipidana penjara. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Keputusan ini diartikan mencap PNI sebagai suatu organisasi yang terlarang. </span><br />
<br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Setelah tanggal 3 November 1945 keluar Maklumat Pemerintah tentang pembentukan Partai Politik. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Dengan landasan tersebut, tanggal 29 Januari 1946 di Kediri PNI dibentuk oleh partai-partai yang tergabung dalam Serikat Rakyat Indonesia atau di kenal dengan Serrindo pada waktu itu, PNI Pati, PNI Madiun, PNI Palembang, PNI Sulawesi, kemudian Partai Republik Indonesia Madiun, Partai Kedaulatan Rakyat Yogya, dan ada beberapa lagi partai kecil lainnya yang berada di Kediri. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Fusi ini terjadi ketika ada Konggres Serrindo yang pertama di Kediri. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Dalam Kongres tersebut PNI dinyatakan memiliki ciri Sosio-Nasionalisne-Demokrasi yang merupakan asas dan cara perjuangan yang dicetuskan Bung Karno untuk menghilangkan kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pengunaan asas ini diasosiasikan sebagai "kebangkitan kembali PNI 1927" yang pernah didirikan Bung Karno.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ideologi partai ini menggunakan apa yang dikembangkan oleh Bung Karno yaitu Marhaenisme, sebuah istilah yang di bangun atau dipakai oleh beliau ketika beliau melakukan kunjungan ke salah satu daerah di Jawa Barat dan bertemu dengan seorang petani yang namanya Marhaen.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">PNI merupakan partai pemenang pemilu nomor satu dalam pemilu tahun 1955 dengan komposisi suara kurang lebih 22,3%. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Basis sosial dari partai ini pertama-tama adalah masyarakat abangan di Jawa. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kekuatan mobilisasi terletak pada penguasaan atas birokrasi dan yang kedua adalah para pamong praja, lurah dan para kepala desa. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ini menjelaskan kenapa Golkar mengambil alih itu, PNI ambruk secara total. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketika dukungan cukup merata menyebar di seluruh Indonesia, ketika di beberapa propinsi yang sangat terbatas seperti di Aceh, Sumatra Barat, dimana pendukung PNI itu jumlahnya kurang dari 0,7%. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Di kawasan Jawa di bagian sebelah utara Bandung PNI tidak pernah mendapatkan basis dukungan yang kuat. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Itu merupakan daerah Islam atau daerah Masyumi. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Di Bandung daerah selatan itu merupakan kantong utama. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Jawa Tengah adalah kantong-kantong utama, dan kontestan yang paling serius itu datang dari Partai Komunis Indonesia yang berada di beberapa daerah segitiga seperti Jelanggur dan seterusnya. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Blitar bagian selatan dan sebagainya.</span><br />
<br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">2. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)</span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Parkindo adalah partai yang didirikan karena ada maklumat pada waktu itu, ia baru berdiri tahun 1945 tepatnya pada tanggal 18 November 1945 yang diketuai Ds Probowinoto. </span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Parkindo merupakan penggabungan dari partai-partai Kristen lokal seperti PARKI (Partai Kristen Indonesia) di Sumut, PKN (Partai Kristen Nasional) di Jakarta dan PPM (Partai Politik Masehi) di Pematang Siantar.</span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;"><br /></span>
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">3. Partai Katolik</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Partai Katolik lahir kembali pada tanggal 12 Desember 1945 dengan nama PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia) merupakan kelanjutan dari atau sempalan dari Katolik Jawi, yang dulunya bergabung dengan partai Katolik. Sebenarnya partai ini pada tahun 1917-an itu sudah ada. Partai ini berdiri pada tahun 1923 di Yogyakarta yang didirikan oleh umat Katolik Jawa yang diketuai oleh F.S. Harijadi kemudian diganti oleh I.J. Kasimo dengan nama Pakepalan Politik Katolik Djawi (PPKD). Pada Pemilu 1971 Partai Katolik meraih 606.740 suara (1,11%) sehingga di DPR mendapat 3 kursi.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">4. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">IPKI atau Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia adalah partai yang didirikan terutama oleh tentara. IPKI sejak lahirnya mencanangkan Pancasila, semangat proklamasi dan UUD 1945 sebagai cirnya. Tokoh dibalik pendirian IPKI adalah AH. Nasution, Kol Gatot Subroto dan Kol Azis Saleh. Kelahirannya didasari oleh UU No. 7 tahun 1953 tentang Pemilu 1955. Dalam pemilu itu anggota ABRI aktif dapat dipilih melalui pemilu dan duduk di Konstituante.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">IPKI didirikan pada tanggal 20 Mei 1954 kurang lebih satu tahun sebelum pemilu tahun 1955 yang berlangsung bulan September. Waktu itu, Jenderal Besar Nasution yang berpangkat kolonel, terlibat pada peristiwa yang sangat terkenal yaitu peristiwa 27 Oktober.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Peristiwa 27 Oktober ini adalah sebuah peristiwa dimana tentara melakukan upaya untuk memaksa Bung Karno membubarkan parlemen. Mereka datang ke istana, gerombolan tentara yang sangat banyak dengan tank, meriam diarahkan ke depan istana, dan meminta kepada Bung Karno untuk membubarkan parlemen, karena parlemen dianggap telah mengintervensi persoalan internal tentara. Nasution dipanggil, usianya baru 33 tahun dan disuruh kembali untuk memikirkan tindakannya, di copot jabatannya, antara Oktober 1952 sampai nantinya dia dikembalikan pada jabatannya pada tahun 1955. Selama tiga tahunan itu Nasution berfikir sangat serius. Bung Karno tidak bisa dilawan. Diantara tahun-tahun inilah Nasution kemudian mendirikan IPKI.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Dalam pertemuan sangat tertutup antara wakil IPKI dengan Soeharto pada tahun 1971. Dua tokoh IPKI yang besar atau salah satu tokoh IPKI yang besar, mantan Bupati Madiun, Achmad Sukarmadidjaja almarhum, mengatakan bahwa IPKI tidak mungkin hidup di dalam gerombolan partai-partai yang punya ideologi aneh-aneh dan ingin bergabung dengan golongan karya atau menjadi partai sendiri.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kedekatan dengan Golkar, menjelang Deklarasi PDI 1973 IPKI pernah berpikir untuk bergabung ke Golkar. Tanggal 12 Maret 1970 Presiden Soeharto memberi jawaban atas permintaan Achmad Sukarmadidjaja bahwa IPKI bisa bergabung ke Golkar dengan syarat harus membubarkan diri lebih dahulu. IPKI cukup spesifik dan memiliki dukungan yang konkrit menurut pemilu 1955 kecuali sedikit di Jawa Barat, demikian juga dengan Murba. Hanya memiliki dukungan yang sangat sedikit di Jawa Barat kurang lebih 290.000-an orang. Pada Pemilu 1971 IPKI hanya mampu memperoleh 388.403 (0,62 %) sehingga tidak mendapat satupun kursi di DPR.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">5. Murba</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Murba didirikan pada tanggal 7 November 1948 setelah Tan Malaka keluar dari penjara. Murba adalah gabungan Partai Rakyat, Partai Rakyat Jelata dan Partai Indonesia Buruh Merdeka.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Menurut data Kementrian Penerangan RI tentang "Kepartaian di Indonesia" seri Pepora No. 8, Jakarta, 1981, istilah Murba mengacu pada pengertian "golongan rakyat yang terbesar yang tidak mempunyai apa-apa, kecuali otak dan tenaga sendiri". Asas partai ini antifasisme, anti imperialisme-kapitalisme dengan tujuan akhirnya mewujudkan masyarakat sosialisme.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Meski program Murba membela rakyat kecil dan kaum tertindas, dukungan riil rakyat terhadap Murba kurang begitu kuat. Terbukti dalam Pemilu 1971 partai ini tidak memperoleh satu pun kursi di DPR karena hanya mampu meraih 48.126 suara (0,09 %).</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Proses fusi terjadi sebenarnya hanya untuk menjamin kemenangan kekuatan Orde Baru. Pada saat itu penguasa Orde Baru mengaktifkan Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) yang proses pembentukannya didukung oleh militer. Tap MPRS No.XXII/MPRS/1966 tentang Kepartaian, Keormasan, dan Kekaryaan disebutkan agar Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-GR) segera membuat Undang-Undang untuk mengatur kepartaian, keormasan dan kekaryaan yang menuju pada penyederhanaan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Gagasan agar supaya fusi untuk pertama kali tahun 1970. Tepatnya 7 Januari tahun 1970. Soeharto memanggil 9 partai politik untuk melakukan konsultasi kolektif dengan para pimpinan 9 partai politik tersebut. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Soeharto melontarkan gagasan pengelompokan partai politik dengan maksud untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih tentram lebih damai bebas dari konflik agar pembangunan ekonomi bisa di jalankan. Partai politik dikelompokan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama disebut kelompok materiil spirituil yang menekankan pada aspek materiil dan kedua adalah spirituil materiil yang menekankan pada aspek spiritual. Kelompok materiil spirituil menjadi Partai Demokrasi Indonesia dan kelompok spirituil materiil itu kemudian menjadi Partai Persatuan pembangunan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Setelah diskusi-diskusi seperti itu tokoh-tokoh partai coba mulai bertemu dan mulai mendiskusikan gagasan ini. Pertemuan kemudian berlanjut pada tanggal 27 Februari 1970 Soeharto mengundang lima partai politik yang dikategorikan kelompok pertama yaitu PNI (Partai Nasiona Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) dan Murba. Ide pengelompokan yang dilontarkan Soeharto menjadi perhatian masyarakat umum dan ditengah-tengah proses pengelompokan tersebut berkembang rumor yang sangat kuat isu pembubaran partai-partai politik jika tidak dicapai kesepakatan untuk mengadakan pengelompokan sampai batas waktu 11 Maret 1971. Karena partai sangat lamban, mulai muncul gerakan di sejumlah daerah yang paling terkenal adalah di Jawa Barat. Panglima daerah di Jawa Barat pada waktu adalah Jenderal Darsono melakukan buldoser secara besar-besar ke partai di Jawa Barat. Muncul gagasan tentang dwi partai. Partai yang cuma dua di Indonesia. Dan korban paling utama pada waktu itu adalah Partai Nasional Indonesia.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 7 Maret 1970 bertempat di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar di Jalan Teuku Umar No. 5 Jakarta, lima tokoh Partai yang hadir yaitu Hardi dan Gde Djakse (PNI), Achmad Sukarmadidjaja (IPKI), Maruto Nitimihardjo dan Sukarni (Murba), VB Da Costa, Lo Ginting dan Harry Tjan (Partai Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo), mengadakan pertemuan dan pembicaraan mengenai pengelompokan partai. Dalam pertemuan tersebut, muncul kekhawatiran terjadinya polarisasi antara kelompok Islam dan non-Islam, oleh karenanya muncul gagasan sebagai alternatif untuk mengelompokan partai menjadi lima atau empat kelompok yang terdiri dari dua kelompok muslim, satu nasionalis, satu kristen dan satu kelompok karya. Namun pemerintah Orde Baru saat itu tetap menginginkan pengelompokan sesuai yang diajukan sebelumnya hingga akhirnya gagasan yang diusulkan oleh tokoh-tokoh tersebut tidak pernah terwujud.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 9 Maret 1970 pertemuan pimpinan lima partai tersebut berlanjut ditempat yang sama dengan agenda pokok yaitu penyelesaian deklarasi atau pernyataan bersama dan pokok-pokok pikiran selanjutnya. Dalam pertemuan ini berhasil membentuk tim perumus yang terdiri dari Mh. Isnaeni, M Supangat, Murbantoko, Lo Ginting dan Sabam Sirait. Tim perumus menghasilkan "Pernyataan Bersama" yang ditanda tangani oleh ketua partai masing-masing, yakni Hardi (PNI), M Siregar (Parkindo), VB Da Costa (Partai Katolik), achmad sukarmadidjaja (IPKI) dan Sukarni (Murba).</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 12 Maret 1970 kembali dilakukan pertemuan dengan Presiden Soeharto yang didampingi oleh Brigjen Sudjono Humardani dan Brigjen Sudharmono. Dari pihak partai politik hadir Hardi dan Gde Djakse (PNI), Achmad Sukarmadidjaja dan M Supangat (IPKI), Maruto Nitimihardjo (Murba), VB Da Costa dan Lo Ginting (Partai Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo).</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 24 Maret 1970 para pemimpin parpol tersebut kembali melakukan pertemuan di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar. Maksud pertemuan tersebut adalah untuk memperjelas keberadaan kelompok yang telah dibentuk, baik nama, sifat, pengorganisasian dan program. Hasil pertemuan tersebut akhirnya disepakati nama "Kelompok Demokrasi Pembangunan" dan dikukuhkan melalui SK No. 42/KD/1972, tanggal 24 Oktober 1972. Meskipun sebelumnya banyak muncul usulan-usulan nama yang diajukan oleh masing-masing partai, antara lain oleh Lo Ginting (Partai Katolik) yang mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi Kesejahteraan" atau "Kelompok Kesejahteraan Kerakyatan". Maruto Nitimihardjo (Murba) mengusulkan nama "Kelompok Gotong-Royong", karena kata "gotong royong" dianggap merupakan perasaan pancasila dan dapat menghindari polarisasi. Usep Ranawidjaja (PNI) keberatan karena bisa ditafsirkan dan dikaitkan dengan Orde Lama. M Supangat (IPKI) mengusulkan dibentuk "Badan Kerjasama" sebagai sifat pengelompokan yang dinamakan "Kelompok Pembangunan". Sabam Sirait (Parkindo) mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi dan Pembangunan" atau "Kelompok Sosial Demokrat".</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 10 Januari 1973 tepat jam 24.00 dalam pertemuan Majelis Permusyawaratan Kelompok Pusat (MPKP) yang mengadakan pembicaraan sejak jam 20.30 di Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, Kelompok Demokrasi dan Pembangunan melaksanakan fusi 5 Partai Politik menjadi satu wadah Partai yang bernama Partai Demokrasi Indonesia meskipun pada awal fusi sebenarnya muncul 3 (tiga) kemungkinan nama untuk fusi menjadi :</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">1. Partai Demokrasi Pancasila</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">2. Partai Demokrasi Pembangunan</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">3. Partai Demokrasi Indonesia</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Deklarasi ditandatangani oleh wakil kelima partai yaitu MH. Isnaeni dan Abdul Madjid mewakili Partai Nasional Indonesia, A. Wenas dan Sabam Sirait Mewakili Partai Kristen Indonesia, Beng Mang Rey Say dan FX. Wignyosumarsono mewakili Partai Katolik, S. Murbantoko R. J. Pakan mewakili Partai Murba dan Achmad Sukarmadidjaja dan Drs. Mh. Sadri mewakili Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Dengan dideklarasikannya fusi kelima partai tersebut, maka lahirlah Partai Demokrasi Indonesia.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Setelah deklarasi fusi tersebut, selanjutnya untuk memenuhi poin 3 Deklarasi fusi, dibentuk tim penyusun Piagam Perjuangan, AD/ART, struktur organisasi dan prosedur yang diperlukan melaksanakan fusi tersebut. Tim yang dikenal sebagai Tim 10 itu semula diketuai Sunawar Sukowati (PNI) tapi kemudian diganti Sudjarwo (PNI) karena penugasan Sunawar sebagai duta besar.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 13 Januari 1973 Majelis Pimpinan Partai (MPP) terbentuk, Sabtu 14 Januari 1973 jam 01.20 pagi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) berhasil menyusun struktur dan personalia Dewan Pimpinan Pusat sampai terselenggaranya Kongres Nasional. Susunan kepengurusan DPP PDI sebagai berikut :</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">I. MAJELIS PIMPINAN PUSAT (beranggotakan 25 orang) :</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">II. DEWAN PIMPINAN PUSAT (beranggotakan 11 orang)</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">DPP PDI bersama Tim 10 pada tanggal 8-10 Juni 1973 di Cibogo Bogor berhasil menyelesaikan AD/ART PDI dan telah disahkan dalam rapat DPP PDI tanggal 26 Juli 1973 serta dikukuhkan dalam rapat MPP PDI di kediaman hasyim Ning pada tanggal 4 Agustus 1973. Sementara Piagam dan Program Perjuangan Partai dikukuhkan dalam rapat MPP PDI tanggal 19-20 September 1973.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Untuk memenuhi poin 4 Deklarasi Fusi, kelima partai yakni PNI, Parkindo, Partai Katolik, IPKI, Murba mengadakan forum internal masing-masing partai. PNI menyelenggarakan Munas tanggal 27-28 Januari 1973 di Jakarta yang memutuskan bahwa masalah fusi dengan partai-partai lain tidak dipersoalkan dan menyetujui kebijakan DPP PNI dalam menghadapi fusi. Parkindo mengadakan Sidang Dewan Partai VII yang diperluas pada tanggal 8-10 Juli 1973 di Sukabumi hasilnya menyetujui kebijakan DPP Parkindo berfusi dalam PDI. Partai Katolik melaksanakan Sidang Dewan Partai yang diperluas pada tanggal 25-27 Februari 1973 di Jakarta dan hasilnya menyetujui kebijakan DPP untuk berfusi. IPKI melaksanakan Musyawarah Dewan Paripurna Nasional IV di Tugu-Bogor pada tanggal 25-27 mei 1973 dan Murba melaksanakan Sidang Dewan Partai pada tanggal 1-3 Agustus 1973 yang masing-masing menyetujui kebijakan DPP nya untuk berfusi.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Terbentuknya DPP diiringi terbentuknya kepengurusan Cabang (kepengurusan tingkat kabupaten) sebanyak 154 Cabang. Tahun 1974 kepengurusan Cabang bertambah 77 Cabang, tahun 1975 bertambah 20 Cabang, tahun 1976 bertambah 6 Cabang.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Musyawarah nasional adalah bentuk pertemuan besar PDI yang pertama pasca fusi. Setelah mendapat restu Presiden Soeharto tanggal 18 Juni 1973 dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengku Buwono IX tanggal 19 Juni 1973, DPP PDI melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas). Dalam praktik, Munas I ini mengambil nama "Konpernas" (Konsultasi dan Penataran Nasional) di Jakarta tanggal 20-24 september 1973. Konpernas dihadiri utusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD), MPP, Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu), Anggota Fraksi PDI di DPR, dan tokoh-tokoh Pemerintah seperti mayjen Ali Murtopo, Mayjen Subiyono (Wakil Dephankam), JB sumarlin (Wakil Bappenas), Mayjen Sunandar (Wakil Mendagri), Sulaiman (Wakil Menlu) dan Prof Sunario (Wakil Dewan Harian Angkatan 1945).</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres I PDI berlangsung dari tanggal 12 - 13 April 1976. Pelaksanaan Kongres I ini sempat tertunda-tunda akibat adanya konflik internal. Di dalam Kongres I ini intervensi pemerintah sangat kuat, pemerintah memplot Sanusi Hardjadinata agar terpilih. Dan hasilnya Sanusi Hardjadinata terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP PDI. Susunan DPP hasil Kongres I yang susunan personalianya sudah disempurnakan atas kesepakatan antara Mh Isnaeni dan Sunawar.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kepengurusan tersebut karena adanya konflik diantara pengurus DPP, maka pada tanggal 16 Januari 1978, susunan DPP PDI hasil penyelesaian politik bersama Bakin.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres II dilaksanakan pada tahun 1981 di Jakarta, meskipun ada penolakan dari "Kelompok Empat" (Usep, Abdul Madjid, Walandauw dan Zakaria Ra'ib) yang mengajukan keberatan atas penyelenggaraan Kongres II kepada pemerintah. Namun Kongres II PDI tetap berlangsung pada tanggal 13-17 Januari 1981 mengambil tema : "Dengan Menggalang Persatuan dan Kesatuan Dalam Rangka Memantapkan Fusi, Meningkatkan Peranan dan Partisipasi PDI Untuk Mensukseskan Pembangunan".</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Di dalam Kongres II ini campur tangan pemerintah semakin kuat. Meskipun ada keberatan terhadap pelaksanaan Kongres tersebut, Kongres II PDI tetap berjalan. Pemerintah tetap mengizinkan penyelenggaraan Kongres tersebut dan Presiden Soeharto yang membuka acara Kongres II PDI.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Di dalam Kongres II PDI menghasilkan kesepakatan-kesepakatan diantara partai-partai pendukung PDI yang berkonflik. Kongres II PDI akhirnya menyepakati bahwa fusi telah tuntas.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pasca Kongres II PDI konflik internal masih terjadi yaitu perselisihan antara Hardjanto dengan Sunawar. Kelompok hardjanto mendesak diselenggarakannya Kongres Luar Biasa sedangkan Kubu Sunawar hanya menghendaki Munas. Kubu Sunawar menginginkan Kongres III PDI diselenggarakan setelah pemilu 1987, sementara kubu Hardjanto menginginkan sebelum Pemilu. Akhirnya Kongres III PDI diselenggarakan sebelum Pemilu yaitu pada tanggal 15-18 April 1986 di Wisma haji Pondok Gede, Jakarta. Kongres III dapat diselenggarakan karena Sunawar Soekawati meninggal dunia. Di dalam Kongres ini semaki menegaskan kuatnya ketergantungan PDI pada Pemerintah. Kongres III PDI gagal dan menyerahkan penyusunan pengurus kepada Pemerintah. Pada waktu itu yang berperan adalah Mendagri Soepardjo Rustam, Pangab Jenderal Benny Moerdani dan Menteri Muda Sekretaris Kabinet Moerdiono.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Konflik internal terus berlanjut sampai dengan dilaksanakannya Kongres IV PDI di Medan. Kongres IV PDI diselenggarakan tanggal 21-25 Juli 1993 di Aula Hotel Tiara, Medan, Sumatera Utara dengan peserta sekitar 800 orang. Dalam Kongres tersebut muncul beberapa nama calon Ketua Umum yang akan bersaing dengan Soerjadi, yakni Aberson Marle Sihaloho, Budi Hardjono, Soetardjo Soerjogoeritno dan Tarto Sudiro, kemudian muncul nama Ismunandar yang merupakan Wakil Ketua DPD DKI Jakarta.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Budi Hardjono saat itu disebut-sebut sebagai kandidat kuat yang didukung Pemerintah. Tarto Sudiro maju sebagai calon Ketua Umum didukung penuh oleh Megawati Soekarnoputri. Saat itu posisi Megawati belum bisa tampil mengingat situasi dan kondisi politik masih belum memungkinkan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres IV PDI di Medan dibuka oleh Presiden Soeharto dan acara tersebut berjalan lancar. Namun beberapa jam kemudian acara Kongres menjadi ricuh karena datang para demonstran yang dipimpin oleh Jacob Nuwa Wea mencoba menerobos masuk ke arena sidang Kongres namun dihadang satuan Brimob. Acara tetap berlangsung sampai terpilihnya kembali Soerjadi secara aklamasi sebagai Ketua Umum, namun belum sampai penyusunan kepengurusan suasana Kongres kembali ricuh karena aksi demonstrasi yng dipimpin oleh Jacob Nuwa Wea berhasil menerobos masuk ke arena Kongres. Kondisi demikian membuat pemerintah mengambil alih melalui mendagri Yogie S Memed mengusulkan membentuk caretaker. Dalam rapat formatur yang dipimpin Latief Pudjosakti Ketua DPD PDI jatim pada tanggal 25-27 Agustus 1993 akhirnya diputuskan susunan resmi caretaker DPP PDI .</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Setelah gagalnya Kongres IV PDI yang berlangsung di Medan, muncul nama Megawati Soekarnoputri yang diusung oleh warga PDI untuk tampil menjadi Ketua Umum. Megawati Soekarnoputri dianggap mampu menjadi tokoh pemersatu PDI. Dukungan tersebut muncul dari DPC berbagai daerah yang datang kekediamannya pada tanggal 11 September 1993 sebanyak lebih dari 100 orang yang berasal dari 70 DPC. Mereka meminta Megawati tampil menjadi kandidat Ketua Umum DPP PDI melalui Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar pada tanggal 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Dukungan terhadap Megawati semakin kuat dan semakin melejit dalam bursa calon Ketua Umum DPP PDI. Muncul kekhawatiran Pemerintah dengan fenomena tersebut. Pemerintah tidak ingin Megawati tampil dan untuk menghadang laju Megawati ke dalam bursa pencalonan Ketua Umum, dalam acara Rapimda PDI Sumatera Utara tanggal 19 Oktober 1993 yang diadakan dalam rangka persiapan KLB muncul larangan mendukung pencalonan Megawati.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kendati penghadangan oleh Pemerintah terhadap Megawati untuk tidak maju sebagai kandidat Ketua Umum sangat kuat, keinginan sebagian besar peserta KLB untuk menjadikan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI tidak dapat dihalangi hingga akhirnya Megawati dinyatakan sebagai Ketua Umum DPP PDI periode 1993-1998 secara de facto.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Untuk menyelesaikan konflik PDI, beberapa hari setelah KLB, Mendagri bertemu Megawati, DPD-DPD dan juga caretaker untuk menyelenggarakan Munas dalam rangka membentuk formatur dan menyusun kepengurusan DPP PDI. Akhirnya Musyawarah Nasional (Munas) dilaksanakan tanggal 22-23 Desember 1993 di Jakarta dan secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI. Dalam Munas ini dihasilkan kepengurusan DPP PDI periode 1993-1998.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Berakhirnya Munas ternyata tidak mengakhiri konflik internal PDI. Kelompok Yusuf Merukh membentuk DPP PDI Reshuffle walau tidak diakui oleh Pemerintah namun kegiatannya tidak pernah dilarang. Disamping itu kelompok Soerjadi sangat gencar melakukan penggalangan ke daerah-daerah dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan menggelar Kongres. Dari 28 pengurus DPP PDI, 16 orang anggota DPP PDI berhasil dirangkulnya untuk menggelar Kongres.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Umum DPP PDI, Megawati Soekarnoputri menolak tegas diselenggarakannya "Kongres", kemudian pada tanggal 5 Juni 1996, empat orang deklaratir fusi PDI yakni Mh Isnaeni, Sabam Sirait, Abdul Madjid dan Beng Mang Reng Say mengadakan jumpa pres menolak Kongres.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kelompok Fatimah Achmad yang didukung oleh Pemerintah tetap menyelenggarakan Kongres pada tanggal 2-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan dengan didukung penjagaan yang sangat ketat dari aparat keamanan lengkap dengan panser. Pagar Asrama Haji tempat kegiatan berlangsung ditinggikan dengan kawat berduri setinggi dua meter. Disamping itu di persimpangan jalan dilakukan pemeriksaan Kartu Tanda Penduduk terhadap orang-orang yang melintas.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Warga PDI yang tetap setia mendukung Megawati demonstrasi secara besar-besaran pada tanggal 20 Juni 1996 memprotes Kongres rekayasa yang diselenggarakan oleh kelompok Fatimah Achmad, demontrsi itu berakhir bentrok dengan aparat dan saat ini dikenal dengan "Peristiwa Gambir Berdarah".</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Meskipun masa pendukung Megawati yang menolak keras Kongres Medan, namun Pemerintah tetap mengakui hasil Kongres tersebut. Pemerintah mengakui secara formal keberadaan DPP PDI hasil Kongres Medan dan menyatakan PDI hasil Kongres Medan sebagai peserta Pemilu tahun 1997. Tanggal 25 Juli 1996 Presiden Soeharto menerima 11 pengurus DPP PDI hasil Kongres Medan yang dipimpin oleh Soerjadi selaku Ketua Umum dan Buttu Hutapea selaku Sekretaris Jenderal. Hal ini semakin membuat posisi Megawati dan para pengikutnya semakin terpojok.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Masa pendukung Megawati mengadakan "Mimbar Demokrasi" dihalaman Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro hingga pada tanggal 27 Juli 1996, kantor DPP PDI diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih kantor DPP PDI. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peristiwa "Sabtu Kelabu 27 Juli" yang banyak menelan korban jiwa.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pasca peristiwa 27 Juli, Megawati beserta jajaran pengurusnya masih tetap eksis walaupun dengan berpindah-pindah kantor dan aktivitas yang dilakukan dibawah pantauan Pemerintah. Pada Pemilu 1997 Megawati melalui Pesan Hariannya menyatakan bahwa PDI dibawah pimpinannya tidak ikut kampanye atas nama PDI. Pemilu 1997 diikuti oleh PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan hasil Pemilu menunjukan kuatnya dukungan warga PDI kepada Megawati karena hasil Pemilu PDI merosot tajam dan hanya berhasil meraih 11 kursi DPR.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Tahun 1998 membawa angin segar bagi PDI dibawah kepemimpinan Megawati.Di tengah besarnya keinginan masyarakat untuk melakukan reformasi politik, PDI dibawah kepemimpinan Megawati kian berkibar. Pasca Lengsernya Soeharto, dukungan terhadap PDI dibawah kepemimpinan Megawati semakin kuat, sorotan kepada PDI bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI dibawah kepemimpinan Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang berlangsung di Denpasar Bali. Kongres ini berlangsung secara demokratis dan dihadiri oleh para duta besar negara sahabat. Kongres ini disebut dengan "Kongres Rakyat". Karena selama kegiatan Kongres berlangsung dari mulai acara pembukaan yang diselenggarakan di lapangan Kapten Japa, Denpasar sampai acara penutupan Kongres, jalan-jalan selalu ramai dipadati warga masyarakat yang antusias mengikuti jalannya Kongres tersebut.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Di dalam Kongres V PDI, Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1998-2003 secara aklamasi.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Didalam Kongres tersebut, Megawati diberi kewenangan khusus untuk mengambil langkah-langkah organisatoris dalam rangka eksistensi partai, NKRI dan UUD 1945, kewenangan tersebut dimasukan di dalam AD-ART PDI. Meskipun pemerintahan sudah berganti, namun yang diakui oleh Pemerintah adalah masih tetap PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea. Oleh karenanya agar dapat mengikuti Pemilu tahun 1999, Megawati mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999 yang disahkan oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal, kemudian dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999 di Istoran Senayan Jakarta.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH Abdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia Ke - 4.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Untuk pertama kalinya setelah berganti nama dari PDI menjadi PDI Perjuangan, pengurus DPP PDI Perjuangan memutuskan melaksanakan Kongres I PDI Perjuangan meskipun masa bakti kepengurusan DPP sebelumnya baru selesai tahun 2003. Salah satu alasan diselenggarakannya Kongres ini adalah untuk memantapkan konsolidasi organisasi Pasca terpilihnya Megawati sebagai Wakil Presiden RI.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres I PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 27 Maret - 1 April 2000 di Hotel Patra Jasa Semarang-Jawa Tengah. Menjelang Kongres I PDI Perjuangan, sudah muncul calon-calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, nama yang muncul antara lain Dimyati Hartono yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan, kemudian muncul pula nama Eros Jarot yang sempat menggalang DPC-DPC untuk mendukungnya. Di dalam pemandangan umum Cabang-Cabang, dari 243 DPC, hanya 2 DPC yang mengusulkan nama lain yaitu DPC Kota Jayapura dalam pemandangan umumnya mengusulkan 3 orang calon Ketua Umum yaitu Megawati, Dimyati Hartono dan Eros Jarot, kemudian DPC Kota Banjarmasin mengusulkan Eros Jarot sebagai KetuanUmum DPP PDI Perjuangan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan karena 241 dari 243 DPC mengusulkan nama Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Setelah Kongres I PDI Perjuangan tahun 2000, pada tahun 2001 Megawati diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Ke - 5 menggantikan KH Abdurahman Wahid yang diturunkan dalam Sidang Istimewa MPR-RI. Diangkatnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke - 5 membawa perubahan pada sikap politik PDI Perjuangan dan cap sebagai partai penguasa melekat di PDI Perjuangan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Meski sebagai partai penguasa, PDI Perjuangan ternyata tidak mampu meraih kemenangan di dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2004. PDI Perjuangan hanya mampu memperoleh suara diurutan kedua dengan 109 kursi di DPR.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres II PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 28 - 31 Maret 2005 di Hotel Grand Bali Beach, Denpasar Bali, tempat dimana Kongres V PDI diselenggarakan pada tahun 1998. Kongres ini selesai 2 hari lebih cepat dari yang dijadwalkan yaitu 28 Maret - 2 April 2005.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Menjelang Kongres II PDI Perjuangan diselenggarakan, sudah banyak muncul nama-nama yang akan maju sebagai calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan antara lain Guruh Soekarnoputra yang digagas oleh Imam Mundjiat Ketua DPD PDI Perjuangan Kalimantan Timur, Laksamana Sukardi, Roy BB Janis, Arifin Panigoro dan Sophan Sophiaan.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Masing-masing calon tersebut giat melakukan penggalangan kekuatan di daerah. Disamping itu kelima calon tersebut beberapa kali mengadakan pertemuan-pertemuan di beberapa hotel di Jakarta salah satunya pertemuan di Sahid Jaya Hotel. Di kemudian hari kelima calon ini bergabung menjadi satu dalam satu wadah yang dinamakan "Kelompok Gerakan Pembaruan PDI Perjuangan" yang mengusung satu nama calon Ketua Umum DPP PDI Perjuangan yaitu Guruh Sukarno Putra.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Di dalam sidang paripurna pertama, sidang sempat ricuh saat pembahasan tata tertib yang diikuti beberapa peserta walk out dari arena sidang. Namun sidang paripurna tetap berlangsung setelah Ir. Sutjipto selaku pimpinan sidang mengajukan penawaran kepada peserta yang menolak Pasal 7 tata tertib untuk berdiri dan yang menyetujui tetap duduk, ternyata dari 1822 peserta hanya beberapa orang yang berdiri dan sidang dilanjutkan kembali.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Kongres II PDI Perjuangan akhirnya berakhir pada tanggal 31 Maret 2005 setelah Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum terpilih karena seluruh peserta dalam pemandangan umumnya mengusulkan Megawati menjadi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2005-2010. Susunan pengurus DPP PDI Perjuangan hasil Kongres II PDI Perjuangan sebagai berikut :</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Umum : Megawati Soekarnoputri</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Sekretaris Jendral : Ir. Pramono Anung W.</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Wakil Sekjen Bidang Internal : Mangara M. Siahaan</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Wakil Sekjen Bidang Eksternal : Agnita Singedekane Irsal</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Wakil Sekjen Bidang Fungsi Pemerintahan : Sutradara Gintings</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Bendahara : Philip Widjaja</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Wakil Bendahara Bidang Dana : Daniel Budi Setiawan</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Wakil Bendahara Bidang Inventarisasi Kekayaan : NGA. Sukma Dewi Djakse</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Bidang Internal</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu : Tjahjo Kumolo</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi : Suwarno</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi : Alexander Litaay</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Sumberdaya dan Dana : Murdaya Poo</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Hubungan Masyarakat & Media : Panda Nababan</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Bidang Eksternal</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Pemuda Mahasiswa & Olahraga : Maruarar Sirait</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Buruh Tani & Nelayan : Jacob Nuwawea</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan : Guruh Soekarno Putra</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Usaha Kecil Menengah & Koperasi : Ir. Mindo Sianipar</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Agama & Kerohanian : Prof.Dr.Hamka Haq</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Organisasi Kemasyarakatan : Dudhie Makmun Murod</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Informasi & Komunikasi : Ir. Daryatmo Mardiyanto</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Lingk Hidup & Pengabdian Masyarakat : Sonny Keraf</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Bidang Fungsi Pemerintahan</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Keamanan dan Pertahanan : Theo Syafei</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat : Adang Ruchiyatna</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan : Ir. Emir Moeis</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Luar Negeri : Dr. Arief Budimanta</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Dalam Negeri / Otonomi Daerah : Ir. Sutjipto</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Ketua Bidang Hukum & Hak Azasi Manusia : Firman Jaya Daeli</span><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><br style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: small; line-height: 19.5px;" /><span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Pada tanggal 25 April 2005, kepengurusan DPP PDI Perjuangan hasil Kongres II PDI Perjuangan dilaporkan ke Departenmen Kehakiman dan HAM dan pada tanggal 30 Mei 2005 Menteri Hukum dan HAM menerbitkan surat keputusan nomor : M-01.UM.06.08 Tahun 2005 yang menerima perubahan kepengurusan dan AD-ART hasil Kongres tersebut</span><br />
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;"><br /></span>
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;"><br /></span>
<span style="background-color: #fff3db; font-family: Georgia, Times, 'Times New Roman', sans-serif; font-size: x-small; line-height: 19.5px;">Diambil dari : </span><span style="font-family: Georgia, Times, Times New Roman, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.5px;">http://pdi-perjuangan.blogspot.com/</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com44tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-33955933325067922532014-01-30T14:46:00.002+07:002014-01-30T14:46:26.465+07:00Asal Usul Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs52kvZHVEtTq-UABtlF7dxDcWbffkj3A-wW9rJ_MyKPBLi5RFjAAoHFv464V2PKF5MYTmd7huRgkCdUgZiPNX8QVE5ll_shVYfSETbZ7oIZnIsMU2hfDXxqpLK6dqO-9f63zL9j6MEGE/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs52kvZHVEtTq-UABtlF7dxDcWbffkj3A-wW9rJ_MyKPBLi5RFjAAoHFv464V2PKF5MYTmd7huRgkCdUgZiPNX8QVE5ll_shVYfSETbZ7oIZnIsMU2hfDXxqpLK6dqO-9f63zL9j6MEGE/s1600/index.jpg" /></a></div>
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB )</b></u><br />
<b>Partai Kebangkitan Bangsa</b> (<b>PKB</b>), adalah sebuah partai politik Berideologi Konservstisme di Indonesia.<br />
Partai ini didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 Hijriyah) yang dideklarasikan oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi).<br />
<br />
Kisah pendirian PKB dimulai pada 11 Mei 1998.<br />
Ketika para kyai sesepuh di Langitan
mengadakan pertemuan.<br />
Mereka membicarakan situasi terakhir yang
menuntut perlu diadakan perubahan untuk menyelamatkan bangsa ini dari
kehancuran.<br />
Saat itu para kyai membuat surat resmi kepada Pak Harto
yang isinya meminta agar beliau turun atau lengser dari jabatan
presiden.<br />
Pertemuan itu mengutus Kyai Muchid Muzadi dari Jember dan Gus Yusuf Muhammad menghadap Pak Harto untuk menyampaikan surat itu.<br />
Mereka berangkat ke Jakarta, meminta waktu tetapi belum dapat jadwal.<br />
Sehingga sebelum surat itu diterima, Pak Harto sudah mengundurkan diri terlebih dahulu tanggal 23 Mei 1998.<br />
<br />
Pada tanggal 30 Mei 1998, diadakan istighosah akbar di Jawa Timur.<br />
Lalu semua kyai berkumpul di kantor PWNU Jatim.<br />
Para kyai itu mendesak KH Cholil Bisri
supaya menggagas dan membidani pendirian partai bagi wadah aspirasi
politik NU.<br />
Ia menolaknya karena tidak mau terlalu berkecimpung jauh
dalam dunia politik dan merasa lebih baik di dunia pesantren saja.<br />
Akan
tetapi para kyai terus mendorongnya karena dinilai lebih berpengalaman
dalam hal politik.<br />
Pada saat itu Gus Dur belum ikut dalam pertemuan ini.<br />
<br />
Kemudian pada tanggal 6 Juni 1998, KH Cholil Bisri
mengundang 20 kyai untuk membicarakan hal tersebut.<br />
Undangan hanya
lewat telepon.<br />
Tetapi pada hari H-nya yang datang lebih 200 kyai.<br />
Sehingga rumahnya di Rembang sebagai tempat pertemuan penuh.<br />
Dalam
pertemuan itu terbentuklah sebuah panitia yang disebut dengan Tim
“Lajnah” yang terdiri dari 11 orang.<br />
Ia sendiri menjadi ketua dengan
sekretarisnya adalah Gus Yus.<br />
Panitia ini bekerja secara maraton untuk menyusun platform dan
komponen-komponen partai termasuk logo (yang sampai saat ini menjadi
lambang resmi partai) yang pembuatannya diserahkan kepada KH.A. Mustofa Bisri.<br />
Selain itu terbentuk juga Tim Asistensi Lajnah terdiri dari 14 orang yang diketuai oleh Matori Abdul Djalil dan sekretarisnya Asnan Mulatif.<br />
<br />
Pada tanggal 18 Juni 1998 panitia mengadakan pertemuan dengan PBNU.<br />
Dilanjutkan audiensi dengan tokoh-tokoh politik (NU) yang ada di Golkar, PDI dan PPP.<br />
Panitia menawarkan untuk bergabung, tanpa paksaan.<br />
PBNU sendiri menolak
pendirian partai.<br />
Setelah itu pada tanggal 4 Juli 1998, Tim ‘Lajnah’
beserta Tim dari NU mengadakan semacam konferensi besar di Bandung dengan mengundang seluruh PW NU se-Indonesia yang dihadiri oleh 27 perwakilan.<br />
<br />
Hari itu diputuskan nama partai.<br />
Usulan nama adalah Partai
Kebangkitan Bangsa, Partai Kebangitan Ummat dan Partai Nahdlatul Ummat.<br />
Akhirnya hasil musyawarah memilih nama PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).<br />
Lalu ditentukan siapa-siapa yang menjadi deklarator partai.<br />
Disepakati
72 deklarator, sesuai dengan usia NU ketika itu.<br />
Jumlah itu terdiri dari
Tim Lajenah (11), Tim Asistensi Lajenah (14), Tim NU (5), Tim Asistensi
NU (7), Perwakilan Wilayah (27 x 2), Ketua–ketua Event Organisasi NU,
tokoh-tokoh Pesantren dan tokoh-tokoh masyarakat.<br />
Semua deklarator
membubuhkan tandatangan dilengkapi naskah deklarasi.<br />
Lalu diserahkan ke
PBNU untuk mencari pemimpin partai ini.<br />
<br />
Ketika masuk ke PBNU, dinyatakan bahwa yang menjadi deklaratornya 5 orang saja, bukan 72 orang.<br />
Kelima orang itu yakni KH Munasir Allahilham, KH Ilyas Ruchyat Tasikmalaya, KH Muchid Muzadi Jember dan KH. A. Mustofa Bisri Rembang dan ditambah KH Abddurahman Wahid sebagai ketua umum PBNU.<br />
Nama 72 deklarator dari Tim Lajnah itu dihapus oleh semua oleh PBNU.<br />
<br />
<u><b>Profil PKB</b></u> <br />
Berdiri : 23 Juli 1998<br />
alamat :
Jl. Raden Saleh 1 No. 9, Menteng, Jakarta Pusat, DKI Jakarta<br />
Website Resmi : <a href="http://www.dpp.pkb.or.id/" target="_blank">PKB</a> <br />
<br />
<br />
Diambil dari Wikipedia Indonesia<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-45496193987647590582014-01-30T14:30:00.002+07:002014-01-30T14:30:46.642+07:00Asal Usul Sejarah Partai Amanat Nasional ( PAN )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8IOl5w_6_15CpUKqdNp4ZY9mktxFdTa_fkdgJN0os1wBkCYWsXJwOQzWY0pP5e_FDJtmNZRGHcrTExRuUGEakW5x9vhvNiSBktMdRYz2jvYFNfXCQC3CmWz8YX0PQmN8TQcMCFeqQE7s/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8IOl5w_6_15CpUKqdNp4ZY9mktxFdTa_fkdgJN0os1wBkCYWsXJwOQzWY0pP5e_FDJtmNZRGHcrTExRuUGEakW5x9vhvNiSBktMdRYz2jvYFNfXCQC3CmWz8YX0PQmN8TQcMCFeqQE7s/s1600/index.jpg" /></a></div>
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai Amanat Nasional ( PAN )</b></u> <br />
Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto, PPSK Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya mantan Ketua umum Muhammadiyah Prof. Dr. H. Amien Rais, , Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri, M.A., A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.<br />
<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5–6 Agustus 1998 di Bogor, mereka sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN).<br />
<br />
PAN bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat,
keadilan, kemajuan material, dan spiritual.<br />
Cita-cita partai berakar
pada moral agama, kemanusiaan, dan kemajemukan.<br />
Selebihnya PAN menganut
prinsip non-sektarian dan non-diskriminatif.<br />
Untuk terwujudnya <i>Indonesia Baru</i>,
PAN pernah melontarkan gagasan wacana dialog bentuk negara federasi
sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi.<br />
Titik sentral dialog adalah
keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia
dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
<br />
<u><b> Profil PAN</b></u><br />
Berdiri : 23 Agustus 1998<br />
Alamat : Jl. TB Simatupang No. 88 , Pasar Minggu - Jakarta Selatan 12520<br />
Phone : (021) 78848469<br />
Fax : (021) 78848619<br />
Website Resmi : <a href="http://pan.or.id/" target="_blank">PAN</a><br />
<br />
<br />
Diambil dari Wikipedia Indonesia<br />
<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
<strong>Visi : </strong>Terwujudnya
PAN sebagai partai politik terdepan dalam mewujudkan masyarakat madani
yang adil dan makmur, pemerintahan yang baik dan bersih di dalam negara
Indonesia yang demokratis dan berdaulat, serta diridhoi Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa.<br />
<strong>Misi :</strong> mewujudkan kader yang berkualitas; mewujudkan
PAN sebagai partai yang dekat dan membela rakyat, mewujudkan PAN
sebagai partai yang modern berdasarkan sistem dan manajemen yang unggul
serta budaya bangsa yang luhur; mewujudkan Indonesia baru yang
demokratis, makmur, maju, mandiri dan bermartabat; mewujudkan tata
pemerintahan Indonesia yang baik dan bersih, yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa; mewujudkan
negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, bermartabat, ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, serta dihormati dalam pergaulan internasional. Garis
Perjuangan Partai : partai dan pemenangan pemilu; perkaderan yang
handal; partai yang dicintai rakyat; membangun organisasi PAN yang
modern.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf</div>
<br />
<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf</div>
<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf</div>
</div>
<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf</div>
<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf</div>
</div>
<div id="stcpDiv" style="left: -1988px; position: absolute; top: -1999px;">
Kelahiran
Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat
(MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
Soeharto; PPSK Yogyakarta, tokoh-tokoh Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.<br />
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus, 1998 oleh 50 tokoh
nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, Faisal Basri MA, Ir. M.
Hatta Rajasa, Goenawan Mohammad, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan,
Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, A.M. Fatwa, Zoemrotin, dan lainnya.<br />
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka
sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama
menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). PAN bertujuan menjunjung tinggi
dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan material dan
spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru. Titik sentral dialog
adalah keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh
Indonesia dapat benar-benar merasakan sebagai warga bangsa.<br />
- See more at: http://pan.or.id/sample-page/sejarah-pan/#sthash.uBAOrjzu.dpuf</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-24545630403870552272014-01-30T14:19:00.001+07:002014-01-30T14:19:32.528+07:00Asal Usul Sejarah partai Nasional Demokrat ( NASDEM )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAnTcyCLzjw5087bQzkOr6nqizjH2xnJzdMUg7fOV17MINyCqjFeQ7N2LKGh5Q2-ZPBCHkPxPCokTOiSXipFv0ntK5oEJ0dM9dAqDY7SQrAAnJ0Akm0CPGMl19uRZtSIa5zllR_DejKlc/s1600/424px-Partai_NasDem.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAnTcyCLzjw5087bQzkOr6nqizjH2xnJzdMUg7fOV17MINyCqjFeQ7N2LKGh5Q2-ZPBCHkPxPCokTOiSXipFv0ntK5oEJ0dM9dAqDY7SQrAAnJ0Akm0CPGMl19uRZtSIa5zllR_DejKlc/s1600/424px-Partai_NasDem.svg.png" height="320" width="226" /></a></div>
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai Nasional Demokrat ( NASDEM )</b></u><br />
<br />
<b>Partai NasDem</b> adalah sebuah partai politik di Indonesia yang baru diresmikan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara pada tanggal 26 Juli 2011.<br />
Partai ini didukung oleh Surya Paloh yang merupakan pendiri organisasi bernama sama yaitu Nasional Demokrat.<br />
Hal ini terlihat dari bisnis media yang dipimpinnya, Metro TV, yang selalu memberikan berita terbaru seputar aktivitas Partai NasDem.<br />
Meskipun demikian, ormas tersebut mengatakan bahwa partai tersebut tidak memiliki kaitan apapun dengan partai ini<br />
<br />
<u><b>VISI & MISI </b></u><br />
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 14px;"><strong><span style="color: mediumblue;">Visi</span></strong> </span></span></span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: 12px;">Mengembalikan
tujuan bernegara yang termaktub dalam pembukaan Undang Undang Dasar
1945, yakni Negara yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur.</span><br />
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 14px;"><span style="color: mediumblue;"><strong>Misi</strong></span></span><br />
Menggalang kesadaran dan kekuatan masyarakat untuk melakukan Gerakan Perubahan melalui Restorasi Indonesia. </span></span><br />
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><strong><span style="color: mediumblue;"><span style="font-size: 14px;">Restorasi Indonesia </span></span></strong></span></span><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: 12px;">adalah
gerakan memulihkan, mengembalikan, serta memajukan fungsi pemerintahan
Indonesia kepada cita-cita Proklamasi 1945, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
berbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.</span><br />
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Visi dan misi di atas disusun berdasarkan Manifesto Partai NasDem saat pendeklarasian partai ini pada 26 Juli 2011.<strong> </strong><span style="color: mediumblue;">Isi lengkap Manifesto Partai NasDem</span> adalah sebagai berikut: </span></span><br />
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">“Negara
diadakan untuk menjalankan mandat yang tertuang dalam konstitusi Undang
Undang Dasar 1945. Mandat untuk menjadikan manusia Indonesa yang adil,
makmur, dan sejahtera, merdeka sebagai negara, merdeka sebagai rakyat.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Merdeka yang kami maksud berarti <span style="color: mediumblue;">kebutuhan rakyat terpenuhi</span>,
tidak hanya berhenti sebagai jargon-jargon politik, indah didengar,
namun tidak pernah mewujud. Di sinilah Negara Indonesia yang merdeka,
memiliki kewajiban untuk menjamin terpenuhi hak dan kebutuhan rakyatnya,
termasuk melindungi jika hak-hak itu dilanggar.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Kita
patut berbangga dan bersyukur karena reformasi telah mengeluarkan kita
dari kubangan kediktatoran. Namun, pada saat yang sama, reformasi juga
tidak menawarkan arah yang jelas ke mana bangsa ini akan menuju. <span style="color: mediumblue;">Demokrasi terjebak dalam prosedur-prosedur yang tidak berkontribusi langsung pada kesejahteraan rakyat.</span></span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Demokrasi
berjalan tanpa bimbingan. Ideologi politik tanpa program politik yang
konsisten dan pada akhirnya menjauhkan negara dari mandat
konstiusionalnya.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Kami
menolak demokrasi yang sekadar merumitkan tata cara berpemerintahan
tanpa mewujudkan kesejahteraan umum. Kami menolak demokrasi yang hanya
melahirkan rutinitas sirkulasi kekuasaan tanpa kehadiran pemimpin yang
berkualitas dan layak diteladani. Kami menolak demokrasi tanpa orientasi
kepada publik. <span style="color: mediumblue;">Kami menolak negara yang meninggalkan perannya dalam pemenuhan hak warga negara.</span></span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Kami mencita-citakan <span style="color: mediumblue;">demokrasi Indonesia yang matang </span>yang
menjadi tempat persandingan keberagaman dan kesatuan, dinamika dengan
ketertiban, kompetisi dengan persamaan dan kebebasan dengan
kesejahteraan.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Kami mencita-citakan <span style="color: mediumblue;">demokrasi berbasis warga negara yang kuat</span>,
yang terpanggil untuk merebut satu masa depan yang gemilang dengan
keringat dan tangan sendiri. Kami berdiri atas nama gagasan sosial
demokrasi yang mengedepankan kehadiran negara dalam pemenuhan hak-hak
warga negara. Kami berdiri untuk membangun politik warga negara,
keberagaman sesuai dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Partai NasDem berdiri untuk <span style="color: mediumblue;">merestorasi cita-cita Republik Indonesia</span>.
Kami mengusung mandat konstitusi untuk membangun satu negara
kesejahteraan berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi, negara hukum yang
menjujung tinggi hak-hak asasi manusia, dan negara yang mengakui
keberagaman sesuai dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Partai
NasDem lahir sebagai keharusan sejarah. Kami lahir dari pergulatan
pemikiran para pendiri bangsa dan lahir sebagai jawaban atas kekosongan
politik gagasan pascareformasi. Kami berdiri tegak dengan semangat
kebangsaan yang kuat, untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur,
sejahtera dan berdaulat melalui <span style="color: mediumblue;">Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia.</span></span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="color: mediumblue;">Partai NasDem </span>adalah
perwujudan dari nasionalisme kebangsaan, kedaulatan nasional yang
bertumpu pada masyarakat yang sejahtera, kekuatan yang demokratik
seluruh komponen bangsa, kemandirian ekonomi, dan negara bangsa yang
memiliki martabat dalam pergaulan internasional.</span></span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<span style="font-size: 12px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Kami persembahkan Partai NasDem untuk seluruh rakyat Indonesia, untuk bangsa dan tanah air yang kami cintai hingga akhir hayat."</span></span></div>
<br />
<u><b>Organisasi Sayap Nasdem </b></u><br />
Partai NasDem memiliki beberapa organisasi sayap, di antaranya:<sup class="reference" id="cite_ref-10"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_NasDem#cite_note-10"></a></sup><br />
<ul>
<li>Badan Advokasi Hukum (BAHU) NasDem, diketuai oleh Taufik Basari -Pelaksana Tugas</li>
<li>Gerakan Massa Buruh (Gemuruh), diketuai oleh Irma Chaniago</li>
<li>Liga Mahasiswa Nasdem, diketuai oleh Willy Aditya</li>
<li>Persatuan Petani Nasional Demokrat (Petani NasDem)</li>
</ul>
<u><b> Profil Nasdem :</b></u><br />
Berdiri : 26 Juli 2011<br />
Alamat : Jl. R.P. Soeroso No. 44, Gondangdia Lama, Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta 10350<br />
Website Resmi : <a href="http://www.partainasdem.org/" target="_blank">NasDem</a><br />
<br />
<br />
Diambil dari Wikipedia Indonesia dan website resmi Nasdem<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-23918769993106631792014-01-30T14:06:00.001+07:002014-01-30T14:06:16.438+07:00Asal Usul Sejarah Parta Hati Nurani Rakyat ( HANURA )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrQVj9YWlisC4NxtJV8oJoTCLs9wWuHlbrHGEld09iq_kzr2cZLT0ZLpLyQ3F9qqsU1ysceZzzah3dTVy8fgdqA2hWGma1Ll4M62jX22_o7ztOXdPln7R3o3Q8dXnNN8YBRQ0bqe3UpiI/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrQVj9YWlisC4NxtJV8oJoTCLs9wWuHlbrHGEld09iq_kzr2cZLT0ZLpLyQ3F9qqsU1ysceZzzah3dTVy8fgdqA2hWGma1Ll4M62jX22_o7ztOXdPln7R3o3Q8dXnNN8YBRQ0bqe3UpiI/s1600/index.jpg" /></a></div>
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai Hati Nurani Rakyat ( HANURA)</b></u><br />
<div>
<ul>
<li><strong>Pendirian Partai HANURA</strong> dirintis oleh <strong>Wiranto</strong> <strong>bersama tokoh-tokoh nasional</strong> yang menggelar pertemuan di Jakarta pada tanggal 13-14 November 2006.</li>
<li>Forum tersebut melahirkan delapan kesepakatan penting sebagai berikut.
<ol>
<li>Dengan memperhatikan kondisi lingkungan global, regional, dan
nasional, serta kinerja pemerintahan RI selama ini, mengisyaratkan bahwa
sejatinya Indonesia belum berhasil mewujudkan apa yang diamanatkan UUD
1945.</li>
<li>Memperhatikan kinerja pemerintahan sekarang ini maka kemungkinan
tiga tahun yang akan datang akan sulit diharapkan adanya perubahan yang
cukup signifikan, menyangkut perbaikan nasib bangsa.</li>
<li>Oleh sebab itu perjuangan untuk mewujudkan terjadinya sirkulasi
kepemimpinan nasional dan pemerintahan bukan lagi untuk memenuhi ambisi
perorangan atau kelompok, namun merupakan perjuangan bersama untuk
menyelamatkan masa depan bangsa.</li>
<li>Perjuangan itu membutuhkan keberanian untuk menyusun strategi jangka
panjang pada keseluruhan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara guna
mengembalikan kemandirian dan kebanggaan kita sebagai bangsa.</li>
<li>Untuk itu diperlukan kepemimpimpinan yang jujur, bijak, dan berani
yang dapat menggalang persatuan, kebersamaan, dan keikhlasan,
sebagaimana dahulu para pendahulu kita ‘berhimpun bersama sebagai bangsa
untuk mencapai kemerdekaan’. Sekarang saatnya kita berhimpun kembali
sebagai bangsa guna menyelamatkan negeri kita.</li>
<li>Kita kembangkan semangat perjuangan, ‘Semua untuk satu, satu untuk
semua’. Artinya, semua harus memberikan yang terbaik untuk satu tujuan
bersama, yakni membentuk pemerintahan yang jujur dan berkualitas.
Selanjutnya, pemerintahan itu benar-benar akan bekerja semata-mata untuk
kepentingan rakyat Indonesia.</li>
<li>Perjuangan itu akan kita wadahi dalam sebuah partai politik.</li>
<li>Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati dan melindungi perjuangan
yang tulus dan ikhlas ini demi masa depan Indonesia yang kita cintai
bersama.</li>
</ol>
</li>
<li>Delapan kesepakatan itu kemudian ditindaklanjuti dalam wadah partai
politik bernama Partai Hati Nurani Rakyat, disingkat Partai HANURA.
Pendeklarasian partai ini diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2006
di Jakarta.</li>
<li>Komposisi dewan pendiri Partai HANURA di antaranya adalah:<br />
Jend. TNI (Purn) Wiranto, Yus Usman Sumanegara, Dr. Fuad Bawazier, Dr.
Tuti Alawiyah AS., Jend. TNI (Purn) Fachrul Razi, Laks TNI (Purn)
Bernard Kent Sondakh, Prof. Dr. Achmad Sutarmadi, Prof. Dr. Max Wullur,
Prof. Dr. Azzam Sam Yasin, Jend. TNI (Purn) Subagyo HS., Jend. Pol
(Purn) Chaeruddin Ismail, Samuel Koto, LetJen. TNI (Purn) Suaidi
Marasabessy, Marsdya TNI (Purn) Budhy Santoso, Djafar Badjeber, Uga
Usman Wiranto, Letjen. TNI (Purn) Ary Mardjono, Elza Syarief, Nicolaus
Daryanto, Anwar Fuadi, Dr. Teguh Samudra dan lain-lain.</li>
</ul>
</div>
<u><b>VISI & MISI</b></u><br />
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>Visi Partai HANURA
<ul>
<li>
<div align="justify">
<strong>Kemandirian Bangsa</strong><br />
Bangsa Indonesia saat ini terasa tidak mandiri lagi. Banyak tekanan dan
intervensi asing yang sudah merajalela merugikan kehidupan seluruh
bangsa. Kita harus rebut kembali, bangun kembali kemandirian kita dalam
penyelenggaraan negara.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
<strong>Kesejahteraan Rakyat<br />
</strong>Sebuah kata yang sudah sangat sering diucapkan tetapi sangat
sulit diwujudkan. Semua kader Partai HANURA yang juga calon pemimpin
bangsa, di benaknya harus selalu tertanam kalimat ‘kesejahteraan rakyat
Indonesia’, sekaligus mampu berusaha menghadirkannya.</div>
</li>
</ul>
</li>
<li>Misi Partai HANURA
<ul>
<li>
<div align="justify">
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
melalui penyelenggaraan negara yang demokratis, transparan, akuntabel,
dengan senantiasa berdasar pada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Melahirkan pemimpin yang bertakwa, jujur, berani,
tegas, dan berkemampuan, yang dalam menjalankan tugas selalu
mengedepankan hati nurani.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Menegakkan hak dan kewajiban asasi manusia dan
supremasi hukum yang berkeadilan secara konsisten, sehingga dapat
menghadirkan kepastian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Membangun sumber daya manusia yang sehat dan
terdidik yang didasari akhlak dan moral yang baik serta memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada kaum perempuan dan pemuda untuk
berperan aktif dalam pembangunan bangsa.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Membangun ekonomi nasional yang berkeadilan dan
berwawasan lingkungan serta membuka kesempatan usaha dan lapangan kerja
yang seluas-luasnya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
rakyat.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Memberantas korupsi secara total dalam rangka mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan bermartabat.</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Mengembangkan Otonomi Daerah untuk lebih memacu
pembangunan di seluruh tanah air dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.</div>
</li>
</ul>
</li>
</ul>
</div>
<u><b>LAMBANG</b></u><br />
<ol style="text-align: justify;">
<li>Lambang dan Makna Bendera HanuraGambar lambang berbentuk empat
persegi panjang dengan warna putih-merah-putih mendatar, pada bagian
merah bertuliskan HANURA warna putih dengan ujung meruncing berbentuk
anak panah melesat maju menembus warna coklat tanah dan pada bagian
putih bawah tertulis PARTAI HATI NURANI RAKYAT warna hitam.</li>
<li>Arti warna pada lambang:<br />
Lambang terdiri dari warna putih, merah, hitam dan coklat tanah.
<ul>
<li>Warna putih bermakna kesucian dalam mengemban amanah hati nurani rakyat.</li>
<li>Warna merah bermakna keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan perjuangan.</li>
<li>Warna coklat tanah bermakna kearifan dalam mewujudkan kemandirian bangsa dan kesejahteraan rakyat.</li>
<li>Warna hitam bermakna keteguhan hati dan ketegasan sikap dalam mencapai cita-cita perjuangan.</li>
</ul>
</li>
<li>Arti simbol pada lambang:
<ul>
<li>Anak panah bersudut lima melambangkan cita-cita yang akan dicapai berlandaskan Pancasila.</li>
<li>Tulisan HANURA di tengah anak panah melambangkan derap langkah
perjuangan Partai yang selalu bergerak maju mengemban amanah hati nurani
rakyat.</li>
<li>Gambar lambang berbentuk empat persegi panjang bermakna komitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI.</li>
</ul>
</li>
<li>Arti lambang secara keseluruhan adalah Partai HANURA sebagai
pengemban amanah suci hati nurani rakyat, senantiasa teguh berjuang
menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkan kemandirian bangsa dan
kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.</li>
</ol>
<u><b>Profil Partai Hanura</b></u><br />
Berdiri : 21 Desember 2006<br />
Alamat : Jalan Tanjung Karang no 7 Jakarta Pusat<br />
Phone : (021) 390-1078<br />
Website Resmi : <a href="http://hanura.com/" target="_blank">Hanura</a> <br />
<br />
<br />
Di Ambil dari Website Resmi Hanura<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-32516000121658386952014-01-30T13:52:00.001+07:002014-01-30T13:52:47.996+07:00Asal Usul Sejarah Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk6bZLy5GXq60o09M3wD7A5QGTyJTW0XWQHgKhhyphenhyphen52mLltL8Z2W0Vso7KddQg1Mk6vTVec_FzPoQ424aqOAIn89dIE0pStvlWKkBuxV-4Ab07zsfNs_AmCIQH2rHZGC5l4krdK3ahOG6U/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk6bZLy5GXq60o09M3wD7A5QGTyJTW0XWQHgKhhyphenhyphen52mLltL8Z2W0Vso7KddQg1Mk6vTVec_FzPoQ424aqOAIn89dIE0pStvlWKkBuxV-4Ab07zsfNs_AmCIQH2rHZGC5l4krdK3ahOG6U/s1600/index.jpg" /></a></div>
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)</b></u><br />
<div class="post_description clearfix">
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP INDONESIA) adalah
kelanjutan dari Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) yang dideklarasikan
pada tanggal 15 Januari 1999; yang kemudian berganti nama pada tahun
2002 karena ketentuan electoral threshold sesuai UU No. 3 Tahun 1999 jo
UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum (Legislatif).<br />
<br />
Partai ini lahir di awal masa reformasi, sebagai jawaban menghadapi
krisis multi dimensi yang telah melemahkan sendi-sendi Persatuan dan
Kesatuan bangsa.<br />
Diawali dengan membentuk Gerakan Keadilan dan Persatuan
Bangsa (GKPB),<br />
yang dimotori oleh<br />
mantan Wakil Presiden Jenderal TNI
(Purn) Try Sutrisno,<br />
mantan Menhankam / Pangab Jenderal TNI (Purn) Edi
Sudradjat,<br />
Tatto S. Pradjamanggala,<br />
Ir. Siswono Yudhohusodo,<br />
Ir. Sarwono
Kusumaatmaja,<br />
Hayono Isman,<br />
Letjen TNI (Purn) Suryadi,<br />
Ali Sadikin,<br />
Kemal Idris,<br />
Udju S. Dinata,<br />
Prof. Sri Edi Swasono,<br />
David Napitupulu,<br />
Bambang Warih Koesoema,<br />
KH. Said Aqil Siradj,<br />
Ki. H. Umar Mansyur,<br />
Dr.
Meutia Hatta,<br />
John Pieris,<br />
Marah Halim Harahap,<br />
Anton J. Supit, EE
Mangindaan,<br />
Freddy Numbery,<br />
Indra Bambang Utoyo,<br />
Pontjo Sutowo, beserta
komponen bangsa lainnya,<br />
yang kemudian dibentuklah PKP pada tanggal 15
Januari 1999 untuk mengikuti Pemilu 5 April 1999.<br />
Dan kemudian menjadi
PKP Indonesia pada tahun 2002.<br />
<br />
<u><b>VISI & MISI</b></u> <br />
<br />
<div class="post_description clearfix">
<strong>Visi :</strong> PKP INDONESIA memandang bahwa kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara perlu senantiasa dikembangkan
dengan mengacu pada dua hal pokok :<br />
<strong>a. Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 serta Pancasila
sebagai ideologi negara dan dasar negara sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 yang dirinci sebagai berikut :</strong><br />
1. Wawasan Kebangsaan yang senantiasa harus dipupuk dan
ditumbuh-kembangkan untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat bangsa
yang besar dan kokoh, nasional, bersatu-padu, beradab, berbudaya, dan
tidak diskriminatif.<br />
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dijaga kedaulatan dan
dikembangkan eksistensinya melalui pemerintahan yang bersih, jujur,
adil, berkualitas, demokratis, berwibawa, kuat, taat pada konstitusi,
hukum, serta bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).<br />
3. Peri kehidupan rakyat yang bersatu dan bekerjasama, berkeadilan dan
demokratis, berkesejahteraan sosial, berkarakter, beretika – bermoral –
berakhlak mulia, memiliki etos kerja keras yang tinggi serta
profesional.<br />
<strong>b. Keadaan nyata masyarakat serta kecerdasan yang dicapai
setelah tahun 1945, yang pada gilirannya juga menghasilkan tuntutan
terhadap sesama bangsa dan negara.</strong><br />
1. Kehidupan bangsa dan negara pada saat ini dan ke masa depan
menyaratkan diperlukannya penegakan keadilan, persatuan, dan
kesejahteraan sosial sebagai suatu kesatuan makna dan nafas perjuangan
seluruh rakyat Indonesia.<br />
2. Persatuan bangsa hanya dapat terpelihara dan semakin kokoh bila ada
keadilan. Keadilan yang diperjuangkan terwujudannya haruslah memperkuat
dan memperdalam makna persatuan.<br />
Dengan demikian, maka <strong>visi PKP INDONESIA adalah terwujudnya
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berkeadilan, bersatu dan
berkesejahteraan sosial dengan menjunjung tinggi supremasi hukum.</strong><br />
<br />
<strong>Misi :</strong> Untuk mewujudkan visi tersebut, PKP INDONESIA mengemban misi sebagai berikut :<br />
a. Mempertahankan kedaulatan dan eksistensi serta tetap tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 sepanjang masa. Untuk itu PKP INDONESIA akan bekerjasama
dengan segenap komponen bangsa dan lapisan masyarakat sebagai pemilik
kedaulatan, termasuk TNI dan POLRI.<br />
b. Mewujudkan keadilan, kesejahteraan sosial dan hak-hak politik
rakyat untuk mewujudkan peri-kehidupan yang adil, beradab, berbudaya
dengan menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi dan hak asasi
manusia (HAM).<br />
c. Memperkokoh persatuan yang nyata dalam tatanan masyarakat majemuk
melalui peri kehidupan yang adil, setara, merata dan tidak
diskriminatif.<br />
d. Mewujudkan pemerintahan yang jujur, demokratis, efisien, efektif,
bersih, tidak menyalahgunakan wewenang, berwibawa, kuat dan bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) agar mampu menyelenggarakan urusan
negara dan kepentingan negara untuk melayani kepentingan masyarakat.<br />
e. Mewujudkan masyarakat kewargaan (civil society) yang kuat, sehat,
cerdas, professional, beradab (civilized society) dan bersih (clean
society) melalui pembangunan kesehatan dan pendidikan serta penciptaan
kesempatan kerja dalam rangka pengentasan kemiskinan.<br />
f. Mewujudkan kehidupan bangsa dan negara yang bermartabat, sehingga
dapat berperan dalam pergaulan dunia, dan dihormati, serta mampu
bersaing dan berkembang dalam kompetisi ekonomi dan politik secara
global.<br />
Dengan demikian maka <strong>misi PKP INDONESIA adalah mewujudkan
masyarakat kewargaan (civil society) yang berkeadilan, bersatu,
berkesejahteraan sosial dalam mewujudkan pemerintahaan yang kuat,
efektif, efisien, bersih, taat hukum, berwibawa di Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mampu
bersaing serta dihormati dalam pergaulan dunia.</strong><br />
<br />
<strong><u>Profil PKPI</u> </strong></div>
Berdiri : 15 Januari 1999<br />
Alamat : JL. Diponegoro no. 63, Menteng, Jakarta 10310<br />
Phone : (021) 7134 7384; 3192 2733<br />
Email : mediacenterpkpi@pkpi.or.id<br />
Website Resmi : <a href="http://pkpi.or.id/" target="_blank">PKPI</a><br />
Pengurus PKPI : <a href="http://pkpi.or.id/pengurus-pkpi" target="_blank">Kepengurusan</a> <br />
</div>
<br />
<br />
Diambil dari website Resmi PKPIAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-82577558688594723662014-01-30T13:37:00.001+07:002014-01-30T13:37:27.875+07:00Asal Usul Sejarah Partai Golongan Karya ( Partai Golkar)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHgVckV5T9J8zAPOWsjYzQ2JgrJL9uZxgcaa58aN1oLlg6iWkQsGZRHrLAPwoTZiNe3bjiTXion55cgrHWovRkoT_PY4BBnAwBQnRP_cOs5nZ_thLOsXuxnMitm1QAEj2VVpl0-Ntbcc/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHgVckV5T9J8zAPOWsjYzQ2JgrJL9uZxgcaa58aN1oLlg6iWkQsGZRHrLAPwoTZiNe3bjiTXion55cgrHWovRkoT_PY4BBnAwBQnRP_cOs5nZ_thLOsXuxnMitm1QAEj2VVpl0-Ntbcc/s1600/index.jpg" /></a></div>
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah Partai GOLKAR ( Golongan Karya)</b></u><br />
<div class="entry">
Sejarah Partai Golkar bermula pada tahun 1964 dengan berdirinya
Sekber Golkar di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno.<br />
Sekber
Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan Darat
( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh
organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam
Sekretariat Bersama GOLONGAN KARYA (Sekber Golkar).<br />
<br />
Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964.<br />
Sekber Golkar
ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan
politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin
meningkat.<br />
Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan
fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh
politik tertentu.<br />
Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber Golkar adalah
Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono sebelum digantikan Mayor Jenderal
(Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas)
I, Bulan Desember Tahun 1965.<br />
<br />
Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena
golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front
Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional Sekber
Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945.<br />
Semula anggotanya
berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291
organisasi.<br />
<br />
Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini
kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh)
Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:<br />
<ol>
<li>Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)</li>
<li>Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)</li>
<li>Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)</li>
<li>Organisasi Profesi</li>
<li>Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)</li>
<li>Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)</li>
<li>Gerakan Pembangunan untuk menghadapi Pemilu 1971</li>
</ol>
Ke- 7 (tujuh) KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber GOLKAR
tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970
untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar
yaitu Golongan Karya (GOLKAR).<br />
Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971,
tetap dipertahankan sampai sekarang.<br />
<br />
Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut serta menjadi salah satu
konsestan.<br />
Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan GOLKAR sebagai
kontestan Pemilu.<br />
Mereka meragukan kemampuan komunikasi politik GOLKAR
kepada grassroot level.<br />
NU, PNI dan Parmusi yang mewakili kebesaran dan
kejayaan masa lampau sangat yakin keluar sebagai pemenang.<br />
<br />
Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal mereka
telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR.<br />
Hasilnya di luar
dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara
atau 62,79 % dari total perolehan suara.<br />
Perolehan suaranya pun cukup
merata di seluruh propinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada
basis tradisional.<br />
<br />
NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai Katholik
di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat
dan Aceh.<br />
Sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga
tidak memperoleh kursi DPR.<br />
Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan
MPRS mengenai perlunya penataan kembali kehidupan politik Indonesia,
pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber GOLKAR mengubah dirinya menjadi GOLKAR.<br />
<br />
GOLKAR menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini mengandung
pengertian dan pengutamaan politik dengan mengesampingkan pembangunan
dan karya.<br />
September 1973, GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional
(Munas) I di Surabaya.<br />
Mayjen Amir Murtono terpilih sebagai Ketua Umum.<br />
<br />
Konsolidasi GOLKAR pun mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah
profesi, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan
Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia
(FBSI).<br />
<br />
Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan sepenuhnya
dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan aksi-aksinya untuk
melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno.<br />
Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer
Orde Baru.<br />
<br />
Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh
pimpinan militer dan Golkar.<br />
Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa,
jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif,
hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar.<br />
Keluarga besar
Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru
melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan
militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan
sipil di luar birokrasi.<br />
<br />
Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap
Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis.<br />
Jadi Pimpinan
Pemilu Dalam pemilu Golkar yang berlambang beringin ini selalu tampil
sebagai pememang.<br />
Kemenangan Golkar selalu diukir dalam pemilu di tahun
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.<br />
<br />
Arus reformasi bergulir.<br />
<br />
Tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-mana. Soeharto
akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa.<br />
Hal ini kemudian
berimbas pada Golkar.<br />
Karena Soeharto adalah penasehat partai, maka
Golkar juga dituntut untuk dibubarkan.<br />
Saat itu Golkar dicerca di
mana-mana.<br />
<br />
Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era ini kemudian
mati-matian mempertahankan partai.<br />
Di bawah kepemimpinan Akbar, Golkar
berubah wujud menjadi Partai Golkar.<br />
Saat itu Golkar juga mengusung
citra sebagai Golkar baru.<br />
Upaya Akbar tak sia-sia, dia berhasil
mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra, inilah
yang membuat Akbar menjadi ketua umum Golkar yang cukup legendaris.<br />
<br />
Partai Golkar kemudian ikut dalam Pemilu 1999, berkompetisi bersama
partai-partai baru di era multipartai.<br />
Pada pemilu pertama di Era
Reformasi ini Partai Golkar mengalami penurunan suara di peringkat ke
dua di bawah PDIP<br />
Namun pada pemilu berikutnya Golkar kembali
unggul.<br />
Pada pemilu legislatif 2004 Golkar menjadi pemenang pemilu
legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.<br />
<br />
Pada pemilu legislatif 2009 lalu suara Partai Golkar kembali turun ke
posisi dua.<br />
Pemenang pemilu dipegang oleh Partai Demokrat.<br />
Dalam Munas
VIII di Pekanbaru, Aburizal Bakrie terpilih sebagai ketua umum
menggantikan Jusuf Kalla.<br />
Sebagai pimpinan baru partai beringin,
Aburizal bertekad akan kembali membawa Golkar memenangkan pemilu.<br />
Dia
menargetkan Golkar menjadi pemenang pertama pemilu legislatif 2014
nanti.<br />
<br />
Ketua Umum GOLKAR dari masa ke masa :<br />
<ol>
<li>Djuhartono (1964-1969)</li>
<li>Suprapto Sukowati (1969–1973)</li>
<li>Amir Moertono (1973–1983)</li>
<li>Sudharmono (1983–1988)</li>
<li>Wahono (1988–1993)</li>
<li>Harmoko (1993–1998)</li>
<li>Akbar Tandjung (1998–2004)</li>
<li>Jusuf Kalla (2004–2009)</li>
<li>Aburizal Bakrie (2009–sekarang)</li>
</ol>
</div>
<u><b>VISI & MISI PARTAI GOLKAR</b></u><br />
<div class="entry">
<div align="center" style="text-align: justify;">
<strong>VISI</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejalan dengan cita-cita para bapak pendiri negara (<em>the founding fathers</em>)
kita bahwa tujuan kita bernegara adalah melindungi segenap tumpah darah
Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia dan ikut menciptakan perdamaian dunia,
maka Partai GOLKAR sebagai pengemban cita-cita Proklamasi menegaskan
visi perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai
cita-citanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya
Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur dengan
masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi
hak asasi manusia, cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan
masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum
dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos
kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan visi ini maka Partai GOLKAR
hendak mewujudkan kehidupan politik nasional yang demokratis melalui
pelaksanaan agenda-agenda reformasi politik yang diarahkan untuk
melakukan serangkaian koreksi terencana, melembaga dan berkesinambungan
terhadap seluruh bidang kehidupan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Reformasi pada sejatinya adalah upaya
untuk menata kembali sistim kenegaraan kita disemua bidang agar kita
dapat bangkit kembali dalam suasana yang lebih terbuka dan demokratis. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi Partai GOLKAR upaya mewujudkan kehidupan politik yang demokratis
yang bertumpu pada kedaulatan rakyat adalah cita-cita sejak
kelahirannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<strong>MISI</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin
dan mewujudkan visi tersebut Partai GOLKAR dengan ini menegaskan misi
perjuangannya, yakni: menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan
Pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi bangsa demi untuk
memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan mewujudkan cita-cita
Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang
untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, menegakkan supremasi hukum,
mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan hak-hak asasi manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam rangka membawa misi mulia tersebut Partai GOLKAR melaksanakan fungsi-fungsi sebagai sebuah partai politik modern, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Pertama,</em> mempertegas komitmen
untuk menyerap, memadukan, mengartikulasikan, dan memperjuangkan
aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik
yang bersifat publik.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Kedua,</em> melakukan rekruitmen
kader-kader yang berkualitas melalui sistem prestasi (merit system)
untuk dapat dipilih oleh rakyat menduduki posisi-posisi politik atau
jabatan-jabatan publik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan posisi atau jabatan politik ini maka para
kader dapat mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk
diabdikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b>IKRAR PANCA BHAKTI PARTAI GOLKAR</b></u> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="entry">
<div align="center">
<b>IKRAR “PANCA BHAKTI”</b></div>
<div align="center">
<b>PARTAI GOLKAR</b></div>
1. KAMI,WARGA PARTAI GOLONGAN KARYA ADALAH INSAN YANG PERCAYA DAN TAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA;<br />
2. KAMI,WARGA PARTAI GOLONGAN KARYA ADALAH PEJUANG DAN PELAKSANA
UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA PROKLAMSI 1945, PEMBELA SERTA PENGAMAL
PANCASILA;<br />
3. KAMI,WARGA PARTAI GOLONGAN KARYA ADALAH PEMBINA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA YANG BERWATAK SETIA KAWAN;<br />
4. KAMI,WARGA PARTAI GOLONGAN KARYA BERTEKAD BULAT MELAKSANAKAN
AMANAT PENDERITAAN RAKYAT UNTUK MEMBANGUN MASYARAKAT ADIL, MAKMUR, AMAN,
TERTIB, DAN SENTAUSA;<br />
5. KAMI,WARGA PARTAI GOLONGAN KARYA SETIA KEPADA UNDANG UNDANG DASAR
1945, MENGUTAMAKAN KERJA KERAS, JUJUR, DAN BERTANGGUNG JAWAB, DALAM
MELAKSANAKAN PEMBAHARUAN DAN PEMBANGUNAN.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<u><b>
</b></u></div>
<u><b>PROFIL PARTAI GOLKAR </b></u><br />
berdiri : 20 Oktober 1964<br />
Kantor Pusat : DKI Jakarta<br />
Web Resmi : <a href="http://partaigolkar.or.id/" target="_blank">Partai Golkar</a><br />
<br />
Diambil dari Partaigolkar.or.idAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-49341352410193135262014-01-30T13:17:00.001+07:002014-01-30T13:17:31.342+07:00Asal Usul Sejarah Tahun Baru Imlek<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSDVFF8W09bvS5S70ncA3KOoo0W25K17EEQdPUZKn7qsYTcBYqaiXNLYgSkKnpZEEqaIMPmtglQp5KtEQGvmowSTcIHNXLgvuAtWgHkqti8RhIcp7-JaKVHzhPkEMulxQE1C-m4RnT8R4/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSDVFF8W09bvS5S70ncA3KOoo0W25K17EEQdPUZKn7qsYTcBYqaiXNLYgSkKnpZEEqaIMPmtglQp5KtEQGvmowSTcIHNXLgvuAtWgHkqti8RhIcp7-JaKVHzhPkEMulxQE1C-m4RnT8R4/s1600/index.jpg" /></a></b></div>
<br />
<b>Tahun Baru Imlek</b> merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa.<br />
Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Tionghoa: <span lang="zh">正月</span>; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh
十五冥 元宵节 di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama).<br />
Malam tahun
baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".<br />
<br />
Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan
Tahun Baru Imlek sangat beragam.<br />
Namun, kesemuanya banyak berbagi tema
umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta
penyulutan kembang api.<br />
Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor
tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori
dari pemerintahan Huangdi.<br />
Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh
berbagai ahli, sehingga pada tahun 2009 masehi "Tahun Tionghoa" dapat
jadi tahun 4707, 4706, atau 4646.<br />
<br />
Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek
dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki
pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta
budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas.<br />
Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873).<br />
Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han
yang signifikan,<br />
Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai
derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara
tersebut.<br />
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah Tahun Baru Imlek</b></u><br />
Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas.<br />
Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou
di China.<br />
Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa
sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah
bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou
(menurut Sima Qian).<br />
<br />
Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM.<br />
Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han
menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.<br />
Tahun pertama
Tahun Baru Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran
Kongfuzi (Confucius), hal ini dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai
penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan
sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1
bulan kesatu.<br />
Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan
Kongzili.<br />
<br />
<u><b>MITOS</b></u> <br />
Menurut legenda, dahulu kala, Nián (<span lang="zh">年</span>)
adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam
hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk
memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.<br />
Untuk melindungi
diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada
awal tahun.<br />
<br />
DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan
yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri
ternak dan hasil Panen.<br />
Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian
lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan
pakaian berwarna merah.<br />
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan
warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk
akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan
pintu.<br />
<br />
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.<br />
Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun
Baru. <i> </i><br />
<i>Guò nián</i> (Hanzi tradisional: <span lang="zh-Hant">過年</span>; Tionghoa: <span lang="zh">过年</span>), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".<br />
<br />
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.<br />
Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.<br />
<br />
<u><b>Tanggal Perayaan</b></u> <br />
Kalender suryacandra
Tionghoa menentukan tanggal Tahun Baru Imlek.<br />
Kalender tersebut juga
digunakan di negara-negara yang telah mengangkat atau telah dipengaruhi
oleh budaya Han (terutama di Korea, Jepang, dan Vietnam) dan mungkin memiliki asal yang serupa dengan perayaan Tahun Baru di luar Asia Timur (seperti Iran, dan pada zaman dahulu kala, daratan Bulgar).<br />
<br />
Dalam kalender Gregorian, Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, antara tanggal 21 Januari sampai 20 Februari.<br />
Dalam kalender Tionghoa, titik balik mentari musim dingin harus terjadi
di bulan 11, yang berarti Tahun Baru Imlek biasanya jatuh pada bulan
baru kedua setelah titik balik mentari musim dingin (dan kadang yang
ketiga jika pada tahun itu ada bulan kabisat).<br />
Di budaya tradisional di
Cina, lichun adalah waktu solar yang menandai dimulainya musim semi, yang terjadi sekitar 4 Februari.<br />
<br />
<u><b> Penanggalan Untuk Tahun Baru Imlek ari 1996 - 2019</b></u><br />
Tikus : 19 Februari 1996 & 7 Februari 2008<br />
Sapi : 7 Februari 1997 & 26 Januari 2009<br />
Macan : 28 Januari 1998 & 14 Februari 2010<br />
Kelinci : 16 Februari 1999 & 3 Februari 2011<br />
Naga : 5 Februari 2000 & 23 Januari 2012<br />
Ular : 24 Januari 2001 & 10 Februari 2013<br />
Kuda : 12 Februari 2002 & 31 Januari 2014<br />
Kambing : 1 Februari 2003 & 19 Februari 2015<br />
Monyet : 22 Januari 2004 & 8 Februari 2016<br />
Ayam : 9 Februari 2005 & 28 Januari 2017<br />
Anjing : 29 Januari 2006 & 16 Februari 2018<br />
Babi : 18 Februari 2007 & 5 Februari 2019<br />
<br />
Tanggal untuk Tahun Baru Imlek dari 1996 sampai 2019 (dalam
penanggalan Gregorian) dapat dilihat di tabel di atas, bersamaan dengan
shio hewan untuk tahun itu dan cabang duniawinya.<br />
Bersamaan dengan daur
12-tahun masing-masing dengan shio hewan ada daur 10-tahun batang
surgawi.<br />
Setiap surgawi dikaitkan dengan salah satu dari lima elemen
perbintangan Cina, yaitu: Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air.<br />
<br />
Unsur-unsur
tersebut diputar setiap dua tahun sekali sementara perkaitan yin dan
yang silih berganti setiap tahun.<br />
Unsur-unsur tersbut dengan itu
dibedakan menjadi: Kayu Yang, Kayu Yin, Api Yang, Api Yin, dan
seterusnya.<br />
Hal ini menghasilkan sebuah daur gabungan yang berulang
setiap 60 tahun.<br />
Sebagai contoh, tahun dari Tikus Api Yang terjadi pada
1936 dan pada tahun 1996.<br />
<br />
Banyak orang mengacaukan tahun kelahiran Tionghoa dengan tahun
kelahiran Gregorian mereka.<br />
Karena Tahun Baru Imlek dapat dimulai pada
akhir Januari sampai pertengahan Februari, tahun Tionghoa dari 1 Januari
sampai hari imlek pada tahun baru Gregorian tetap tidak berubah dari
tahun sebelumnya.<br />
Sebagai contoh, tahun ular 1989 mulai pada 6 Februari
1989.<br />
Tahun 1990 dianggap oleh beberapa orang sebagai tahun kuda.<br />
Namun,
tahun ular 1989 secara resmi berakhir pada 26 Januari 1990.<br />
Ini berarti
bahwa barang siapa yang lahir dari 1 Januari ke 25 Januari 1990 sebenarnya lahir pada tahun ular alih-alih tahun kuda.<br />
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia</b></u><br />
Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum.<br />
Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.<br />
<br />
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967.<br />
Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya).<br />
Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.<br />
<br />
Pada tahun 1946, ketika Republik Indonesia baru berdiri, Presiden
Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah tentang hari-hari raya umat
beragama No.2/OEM-1946 yang pada pasal 4 nya ditetapkan 4 hari raya
orang Tionghoa yaitu Tahun Baru Imlek, hari wafatnya Khonghucu ( tanggal
18 bulan 2 Imlek), Ceng Beng dan hari lahirnya Khonghucu (tanggal 27
bulan 2 Imlek).<br />
Dengan demikian secara tegas dapat dinyatakan bahwa Hari
Raya Tahun Baru Imlek Kongzili merupakan hari raya Agama Tionghoa.<br />
<br />
Orang Tionghoa yang pertama kali mengusulkan larangan total untuk
merayakan Imlek, adat istiadat, dan budaya Tionghoa di Indonesia kepada
Presiden Soeharto sekitar tahun 1966-1967 adalah Kristoforus Sindhunata
alias Ong Tjong Hay.<br />
Namun, Presiden Soeharto merasa usulan tersebut
terlalu berlebihan, dan tetap mengijinkan perayaan Imlek, adat istiadat,
dan budaya tionghoa namun diselengarakan hanya di rumah keluarga
tionghoa dan di tempat yang tertutup, hal inilah yang mendasari
diterbikannya Inpres No. 14/1967.<br />
<br />
Pada 6 Desember 1967, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi
Presiden No.14/1967 tentang pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat
Istiadat Cina.<br />
Dalam instruksi tersebut ditetapkan bahwa seluruh Upacara
Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Tionghoa hanya boleh dirayakan di
lingkungan keluarga dan dalam ruangan tertutup.<br />
Instruksi Presiden ini
bertujuan mengeliminasi secara sistematis dan bertahap atas identitas
diri orang-orang Tionghoa terhadap Kebudayaan Tionghoa termasuk
Kepercayaan, Agama dan Adat Istiadatnya.<br />
<br />
Dengan dikeluarkannya Inpres
tersebut, seluruh Perayaan Tradisi dan Keagamaan Etnis Tionghoa termasuk
Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Pehcun dan sebagainya dilarang dirayakan
secara terbuka.<br />
Demikian juga tarian Barongsai dan Liong dilarang
dipertunjukkan.<br />
<br />
Tahun itu pula dikeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera
Nomor 06 Tahun 1967 dan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor
286/KP/XII/1978 yang isinya menganjurkan bahwa WNI keturunan yang masih
menggunakan tiga nama untuk menggantinya dengan nama Indonesia sebagai
upaya asimilasi.<br />
Hal ini didukung pula oleh Lembaga Pembina Kesatuan
Bangsa (LPKB).<br />
<br />
LPKB menganjurkan keturunan Tionghoa, antara lain, agar :<br />
- Mau melupakan dan tidak menggunakan lagi nama Tionghoa.<br />
- Menikah dengan orang Indonesia pribumi asli.<br />
- Menanggalkan dan menghilangkan agama, kepercayaan dan adat istiadat
Tionghoa, termasuk bahasa maupun semua kebiasaan dan kebudayaan
Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk larangan untuk perayaan
tahun baru imlek.<br />
<br />
Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC).<br />
BKMC berada di bawah BAKIN yang
menerbitkan tak kurang dari 3 jilid buku masing-masing setebal 500
halaman, yaitu "Pedoman Penyelesaian Masalah Cina" jilid 1 sampai 3.<br />
Dalam hal ini, pemerintahan Soeharto dengan dengan tegas menganggap
keturunan Cina dan kebiasaan serta kebudayaan Cina, termasuk agama,
kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa sebagai "masalah" yang merongrong
negara dan harus diselesaikan secara tuntas.<br />
<br />
Kemudian dengan diterbitkannya SE Mendagri No.477 / 74054 tahun 1978
tertanggal 18 Nopember 1978 tentang pembatasan kegiatan Agama,
Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina, yang berisi antara lain, bahwa
pemerintah menolak untuk mencatat perkawinan bagi yang Beragama
Khonghucu dan penolakan pencantuman Khonghucu dalam kolom Agama di KTP,
yang di dukung dengan adanya kondisi sejak tahun 1965-an atas penutupan
dan larangan beroperasinya sekolah-sekolah Tionghoa, hal ini menyebabkan
terjadi eksodus dan migrasi identitas diri sebagian besar orang-orang
Tionghoa ke dalam Agama Kristen sekte Protestan, dan sekte Katolik,
Buddha bahkan ke Islam.<br />
<br />
Demikian juga seluruh perayaan ritual
kepercayaaan, agama dan adat istiadat Tionghoa termasuk perayaan Tahun
Baru baru Imlek menjadi surut dan pudar.<br />
<br />
Surat dari Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Depag No H/BA.00/29/1/1993
menyatakan larangan merayakan Imlek di Vihara dan Cetya.<br />
Kemudian
Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) mengeluarkan Surat Edaran No
07/DPP-WALUBI/KU/93, tertanggal 11 Januari 1993 yang menyatakan bahwa
Imlek bukanlah merupakan hari raya agama Buddha, sehingga Vihara
Mahayana tidak boleh merayakan tahun baru Imlek dengan menggotong
Toapekong, dan acara Barongsai.<br />
<br />
Pada tanggal 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan
Keppres No.6/2000 tentang pencabutan Inpres N0.14/1967 tentang
pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Tionghoa.<br />
Dengan
dikeluarkannya Keppres tersebut, masyarakat Tionghoa diberikan kebebasan
untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya termasuk
merayakan Upacara-upacara Agama seperti Imlek, Cap Go Meh dan sebagainya
secara terbuka.<br />
<br />
Pada Imlek 2551 Kongzili di tahun 2000 Masehi, Majelis Tinggi Agama
Konghucu Indonesia (MATAKIN) mengambil inisiatif untuk merayakan Imlek
secara terbuka sebagai puncak Ritual Agama Khonghucu secara Nasional
dengan mengundang Presiden Abdurrahman Wahid untuk datang menghadirinya.<br />
<br />
Pada tanggal 19 Januari 2001, Menteri Agama RI mengeluarkan Keputusan
No.13/2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur
Nasional Fakultatif.<br />
<br />
Pada saat menghadiri perayaan Imlek 2553 Kongzili, yang
diselenggarakan Matakin dibulan Februari 2002 Masehi, Presiden Megawati
Soekarnoputri mengumumkan mulai 2003, Imlek menjadi Hari Libur Nasional.<br />
Pengumuman ini ditindak lanjuti dengan dikeluarnya Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek
tertanggal 9 April.<br />
<br />
<br />
<br />
Di ambil dari Wikipedia Indonesia Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com28tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-48900971755496529422014-01-26T21:32:00.002+07:002014-01-26T21:32:57.481+07:00Asal Usul Sejarah Stasiun Televisi Indosiar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ4FABPjAXPSV_en5KQDgVlpyg2d_yrLfl9Ef1kOgRGOOoihXPVcpUHgN9iL0QlG7DVVFD9z9S5j9sLPQRwXaJWSHztBPwNIbElzZBQGYz8n56L1ccw_lwXyZM7Wil8z2wA06gym-lnO4/s1600/573px-Logo_Indosiar.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ4FABPjAXPSV_en5KQDgVlpyg2d_yrLfl9Ef1kOgRGOOoihXPVcpUHgN9iL0QlG7DVVFD9z9S5j9sLPQRwXaJWSHztBPwNIbElzZBQGYz8n56L1ccw_lwXyZM7Wil8z2wA06gym-lnO4/s1600/573px-Logo_Indosiar.svg.png" height="255" width="320" /></a></div>
<b>Indosiar</b> adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia.<br />
Stasiun televisi ini beroperasi dari Daan Mogot, Jakarta Barat.<br />
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah Indosiar</b></u> <br />
Indosiar resmi mengudara pada 11 Januari 1995.<br />
<br />
Bentuk logo Indosiar yang sangat mirip dengan bentuk logo Television Broadcasts Limited, Hongkong.<br />
Awalnya, Indosiar memang banyak menayangkan drama-drama Hongkong.<br />
Seperti misalnya serial <i>Return of The Condor Heroes</i> yang dibintangi oleh Andy Lau, <i>To Liong To</i> yang dibintangi oleh Tony Leung yang keduanya cukup populer di kalangan penonton.<br />
<br />
Pada awal Mei 2013, Indosiar Karya Media resmi bergabung dengan Surya Citra Media dan membuat stasiun televisi ini dikendalikan oleh satu perusahaan media yang juga menguasai SCTV.<br />
<br />
<strong>Sejarah PT Indosiar Karya Media Tbk ("IDKM")</strong><br />
<table cellpadding="4" cellspacing="0" style="border: 1px solid #ccc; padding: 6px;"><tbody>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>19 Juli 1991 </strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>PT Indosiar Karya Media Tbk didirikan dengan nama PT Indovisual Citra Persada.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>20 Agustus 2003</strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>IDKM mengubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>4 Oktober 2004 </strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>IDKM menjadi induk usaha dari PT Indosiar Visual Mandiri dengan kepemilikan 99,99%.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>4 Oktober 2004 </strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>IDKM mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan simbol IDKM.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>13 Mei 2011</strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>PT
Elang Mahkota Teknologi Tbk ("Emtek") melakukan pembelian 551.708.684
saham IDKM yang dimiliki oleh PT Prima Visualindo ("PV"). Pembelian
saham ini diikuti dengan Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa
saham IDKM yang dimiliki Publik.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>28 Juni 2011 </strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan IDKM menyetujui antara lain perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>13 Juli 2011 </strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>Periode
Penarawan Tender Wajib atas 1.473.905.135 saham IDKM berakhir. Jumlah
seluruh saham IDKM yang dimiliki oleh Emtek setelah Penawaran Tender
adalah 1.717.044.055 atau mewakili 84,77% dari seluruh modal
ditempatkan dan disetor penuh IDKM.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>8 Oktober 2012 </strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>Pemecahan nilai nominal saham IDKM <em>stock split</em>
yaitu 1 saham dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah lembar
saham berubah dari 2.025.613.819 lembar saham menjadi 10.128.069.095
lembar saham.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>5 April 2013</strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SCM dan IDKM.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>25 April 2013</strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>Tanggal perdagangan terakhir saham IDKM di Bursa Efek Indonesia.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>1 Mei 2013</strong></td><td align="center" valign="top"><strong>:</strong></td><td>Efektifnya Penggabungan SCM dan IDKM.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<strong>Sejarah PT Indosiar Visual Mandiri ("Anak Perusahaan")</strong><br />
<table cellpadding="4" cellspacing="0" style="border: 1px solid #ccc; padding: 6px;"><tbody>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>19 Juli 1991</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak Perusahaan berdiri sebagai badan hukum.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>11 Januari 1995</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak Perusahaan mulai mengudara sebagai televisi nasional.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>12 Maret 2001</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak
Perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana dan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya ("BEJ" dan
"BES") (sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia).</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>8 Agustus 2003</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nama Obligasi I Indosiar Tahun
2003 dengan tingkat bunga tetap 12,8% per tahun untuk jangka waktu 5
tahun.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>4 Oktober 2004</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan PT Indosiar Karya Media Tbk dan melakukan <em>delisting </em>dari BEJ dan BES.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>2009</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak Perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan dalam rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara bertahap.</td></tr>
<tr><td align="right" valign="top" width="120"><strong>1 Mei 2013</strong></td><td valign="top"><strong>:</strong></td><td>Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan SCM.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<u><b>LOGO INDOSIAR</b></u> <br />
Logo Indosiar pada awalnya menggunakan logo yang mirip dengan Television Broadcasts Limited, Hongkong karena Indosiar dalam kenyataan yang sebenarnya banyak menyiarkan drama Asia dari Hongkong dan Korea.<br />
<br />
Logo yang sekarang digunakan kembali oleh Indosiar awalnya digunakan
pada tahun 1995-2007.<br />
Namun logo tersebut menimbulkan kontroversi karena
logo tersebut sebagai logo <i>on-air</i> di sebelah kiri atas layar TV
tabung disinyalir merusak layar TV tabung pada saat itu.<br />
Akibatnya
layar-layar pada TV tabung di bagian pojok kiri atas jadi berbekas logo
Indosiar, apabila diganti ke <i>channel</i> lain.<br />
<br />
Namun sejak tahun 2012, logo tersebut kembali digunakan.<br />
Akan tetapi, logo tersebut diberi efek mengkilap.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4oQrjcmswk_Z9agMOw7O5D0xbOZY9tMBjbnnCprWlmvU_n5Fa0HfdQrktFLCPYOutMu6BfeWTp1fldZChMULSRldKbyqkzcRojcfvzRsRZ1wPl5oMLKSnv3OxFW4PrPxIYA1VunZ-Vd8/s1600/573px-Logo_Indosiar.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4oQrjcmswk_Z9agMOw7O5D0xbOZY9tMBjbnnCprWlmvU_n5Fa0HfdQrktFLCPYOutMu6BfeWTp1fldZChMULSRldKbyqkzcRojcfvzRsRZ1wPl5oMLKSnv3OxFW4PrPxIYA1VunZ-Vd8/s1600/573px-Logo_Indosiar.svg.png" height="255" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Tahun 1995 - 2007 dan 2012 - sekarang</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZVj2QheXuQ3UImB3sHLWjfpwiKpkD_BWsTWWRGl6x8lh-tL19theTpwPelhdhEpd3HayTydlVsz2wH5li8zTpaqOEZOT_ZBC8jAPprL8lP9YYffKfY1FNTWevbMhMuqdgou0IwpZl_pQ/s1600/INDOSIAR_Logo_2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZVj2QheXuQ3UImB3sHLWjfpwiKpkD_BWsTWWRGl6x8lh-tL19theTpwPelhdhEpd3HayTydlVsz2wH5li8zTpaqOEZOT_ZBC8jAPprL8lP9YYffKfY1FNTWevbMhMuqdgou0IwpZl_pQ/s1600/INDOSIAR_Logo_2.png" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Tahun 2007 - 2012</div>
<div style="text-align: left;">
<u><b>Daftar Direktur Utama Indosiar</b></u></div>
<div style="text-align: left;">
1995 - 1996 : Eko Santoso</div>
<div style="text-align: left;">
1996 - 2011 : Anky Handoko</div>
<div style="text-align: left;">
2011 - 2013 : Lie Halim</div>
<div style="text-align: left;">
2013 - Sekarang : E. Loe Soei Kim</div>
<div style="text-align: left;">
<u><b><br /></b></u></div>
<div style="text-align: left;">
<u><b>Slogan : Memang Untuk Anda</b></u></div>
<div style="text-align: left;">
<u><b><br /></b></u></div>
<div style="text-align: left;">
<u><b>Contact Indosiar </b></u></div>
<div style="text-align: left;">
<div class="JudulArtikel">
PT. Indosiar Visual Mandiri</div>
National Television Broadcasting Station<br />
Jl. Damai No. 11 daan Mogot, Jakarta 11510 - Indonesia<br />
Telp : (62-21) 567-2222, 568-8888<br />
Fax : (62-21) 565-5756<br />
<a href="http://www.indosiar.com/">www.indosiar.com</a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
Diambil Dari : Wikipedia Indonesia & Web Indosiar Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-13005899888945685752014-01-26T20:45:00.001+07:002014-01-26T20:45:13.831+07:00Asal Usul Sejarah Persibas Banyumas<u><b>Asal Usul Sejarah Persibas Banyumas</b></u><br />
<b>Persatuan Sepak Bola Banyumas</b> atau <b>Persibas Banyumas</b> adalah sebuah klub profesional Indonesia yang bermarkas di Purwokerto,Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Indonesia.<br />
<br />
Cikal bakal klub Persibas sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1950 dg
nama ISB(ikatan sepakbola banyumas.)<br />
Tahun 1986 akhirnya berganti nama
jadi Persibas Banyumas. <br />
<br />
Persibas Banyumas belum pernah mengenyam liga teringgi di Indonesia.<br />
Meski demikian, masyarakat Banyumas tetap cinta dan setia kepada klub
Persibas Banyumas.<br />
Prestasi yang pernah diraih adalah Pemenang Bupati
Cup pada tahun 1989.<br />
<br />
Persibas memiliki basis pendukung yang luar biasa, Laskar Bombastik (
bocah mbanyumas supporter fanatik )Laskar Bawor.<br />
Keduanya basis
pendukung ini yang selalu setia mendukung Persibas.<br />
<br />
Persibas bermain di Stadion Satria <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Purwokerto" title="Purwokerto">Purwokerto</a> berkapasitas 20,000 kursi. <br />
<br />
<u><b>Logo Klub</b></u><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1JdFlfUJjq6q2xn7DesRLVtvEqvn8IPx78zrrd3x16TmlFcz8XUXzfWWfpTiM_Zf62L5fqJrDfRg55Vi1j_Skc61NDUNBmOSP6mbXRArGojSrF4ztWB2dlBzQx97A4jaipscGq8YL7bU/s1600/593px-Persibas_Banyumas_big.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1JdFlfUJjq6q2xn7DesRLVtvEqvn8IPx78zrrd3x16TmlFcz8XUXzfWWfpTiM_Zf62L5fqJrDfRg55Vi1j_Skc61NDUNBmOSP6mbXRArGojSrF4ztWB2dlBzQx97A4jaipscGq8YL7bU/s1600/593px-Persibas_Banyumas_big.jpg" height="320" width="316" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Logo Tahun 1986 - 2006</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtsFHUJ-4MpAhMZkEMMhjNSfUWkM2NF2E7zuuqaB6BWcxRvYwrsNr6_3tSJtWByqKk32gemhMo20fmaHo0Mlo1eY4aKHdva6sArlnupXYbmRgqtbHwqJo9EnyZSao6sQ-TEb-HLTNp7fA/s1600/Persibas_Banyumas_2010.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtsFHUJ-4MpAhMZkEMMhjNSfUWkM2NF2E7zuuqaB6BWcxRvYwrsNr6_3tSJtWByqKk32gemhMo20fmaHo0Mlo1eY4aKHdva6sArlnupXYbmRgqtbHwqJo9EnyZSao6sQ-TEb-HLTNp7fA/s1600/Persibas_Banyumas_2010.png" height="310" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Tahun 2006 - sekarang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<u><b>Biodata Klub</b></u></div>
<div style="text-align: left;">
Nama : Persibas Banyumas</div>
<div style="text-align: left;">
Berdiri : 1986</div>
<div style="text-align: left;">
Alamat : Purwokerto</div>
<div style="text-align: left;">
Stadion : Satria Purwokerto</div>
<div style="text-align: left;">
Suporter : Laskar Bombastik</div>
<div style="text-align: left;">
Fans Page Facebook : <a href="https://www.facebook.com/PersibasBanyumas?ref=ts&fref=ts" target="_blank">PersibasBanyumas</a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Diambil dari : Wikipedia Indonesia</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-84518220311028935332014-01-26T20:25:00.002+07:002014-01-26T20:25:48.791+07:00Asal Usul Sejarah Persebaya Surabaya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-AN6IucmSHUFEJ0tW0Kfrvqx8WOPLb8ub9Q5g9236n7cdYtTHQxVB6SWNTezTd2kBOe7rrS89PL6und7r38cOXYRdt0Q48GJfN7TTusoM0hBqd5Ah271oMQL2nJimXaWKU9u5pHmvjFs/s1600/527px-Logo_Persebaya_Surabaya.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-AN6IucmSHUFEJ0tW0Kfrvqx8WOPLb8ub9Q5g9236n7cdYtTHQxVB6SWNTezTd2kBOe7rrS89PL6und7r38cOXYRdt0Q48GJfN7TTusoM0hBqd5Ah271oMQL2nJimXaWKU9u5pHmvjFs/s1600/527px-Logo_Persebaya_Surabaya.png" height="320" width="281" /></a></div>
<b>Persatuan Sepak bola Surabaya</b> (disingkat <b>Persebaya</b>) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.<br />
<sup class="reference" id="cite_ref-Persebaya_1927_1-0"></sup><br />
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 131px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Bondho_Nekat.JPG&filetimestamp=20101001132205&"></a>
<div class="thumbcaption">
<br /></div>
</div>
</div>
Suporter Persebaya dikenal sebagai <i>bonek</i> (bondo nekat) karena kefanatikannya terhadap Persebaya.<br />
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah PERSEBAYA SURABAYA </b></u><br />
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927.<br />
Pada awal berdirinya, Persebaya bernama <i>Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond</i> (SIVB).<br />
Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama <i>Sorabaiasche Voebal Bond</i> (SVB), <i>bonden</i> (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.<br />
<br />
Pada tanggal 19 April 1930,
SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib
Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis
Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di <i>Societeit Hadiprojo</i>
Yogyakarta.<br />
SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji.<br />
<br />
Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan
diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada
tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.<br />
<br />
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa
melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis Solo.<br />
<br />
Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja
(Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja).<br />
Pada era ini Persibaja
diketuai oleh Dr. Soewandi.<br />
Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar
juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.<br />
<br />
Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya).<br />
<br />
Pada akhir tahun 2010, Persebaya terpecah menjadi dua tim.<br />
Satu tim, Persebaya di bawah Saleh Ismail Mukadar mengikuti Liga Primer Indonesia.<br />
Persebaya yang berkompetisi di Liga Primer Indonesia dengan menggunakan nama Persebaya 1927.<br />
<br />
PT Pengelola Persebaya Indonesia didapuk menjadi pengelola konsorsium
untuk PT Persebaya Indonesia.<br />
PT Pengelola Persebaya Indonesia
didirekturi oleh Llano mahardhika, seorang mantan pegawai BLI.<br />
Walaupun akhirnya berhasil menjuarai Liga Primer Indonesia,
namun manajemen PT Pengelola Persebaya tetap menimbulkan polemik karena
kurangnya sosialisasi terhadap suporter, walaupun program yang
dijalankan sangat bagus.<br />
<br />
Satu tim lainnya dengan manajer Wisnu Wardhana
tetap ikut Divisi Utama Liga Indonesia<br />
<br />
Tahun 2011 berlanjut, kali ini PSSI menyatakan legal kompetisi IPL
dan Divisi Utama yang dikelola oleh PT LPIS dan ilegal untuk ISL dan
Divisi Utama yang dikelola oleh PT Liga Indonesia.<br />
<br />
Walaupun IPL
dinyatakan legal, kubu Saleh Mukadar tidak mengganti kembali nama
Persebaya Surabaya yang sudah sangat bersejarah tersebut tapi tetap
memakai nama Persebaya 1927.<br />
yang baru timbul sejak tahun 2010 tersebut.<br />
<br />
Sedangkan kubu Wisnu
Wardhana menggunakan kembali nama Persebaya Surabaya dan tetap mengikuti
Divisi Utama Liga Indonesia.<br />
Tahun 2012, Persebaya 1927. gagal meraih Juara IPL yang saat itu direbut oleh Semen Padang FC.<br />
<br />
Persebaya Surabaya Divisi Utama Liga Indonesia. gagal menembus kompetisi ISL 2013.<br />
Di akhir Kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia
2012 , Persebaya Divisi Utama melakukan rapat anggota dan mengganti
Ketua Umum Persebaya dari Wishnu Wardhana ke Diar Kusuma Putra.<br />
Sekaligus
yang memayungi badan hukum Persebaya di PT Mitra Muda Inti Berlian
(gabungan pengusaha-pengusaha muda asli Surabaya).<br />
<br />
Tahun 2013, KLB PSSI tanggal 17 Maret 2013, kubu La Nyalla Mattalitti
(Ketua KPSI) bersatu dengan kubu Djohar Arifin Husin (Ketua PSSI).<br />
Djohar Arifin Husin tetap menjadi Ketua Umum PSSI dan La Nyalla
Mattalitti menjadi Wakil Ketua Umum PSSI. P<br />
SSI akhirnya memutuskan hanya
mengakui Persebaya Surabaya Divisi Utama PT Liga Indonesia sebagai
anggota PSSI yang sah dan tidak mengakui keberadaan. Persebaya 1927.<br />
Dan keputusan tidak diakuinya Persebaya 1927. kembali ditegaskan pada Kongres PSSI tanggal 17 Mei 2013.<br />
<br />
Di Divisi Utama Liga Indonesia 2013, Persebaya Surabaya akhirnya berhasil keluar menjadi Juara dan lolos ke Indonesia Super League tahun 2014.<br />
<br />
<u><b>PRESTASI YG DIRAIH PERSEBAYA SURABAYA </b></u><br />
<b><u>ERA PERSERIKATAN</u></b><br />
1938 – Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta<br />
1942 – Runner-up, kalah dari Persis Solo<br />
1950 – Juara, menang atas Persib Bandung<br />
1951 – Juara, menang atas Persija Jakarta<br />
1952 – Juara, menang atas Persija Jakarta<br />
1965 – Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)<br />
1967 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan<br />
1971 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan<br />
1973 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta<br />
1977 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta<br />
1978 – Juara, menang atas PSMS Medan<br />
1981 – Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh<br />
1987 – Runner-up, kalah dari PSIS Semarang<br />
1988 – Juara, menang atas Persija Jakarta<br />
1990 – Runner-up, kalah dari Persib Bandung<br />
<br />
<u><b> LIGA INDONESIA</b></u><br />
1994/1995 – Posisi ke-9, Wilayah Timur<br />
1995/1996 – Posisi ke-7, Wilayah Timur<br />
1996/1997 – Juara, di final mengalahkan Bandung Raya<br />
1997/1998 – dihentikan<br />
1998/1999 – Runner-up<br />
1999/2000 – Posisi ke-6, Wilayah Timur<br />
2002 – Degradasi ke Divisi Satu<br />
2003 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama<br />
2004 – Juara, mengalahkan Persija Jakarta<br />
2005 – Mundur dalam babak 8 besar (terkena skorsing degradasi ke Divisi I)<br />
2006 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama<br />
2007 – Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)<br />
2008 – Peringkat ke-4. Lolos ke ISL <br />
<br />
<u><b>LIGA SUPER INDONESIA</b></u> <br />
2009 – Degradasi ke Divisi Utama<br />
2013 – Juara Divisi Utama, Promosi ke ISL 2014<br />
<br />
<u><b>PIALA UTAMA</b></u><br />
1990 - Juara, menang atas Pelita Jaya<br />
<br />
<u><b>LIGA CHAMPION ASIA</b></u><br />
1998 – Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)<br />
2005 – Babak pertama <br />
<br />
<u><b>PIALA PERMAI</b></u> <br />
2011 – Juara Unity Cup, Mengalahkan Kelantan FA Malaysia 4-3 (1-1 dan 3-2)<br />
<u><b><br /></b></u>
<u><b> DAFTAR PELATIH YG PERNAH MELATIH PERSEBAYA</b></u><br />
2003 - 2005 : Jacksen F. Tiago (BRASIL)<br />
2006 - 2007 : Freddy Mulli (Indonesia)<br />
2007 : Gildo Rodriguez (Brasil)<br />
2007 : Ibnu Grahan (Indonesia)<br />
2007 - 2008 : Suhatman Imam (Indonesia)<br />
2008 - 2009 : Freddy Mulli (Indonesia)<br />
2009 : Arcan Lurie (Moldova)<br />
2009 : Aji Santoso (Indonesia)<br />
2010 : Rudi William Keltjes (Indonesia)<br />
2011 - 2012 : Aji Santoso (Indonesia)<br />
2012 - 2013 : Miroslav Janu ( Rep. Ceko)<br />
2013 : Tony Ho (Indonesia)<br />
2014 : Rahmad Darmawan (Indonesia)<br />
<u><b><br /></b></u>
BIODATA KLUB :<br />
Nama : Persebaya surabaya<br />
berdiri : 1927<br />
Alamat : Surabaya<br />
Kontak : (031) 40004545<br />
Email : <a href="mailto:support@persebaya.co.id">support@persebaya.co.id</a><br />
Stadion : Gelora Bung Tomo<br />
Suporter : Bonek<br />
Web Resmi : www.persebaya.co.id<br />
Fans Page Facebook resmi : <a href="https://www.facebook.com/persebayasatoe/info" target="_blank">Persebayasatoe</a><br />
<br />
Diambil dari : Wikipedia Indonesia <br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com141tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-39379398212536386402013-07-31T21:29:00.002+07:002013-07-31T21:29:41.367+07:00Asal Usul Sejarah Sedotan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Pq5fuRb21JmvEZgP2LaRcQAXVg8uyK7zJLJYyOBSKHB4lcWIQgpDvJX3hVMnvGm0Y8qRLOOB5Uig5-9xVBDB6X-vXRCr6vwjBGIo-GbUavNRwJEg9zPfI1JdKmfZKNDz3exFyGi_fiI/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Pq5fuRb21JmvEZgP2LaRcQAXVg8uyK7zJLJYyOBSKHB4lcWIQgpDvJX3hVMnvGm0Y8qRLOOB5Uig5-9xVBDB6X-vXRCr6vwjBGIo-GbUavNRwJEg9zPfI1JdKmfZKNDz3exFyGi_fiI/s1600/images.jpg" /></a></div>
Mengenal Sejarah dan Jenis-jenis Sedotan Secara sederhana, sedotan dapat diartikan sebagai sebuah tabung yang digunakan untuk mentransfer minuman dari wadah ke mulut peminum dengan menerapkan kekuatan mengisap.<br />
Tapi, tahukah Anda jika sedotan bukanlah suatu temuan modern?<br />
<br />
Bukti awal tentang sedotan terdapat pada segel yang ditemukan di sebuah makam bangsa Sumeria tertanggal 3000 SM.<br />
Pada segel tersebut ditunjukkan dua pria sedang menggunakan apa yang tampak seperti sesuatu untuk untuk menyeruput bir dari botol.<br />
Dalam makam yang sama, sejarawan juga menemukan sebuah tabung yang terbuat dari emas dan batu lapis lazuli.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoRg_I1KHXC2lCAH19RyZB9RgIoEvEp2TEzuiubSh9384UkaW4JfVGN3YQlLV-iIh64guNSCcKA3nfOjPZ4ar-jbgdBlVT8E9c5Tya0aYXFIe4eYeltJOsYOLtesYXCfUyC19Z2vekVOU/s1600/1944316_20121217091148.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoRg_I1KHXC2lCAH19RyZB9RgIoEvEp2TEzuiubSh9384UkaW4JfVGN3YQlLV-iIh64guNSCcKA3nfOjPZ4ar-jbgdBlVT8E9c5Tya0aYXFIe4eYeltJOsYOLtesYXCfUyC19Z2vekVOU/s320/1944316_20121217091148.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><u>Mesin pembua sedotan Chester stone</u></i></div>
<br />
Sedotan bangsa Sumeria tersebut terbuat dari jerami.<br />
Sementara Argentina menggunakan perangkat serupa metalik yang disebut bombilla dan digunakan untuk meminum mate.<br />
Kemudian, pada tahun 1800an, sedotan rumput rye menjadi mode.<br />
Namun, meski murah dan lembut, rumput rye ketika digunakan untuk menyedot akan morat-marit dan bercampur dengan minuman.<br />
<br />
Setelah tahun 1880, seorang pemilik pabrik kertas rokok di Amerika Serikat bernama Marvin Chester Stone membuat sedotan dari selembar kertas yang digulungkan pada sepotong pensil, kemudian dilem, tetapi belum dapat digunakan karena basah bila terkena air.<br />
Selanjutnya, ia menggunakan kertas manila yang dilapisi lilin sehingga tahan air. Ia meneliti ukuran ideal sebuah sedotan.<br />
<br />
Menurut pendapatnya, sebaiknya panjang sedotan sekitar 21,25 cm (menyesuaikan jarak meja dengan bibir) diameter lubangnya lebih kecil dari biji lemon guna menghindari biji jeruk turut terisap dari minuman.<br />
Pada tanggal 3 Januari 1888, ia pun mengubah pabrik kertas rokok miliknya menjadi pabrik sedotan di mana ia kemudian berhasil menciptakan mesin otomatis untuk membuat sedotan.<br />
Produksi massal tersebut membuat Stone mendapatkan keuntungan besar.<br />
<br />
Seiring dengan perkembangan jenis minuman, sedotan juga ikut berkembang menjadi berbagai macam bentuk dan fungsi:<br />
Sedotan bengkok, sedotan yang dapat dibengkokan ujung bagian atas yang gunanya untuk kenyamanan.<br />
Jenis sedotan ini ditemukan oleh Joseph Friedman.<br />
Sedotan ini terbuat dari plastik dan mempunyai beberapa liukan.<br />
Ketika minuman disedot, maka cairan akan mengikuti alur liukan sedotan tersebut.<br />
Spoon straw, sedotan yang membentuk sendok pada salah satu ujung sedotan.yang berguna untuk meminum ice cream.<br />
Candy straws, berbentuk seperti kayu manis. dan terbuat dari beberapa jenis permen kenyal.<br />
Sedotan mini, sedotan mini biasa ditemukan di kotak minuman.<br />
Wide straw, sedotan berbentuk seperti sedotan biasa namun memikiki diameter yang lebih besar.<br />
Ini digunakan untuk meminum bola jeli yang ada di minuman.<br />
Sanitary straw, adalah sedotan yang dibungkus terpisah untuk menghindari kontaminasi.<br />
Sedotan ini awalnya dipasarkan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengurangi risiko tertular penyakit dari gelas, atau cangkir.<br />
Sipahh straw, sipahh adalah sedotan yang berisi manik-manik rasa tapioka yang akan larut jika tercampur dengan air susu.<br />
Cereal straw, cereal straw adalah sedotan berbentuk kue yang panjang dan berlubang pada setiap ujungnya. seperti astor.<br />
Polypropylene straws, polypropylene straws adalah sedotan yang lebih padat atau berat daripada air yang menyebabkan sedotan tenggelam ketika ditempatkan di dalam minuman.<br />
Color-changer straw, sedotan yang dapat berubah warna ketika ada cairan dingin melewatinya.<br />
Extendo-straw, adalah sedotan yang dibungkus plastik seperti halnya sedotan mini dan dapat diperpanjang untuk menjangkau bagian bawah dari minuman kotak.<br />
LifeStraw, merupakan sebuah sedotan plastik sepanjang 31 cm dan berdiameter 30 mm.<br />
<br />
Apabila air permukaan yang mengandung Salmonela, Shigella, Enterococcus dan Staphylococcus serta bakteri-bakteri dari air lainnya dihisap lewat sedotan ini, bakteri-bakteri berbahaya tersebut akan terjebak di dalam dan air bersih yang aman bisa langsung diteguk.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjprSd2Bq3WgVCDoeXVw3WmB9ehfiQsjkeCqoJG5E5WnucWG4kLEwORB9MfkBZqLRKvn7Am3Frc08knMBzwyZTWiCtabtDXdGEJYEh9ST_TZKW6hl-KWQOL6K5sbn62TPaWpFjMfuwFTvw/s1600/1944316_20121217091704.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjprSd2Bq3WgVCDoeXVw3WmB9ehfiQsjkeCqoJG5E5WnucWG4kLEwORB9MfkBZqLRKvn7Am3Frc08knMBzwyZTWiCtabtDXdGEJYEh9ST_TZKW6hl-KWQOL6K5sbn62TPaWpFjMfuwFTvw/s320/1944316_20121217091704.png" width="270" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Model Sedotan Bungkuk Joseph Friedman</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Diambil dari : http://www.kaskus.co.id/thread/50ce84466112438230000055/mengenal-sejarah-sedotan/1</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-60148064158213008442013-07-31T21:15:00.000+07:002013-07-31T21:15:04.605+07:00Asal Usul Sejarah Lambang Negara Indonesia GARUDA PANCASILA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXe6ZHTJVFMAE0Yic8YrpsWLB3FCdmvh6018AM0P4x9YRcr9LZxAgUcoAArHRM1BOFof0QfxLNUIYkGhP2uMq94aZeWHhvIss6t_l_vb1EElm-A4RUL2MAH8WnBL3kC3IMVzOB_q1l9-o/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXe6ZHTJVFMAE0Yic8YrpsWLB3FCdmvh6018AM0P4x9YRcr9LZxAgUcoAArHRM1BOFof0QfxLNUIYkGhP2uMq94aZeWHhvIss6t_l_vb1EElm-A4RUL2MAH8WnBL3kC3IMVzOB_q1l9-o/s1600/images.jpg" /></a></div>
<b>Lambang negara Indonesia</b> adalah <b>Garuda Pancasila</b> dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.<br />
Lambang negara <a href="http://www.blogger.com/null" title="Indonesia">Indonesia</a> berbentuk burung <a href="http://www.blogger.com/null" title="Garuda">Garuda</a>
yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda),
perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda, dan semboyan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bhinneka Tunggal Ika">Bhinneka Tunggal Ika</a> yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.<br />
Lambang ini dirancang oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sultan Hamid II">Sultan Hamid II</a> dari <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Pontianak">Pontianak</a>, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden <a href="http://www.blogger.com/null" title="Soekarno">Soekarno</a>, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet <a href="http://www.blogger.com/null" title="Republik Indonesia Serikat">Republik Indonesia Serikat</a> tanggal 11 Februari 1950.<br />
<br />
Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Peraturan Pemerintah">Peraturan Pemerintah</a> No. 43/1958.<br />
<br />
<u><b>Asal Usul Sejarah Lambang Negara Indonesia GARUDA PANCASILA</b></u><br />
Garuda, kendaraan (<a href="http://www.blogger.com/null" title="Wahana">wahana</a>) <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Wishnu">Wishnu</a> tampil di berbagai <a href="http://www.blogger.com/null" title="Candi">candi</a> kuno di Indonesia, seperti <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Prambanan">Prambanan</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Candi Mendut">Mendut</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Candi Sojiwan">Sojiwan</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Candi Penataran">Penataran</a>, Belahan, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Candi Sukuh">Sukuh</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Candi Cetho">Cetho</a> dalam bentuk relief atau <a href="http://www.blogger.com/null" title="Arca">arca</a>.<br />
Di <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Prambanan">Prambanan</a>
terdapat sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan untuk
Garuda, akan tetapi tidak ditemukan arca Garuda di dalamnya.<br />
Di candi
Siwa Prambanan terdapat relief episode <a href="http://www.blogger.com/null" title="Ramayana">Ramayana</a> yang menggambarkan keponakan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Garuda">Garuda</a> yang juga bangsa dewa burung, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Jatayu">Jatayu</a>, mencoba menyelamatkan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sinta">Sinta</a> dari cengkeraman <a href="http://www.blogger.com/null" title="Rahwana">Rahwana</a>.<br />
Arca anumerta <a href="http://www.blogger.com/null" title="Airlangga">Airlangga</a>
yang digambarkan sebagai Wishnu tengah mengendarai Garuda dari Candi
Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuna paling terkenal, kini arca
ini disimpan di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Museum Trowulan">Museum Trowulan</a>.<br />
<br />
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Jawa">Jawa</a> dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bali">Bali</a>.<br />
Dalam banyak kisah Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan,
kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin.<br />
Sebagai kendaraan Wishnu,
Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga
tatanan alam semesta.<br />
Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai
"Tuan segala makhluk yang dapat terbang" dan "Raja agung para burung".<br />
Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kepala,
paruh, sayap, dan cakar <a href="http://www.blogger.com/null" title="Elang">elang</a>,
tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia.<br />
Biasanya digambarkan dalam
ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan
dalam posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran
melawan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Naga">Naga</a>.<br />
Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna telah
menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan
ideologi <a href="http://www.blogger.com/null" title="Pancasila">Pancasila</a>.<br />
Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia <a href="http://www.blogger.com/null" title="Garuda Indonesia">Garuda Indonesia</a>.<br />
Selain Indonesia, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Thailand">Thailand</a> juga menggunakan Garuda sebagai <a href="http://www.blogger.com/null" title="Lambang Thailand">lambang negara</a>.<br />
<br />
Setelah <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Perang Kemerdekaan Indonesia">Perang Kemerdekaan Indonesia</a> 1945-1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Belanda">Belanda</a> melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu <a href="http://www.blogger.com/null" title="Republik Indonesia Serikat">Republik Indonesia Serikat</a>) memiliki <a href="http://www.blogger.com/null" title="Lambang negara">lambang negara</a>.<br />
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia
Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio
Sultan Hamid II<br />
dengan susunan panitia teknis <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Muhammad Yamin">Muhammad Yamin</a> sebagai ketua, <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Ki Hajar Dewantoro">Ki Hajar Dewantoro</a>, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Poerbatjaraka">RM Ng Poerbatjaraka</a> sebagai anggota.<br />
Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah<br />
<br />
Merujuk keterangan Bung Hatta
dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang
Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara.<br />
Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M
Yamin.<br />
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah
rancangan Sultan Hamid II.<br />
Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan
sinar-sinar matahari yang menampakkan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bendera Jepang">pengaruh Jepang</a>.<br />
<br />
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan
Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta,
terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu.<br />
Mereka
bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula
adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan
"Bhineka Tunggal Ika".<br />
<br />
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara
yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden
Soekarno.<br />
Rancangan lambang negara tersebut mendapat masukan dari <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Partai Masyumi">Partai Masyumi</a>
untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar
burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan
dianggap terlalu bersifat mitologis.<br />
<br />
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara
yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga
tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila.<br />
Disingkat Garuda Pancasila.<br />
<br />
Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet
RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam
bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam,<br />
Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya
diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11
Februari 1950.<br />
Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih
"gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini.<br />
Presiden
Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara
itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari
1950.<br />
<br />
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila.<br />
Pada tanggal 20
Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis
kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain
penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi
cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di
depan pita, atas masukan Presiden Soekarno.<br />
Dipercaya bahwa alasan
Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu
mirip dengan <i>Bald Eagle</i>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Lambang Amerika Serikat">Lambang Amerika Serikat</a>.<br />
<br />
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan
bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran
dan tata warna gambar lambang negara.<br />
Rancangan Garuda Pancasila
terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas
yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Monumen Nasional">Monumen Nasional</a> sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.<br />
<br />
<i><u><b>Deskripsi dan Arti Filosofi</b></u></i> <br />
<b><u>GARUDA</u></b> <br />
<ul>
<li>Garuda Pancasila sendiri adalah burung <a href="http://www.blogger.com/null" title="Garuda">Garuda</a>
yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa
Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali.
Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa
Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.</li>
<li>Warna <a href="http://www.blogger.com/null" title="Emas">keemasan</a> pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.</li>
<li>Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.</li>
<li>Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Proklamasi kemerdekaan Indonesia">proklamasi kemerdekaan Indonesia</a> pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:
<ul>
<li>17 helai bulu pada masing-masing sayap</li>
<li>8 helai bulu pada ekor</li>
<li>19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor</li>
<li>45 helai bulu di leher</li>
</ul>
</li>
</ul>
<u><b>PERISAI</b></u><br />
<ul>
<li>Perisai
adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan,
pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.</li>
<li>Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis <a href="http://www.blogger.com/null" title="Khatulistiwa">khatulistiwa</a>
yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu
negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke
barat.</li>
<li>Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bendera Indonesia">"merah-putih"</a>. Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.</li>
<li>Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Ideologi">dasar negara</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="Pancasila">Pancasila</a>. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:</li>
</ul>
<ol>
<li>Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di
bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar
hitam;</li>
<li>Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan
tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai
berlatar merah;</li>
<li>Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih;</li>
<li>Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai berlatar merah ; dan</li>
<li>Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai
berlatar putih.</li>
</ol>
<u><b> PITA BERTULISKAN SEMBOYAN BHINEKA TUNGGAL IKA</b></u><br />
<ul>
<li>Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "<a href="http://www.blogger.com/null" title="Bhinneka Tunggal Ika">Bhinneka Tunggal Ika</a>" berwarna hitam.</li>
<li>Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari <a href="http://www.blogger.com/null" title="Kakawin Sutasoma">Kakawin Sutasoma</a> karya <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Mpu Tantular">Mpu Tantular</a>.
Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata
"tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di
antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini
digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya,
bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.</li>
</ul>
<u><b> BEBERAPA ATURAN</b></u><br />
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. (LN 2009 Nmr 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara
diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah No. 43/1958<br />
Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:<br />
<ol>
<li>warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;</li>
<li>warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;</li>
<li>warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;</li>
<li>warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan</li>
<li>warna alam untuk seluruh gambar lambang.</li>
</ol>
Lambang Negara wajib digunakan di:<br />
<ol>
<li>dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan;</li>
<li>luar gedung atau kantor;</li>
<li>lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita negara;</li>
<li>paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah;</li>
<li>uang logam dan uang kertas; atau</li>
<li>meterai.</li>
</ol>
Dalam hal Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan Bendera
Negara, gambar Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya
diatur dengan ketentuan:<br />
<ol>
<li>Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada Bendera Negara; dan</li>
<li>gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara.</li>
</ol>
Setiap orang dilarang:<br />
<ol>
<li>mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang Negara
dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang
Negara;</li>
<li>menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran;</li>
<li>membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan,
organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara;
dan</li>
<li>menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-Undang ini.</li>
</ol>
GALERI :<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_NqrOc9kk5aoHMs6W2FrQ7m8L_VTm6hHPju768xTPaYH7FHse4Ja_1BgcNpIcghMn2QSyPx5QwhC8PlA4wT0QasMalPjrxJp19xY_DS2V1u_5LWtenkf3QLclpzPus75Na1v-2irY4Ts/s1600/Winner_Republik_Indonesia_Serikat_(United_States_of_Indonesia)_COA_1950.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTUXdB2blWHVpVLYdKWduKmQWz1Z24FCo1ZePWtcdTPoEUq9UkDSSdk00yQ0DLfGzksTP70yqnfnBjyoca4x6nwYIq9oqzI0sOpMV_CKuJdPBbiUJe2B1v3le5wjbHD7FT0Q090pZWOHs/s1600/Proposed_Republik_Indonesia_Serikat_(United_States_of_Indonesia)_COA_4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTUXdB2blWHVpVLYdKWduKmQWz1Z24FCo1ZePWtcdTPoEUq9UkDSSdk00yQ0DLfGzksTP70yqnfnBjyoca4x6nwYIq9oqzI0sOpMV_CKuJdPBbiUJe2B1v3le5wjbHD7FT0Q090pZWOHs/s320/Proposed_Republik_Indonesia_Serikat_(United_States_of_Indonesia)_COA_4.jpg" width="293" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_NqrOc9kk5aoHMs6W2FrQ7m8L_VTm6hHPju768xTPaYH7FHse4Ja_1BgcNpIcghMn2QSyPx5QwhC8PlA4wT0QasMalPjrxJp19xY_DS2V1u_5LWtenkf3QLclpzPus75Na1v-2irY4Ts/s1600/Winner_Republik_Indonesia_Serikat_(United_States_of_Indonesia)_COA_1950.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_NqrOc9kk5aoHMs6W2FrQ7m8L_VTm6hHPju768xTPaYH7FHse4Ja_1BgcNpIcghMn2QSyPx5QwhC8PlA4wT0QasMalPjrxJp19xY_DS2V1u_5LWtenkf3QLclpzPus75Na1v-2irY4Ts/s1600/Winner_Republik_Indonesia_Serikat_(United_States_of_Indonesia)_COA_1950.jpg" /> </a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXRSK_XfgB-id2tgpxjys0PvUy5GlIeuKz2z-B-DL6QbCt5DfHuwD5uglAA8YtRH1OAN8NW0E8HpYdV4a9xNxtSGv8Eiiisc_JMrEO7U2Q0HRFdYheg02aFgBNibCX7GIjhVDdZ_yWdNQ/s1600/Sultan_Hamid_II.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXRSK_XfgB-id2tgpxjys0PvUy5GlIeuKz2z-B-DL6QbCt5DfHuwD5uglAA8YtRH1OAN8NW0E8HpYdV4a9xNxtSGv8Eiiisc_JMrEO7U2Q0HRFdYheg02aFgBNibCX7GIjhVDdZ_yWdNQ/s1600/Sultan_Hamid_II.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Sultan hamid II</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Diambil dari Wikipedia Indonesia</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-55542375989058280532013-07-31T20:39:00.002+07:002013-07-31T20:39:19.488+07:00ASAL USUL SEJARAH NEGARA INDONESIA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy3Sis7eTCmpeGsqbeNJenTiTBINj7N4I2wFOVi5RJdX1OzaD2uoN0-z8lNFaMo6NQLPp54dAhfguW5ul7lQn9Zwiet3-tiV_-C-SVLnKh6DP0vQwaeF04llONajqoX4cT2aL8Niu_x4c/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy3Sis7eTCmpeGsqbeNJenTiTBINj7N4I2wFOVi5RJdX1OzaD2uoN0-z8lNFaMo6NQLPp54dAhfguW5ul7lQn9Zwiet3-tiV_-C-SVLnKh6DP0vQwaeF04llONajqoX4cT2aL8Niu_x4c/s1600/images.jpg" /></a></div>
Asal Usul Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu.<br />
Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era:<br />
Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b><u>Asal Usul Sejarah Negara Indonesia Lengkap</u></b></span><br />
<i><u><b><br /></b></u></i>
<i><u><b>PRASEJARAH</b></u></i><br />
<br />
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.<br />
Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu.<br />
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama.<br />
Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu.<br />
<br />
Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.<br />
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60 000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<br />
Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum).<br />
Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson).<br />
Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik.<br />
<br />
Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara.<br />
Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme).<br />
Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.<br />
<br />
<u><i>Peninggalan Pada Prasejarah</i> </u><br />
Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai
temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing
serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.<br />
<br />
Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:<br />
<ul>
<li>Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan</li>
<li>Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Taman_Purbakala_Sangiran&action=edit&redlink=1" title="Taman Purbakala Sangiran (halaman belum tersedia)"></a></li>
<li>Situs Purbakala Wajak, Tulungagung</li>
<li>Liang Bua, Pulau Flores</li>
<li>Gua Leang-leang, Sulawesi</li>
<li>Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur</li>
<li>Situs Pasemah di Lampung</li>
<li>Situs Cibedug, Banten</li>
<li>Situs Pangguyangan, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat</li>
<li>Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat</li>
<li>Situs Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat</li>
<li>Situs Gunungpadang, Cianjur, Jawa Barat</li>
<li>Situs Gunungpadang Cilacap, Cilacap, Jawa Tengah</li>
<li>Situs Dusun Mbolu, Desa Ngepo, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur</li>
<li>Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali</li>
<li>Situs Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali</li>
<li>Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM)</li>
<li>Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat</li>
<li>Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum)</li>
<li>Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalong </li>
</ul>
<br />
<ul>
</ul>
<span style="font-size: large;"><b><u>ERA PRA KOLONIAL</u></b></span> <br />
<u><i><b>SEJARAH AWAL</b></i></u><br />
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM.<br />
Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan.<br />
Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.<br />
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).<br />
<br />
<br />
<i><u><b>KERAJAAN HINDU-BUDHA </b></u></i><br />
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.<br />
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.<br />
Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu.<br />
Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.<br />
Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.<br />
<br />
<b><u><i>Kronologi</i></u> </b><br />
<ul>
<li>101 - Penempatan Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit Pallava membuktikan hubungan dengan India di Sungai Batu. </li>
<li>300 - Kerajaan-kerajaan di asia tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke 2 M<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-2" title="Abad ke-2"></a>.
Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya:
logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari
sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus,
cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam
masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budha" title="Budha"></a>, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.</li>
<li>300- Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budha" title="Budha"></a> yaitu Fa Shien<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fa_Shien" title="Fa Shien"></a> dan Gunavarman<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunavarman&action=edit&redlink=1" title="Gunavarman (halaman belum tersedia)"></a>. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.</li>
<li>400 -
Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah
kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain Prasasti, candi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candi" title="Candi"></a>, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan kerajaan Tarumanegara<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara" title="Tarumanagara"></a> diberitakan oleh orang Cina.</li>
<li>603 - Kerajaan Malayu<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Malayu" title="Kerajaan Malayu"></a> berdiri di hilir Batang Hari<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batang_Hari" title="Batang Hari"></a>. Kerajaan ini merupakan konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman Minangkabau<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minangkabau" title="Suku Minangkabau"></a>. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya. </li>
<li>671 - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/I-Tsing" title="I-Tsing"></a> berangkat dari Kanton<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kanton" title="Kanton"></a> ke India. Ia singgah di Sriwijaya<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sriwijaya" title="Kerajaan Sriwijaya"></a> untuk belajar tata bahasa Sansekerta<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sanskerta" title="Bahasa Sanskerta"></a>, kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.</li>
<li>685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan Kitab Suci Budha<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tripitaka" title="Tripitaka"></a> dari bahasa Sanskerta ke dalam Bahasa Tionghoa<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tionghoa" title="Bahasa Tionghoa"></a>.</li>
<li>692- Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya" title="Sriwijaya"></a> tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab, Parsi, dan Tiongkok<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok"></a>. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawa" title="Pulau Jawa"></a>. Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_China_Selatan" title="Laut China Selatan"></a>. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok dan India<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"></a>, sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.</li>
<li>922 -
Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah
datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah
menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.</li>
<li>932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasati Kebon Kopi II<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prasasti_Kebon_Kopi_II&action=edit&redlink=1" title="Prasasti Kebon Kopi II (halaman belum tersedia)"></a> yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi.</li>
<li>1292 - Musafir Venesia, Marco Polo<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Marco_Polo" title="Marco Polo"></a> singgah di bagian utara Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persia" title="Persia"></a> melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perlak" title="Perlak"></a> merupakan sebuah kota Islam.</li>
<li>1292 -
Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi
permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang
berbuah pahit di tempat ini.</li>
<li>1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mongolia" title="Mongolia"></a>
untuk menggulingkan Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara
Mongol, lalu ia naik takhta sebagai raja Majapahit pertama pada 12
November.</li>
<li>1293 -- 1478 - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan Madura<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura" title="Pulau Madura"></a>.
Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan
menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama
menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa yang halus
dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.</li>
<li>1345 -- 1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibn_Battuta" title="Ibn Battuta"></a>
melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui
juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat
kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa
penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mahzab_Syafi%27i" title="Mahzab Syafi'i"></a> salah satu ajaran dalam Islam<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam"></a>.</li>
<li>1350 -- 1389 - Puncak kejayaan Majapahit<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" title="Majapahit"></a> dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" title="Hayam Wuruk"></a> dan patihnya Gajah Mada<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada" title="Gajah Mada"></a>. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di asia tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa Gajah Mada menginginkan Nusantara<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara" title="Nusantara"></a> bersatu.</li>
<li>1478 - Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur
ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.</li>
<li>1570 - Pajajaran<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajajaran" title="Pajajaran"></a>, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa dihancurkan oleh kesultanan Banten<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten" title="Kesultanan Banten"></a>.</li>
</ul>
<b><u><i>Kerajaan Kerajaan Hindu Budha </i></u></b><br />
1. Di Kalimantan<br />
Kerajaan Kutai<br />
Kerajaan Sribangun (Buddha)<br />
Kerajaan Wijayapura<br />
Kerajaan Bakulapura<br />
Kerajaan Brunei Buddha<br />
Kerajaan Kuripan<br />
Kerajaan Negara Dipa<br />
Kerajaan Negara Daha<br />
<br />
2. Di Jawa<br />
Kerajaan Salakanagara (150-362)<br />
Kerajaan Tarumanegara (358-669)<br />
Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)<br />
Kerajaan Kalingga<br />
Kerajaan Kanjuruhan<br />
Kerajaan Mataram Hindu<br />
Kerajaan Kahuripan<br />
Kerajaan Janggala<br />
Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)<br />
Kerajaan Singasari (1222-1292)<br />
Kerajaan Majapahit (1292-1527)<br />
<br />
3. Di Sumatra<br />
Kerajaan Malayu Dharmasraya 1183–1347<br />
Kerajaan Sriwijaya 600–1300<br />
<br />
<u><i><b>KERAJAAN ISLAM</b></i></u><br />
<b>Kerajaan Islam di Indonesia</b> diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad je-13<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-13" title="Abad ke-13"></a> sampai dengan abad ke-16<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-16" title="Abad ke-16"></a>.<br />
Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam"></a> dari Arab, india, Persia, Tiongkok, dll.<br />
Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi"></a>.<br />
<br />
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-12" title="Abad ke-12"></a>, namun sebenarnya Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masehi" title="Masehi"></a>.<br />
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Tang" title="Dinasti Tang"></a> di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah" title="Bani Umayyah"></a> di Asia Barat sejak abad 7.<br />
Menurut sumber-sumber China<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina" title="Cina"></a> menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab" title="Bangsa Arab"></a> menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera.<br />
Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada.<br />
Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi" title="Jambi"></a> yang bernama Srindravarman<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Srindravarman&action=edit&redlink=1" title="Srindravarman (halaman belum tersedia)"></a> mengirim surat kepada Khalifah Umar Bin Abdul Aziz<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul_Aziz" title="Umar bin Abdul Aziz"></a>
dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa
menjelaskan Islam kepadanya.<br />
<br />
Surat itu berbunyi:<br />
“Dari Raja di Raja yang
adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja,
yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di
wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu
wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau
jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain
dengan Allah.<br />
Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan
hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan.<br />
Saya
ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.”<br />
<br />
Dua
tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu
masuk Islam.<br />
Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'.<br />
Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" title="Palembang"></a> yang masih menganut Budha.<br />
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam.<br />
Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Peureulak" title="Kesultanan Peureulak"></a>
didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M.<br />
Contoh lain
adalah Kerajaan Ternate.<br />
Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini
tahun 1440.<br />
Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bayanullah_dari_Ternate" title="Bayanullah dari Ternate"></a>.<br />
<br />
Kesultanan Islam kemudian semakin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui
pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke 16 di Jawa dan Sumatera.<br />
Hanya Bali<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali"></a> yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu.<br />
Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam"></a> diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-17" title="Abad ke-17"></a>, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.<br />
<br />
Masuknya agama islam ke nusantara (indonesia) pada abad 6 akhir dibawa
oleh Syech Abdul Kadir Jailani periode I atau Pase Pertama, telah
membawa banyak perubahan dan perkembangan pada masyrakat,budaya dan
pemerintahan.<br />
Perubahan dan Perkebangan tersebut terlihat jelas dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak islam. antara lain sebagai
berikut : <br />
<br />
<u><i><b>Kerajaan Kerajaan Islam :</b></i></u><br />
1. Di Sumatera<br />
<br />
Kerajaan Jeumpa<br />
Kesultanan Peureulak<br />
Kesultanan Samudera Pasai<br />
Kesultanan Lamuri<br />
Kerajaan Pedir<br />
Kerajaan Daya<br />
Kerajaan Linge<br />
Kesultanan Aceh <br />
Kesultanan Tambayung/Kerajaan Malayu I<br />
Kesultanan Indrapura<br />
Kerajaan Pasaman<br />
Kerajaan Pagaruyung<br />
Kerajaan Siguntur<br />
Kerajaan Sungai Pagu<br />
Kerajaan Pulau Punjung<br />
Kerajaan Jambu Lippo<br />
Kerajaan Koto Anau<br />
Kerajaan Bungo Setangkai<br />
<br />
2. Di Jawa<br />
Kesultanan Cirebon (1445 - 1677)<br />
Kesultanan Demak (1500 - 1550)<br />
Kesultanan Banten (1524 - 1813)<br />
Kesultanan Pajang (1568 - 1618)<br />
Kesultanan Mataram (1586 - 1755)<br />
<br />
3. Di Maluku<br />
Kesultanan Ternate<br />
Kesultanan Tidore<br />
Kesultanan Jailolo<br />
Kesultanan Bacan<br />
Kerajaan Loloda<br />
Kerajaan Tanah Hitu<br />
Kerajaan Iha<br />
Kerajaan Honimoa/ Siri Sori<br />
Kerajaan Huamual<br />
<br />
4. Di Sulawesi<br />
Kesultanan Gowa<br />
Kesultanan Buton<br />
Kesultanan Bone<br />
Kerajaan Banggai<br />
<br />
5. Di Kalimantan<br />
Kesultanan Pasir<br />
Kesultanan Banjar<br />
Kesultanan Kotawaringin<br />
Kerajaan Pagatan<br />
Kesultanan Sambas<br />
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura<br />
Kesultanan Berau<br />
Kesultanan Sambaliung<br />
Kesultanan Gunung Tabur<br />
Kesultanan Pontianak<br />
Kerajaan Tidung<br />
Kesultanan Bulungan<br />
<br />
6. Di Papua<br />
Kerajaan Waigeo<br />
Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)<br />
Kerajaan Salawati (marga Arfan)<br />
Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)<br />
Kerajaan Fatagar (marga Uswanas)<br />
Kerajaan Rumbati (marga Bauw)<br />
Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)<br />
Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)<br />
Kerajaan Patipi<br />
Kerajaan Arguni<br />
Kerajaan Wertuar (marga Heremba)<br />
Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota<br />
Kerajaan Aiduma<br />
Kerajaan Kaimana<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b><u>ERA KOLONIAL </u></b></span><br />
<br />
<u><b>KOLONISASI PORTUGIS</b></u><br />
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque.<br />
Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa"></a> dan dimulainya Kolonisasi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonisasi" title="Kolonisasi"></a> berabad-abad oleh Portugis<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugis" title="Portugis"></a> bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda"></a>.<br />
<br />
Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanjung_Harapan_Afrika&action=edit&redlink=1" title="Tanjung Harapan Afrika (halaman belum tersedia)"></a>, menuju Selat Malaka<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Malaka" title="Selat Malaka"></a>.<br />
Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.<br />
<br />
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut
negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui Sungai Tagus,” kata Teresa.<br />
Biara St Jeronimus atau Biara Dos
Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada
tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.<br />
<br />
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu
didirikan oleh Raja Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah
maritim Portugis.<br />
<br />
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi
koleksi museum itu.<br />
Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India
1509-1515.<br />
Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang berbasis di
Ormuz, Goa, dan Malaka.<br />
Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan
sentral kerajaan”.<br />
Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan
di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.<br />
<br />
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan
ke timur.<br />
Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku
Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship
(Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya
ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia.<br />
Ekspansi itu mungkin
dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni <i>feitoria, fortaleza</i>, dan <i>igreja</i>.<br />
Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.<br />
<br />
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da
India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi
Portugis ke Asia.<br />
Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan
tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600
tentara.<br />
Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511.<br />
Sejak itu
Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa.<br />
Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de
Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.<br />
<br />
<b><u><i>Masa Kejayaan Portugis di Nusantara (Indonesia)</i></u></b><br />
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan
maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute
maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.<br />
<br />
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.<br />
<br />
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" title="Kerajaan Sunda"></a>
untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada.<br />
Perjanjian
dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam
bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja
Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal.<br />
Pada hari yang sama dibangun
sebuah prasasti yang disebut Prasati perjanjian Sunda-Portugal<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Perjanjian_Sunda-Portugal" title="Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal"></a>
di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan
Kali Besar Timur I, Jakarta Barat.<br />
Dengan perjanjian ini maka Portugis
dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa" title="Sunda Kelapa"></a>.<br />
<br />
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu
dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat
asal rempah-rempah di Maluku.<br />
Sepanjang perjalanan, mereka singgah di
Madura, Bali, dan Lombok.<br />
Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa,
armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga
tiba di Ternate.<br />
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah
meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih
dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor
dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara
Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.<br />
<br />
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada
tahun 1512.<br />
Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah
pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan
Banda dan Kepulauan Penyu.<br />
Setelah mereka menjalin persahabatan dengan
penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di
pulau Ternate,<br />
Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli,
begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.<br />
Namun hubungan
dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis
menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.<br />
<br />
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier.<br />
Tiba di Ambon
14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada
tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di
Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama.<br />
Persahabatan Portugis
dan Ternate berakhir pada tahun 1570.<br />
Peperangan dengan Sultan Babullah
selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari
Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.<br />
<br />
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda
untuk menjejakkan kakinya di Maluku.<br />
Pada tahun 1605, Belanda berhasil
memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven
van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz.<br />
Demikian pula
benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.<br />
Sejak
saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.<br />
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada
tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di
Maluku.<br />
Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional
VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama
hampir 350 tahun.<br />
Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir
pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris.<br />
Bahkan puluhan ribu orang
Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.<br />
<br />
kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian
tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara.<br />
Portugis kalah
perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi utara diserahkan dalam
kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660).<br />
Kerajaan Portugis kemudian
dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol.<br />
Abad 17 datang armada
dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari
Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur
(sejak 1515).<br />
<br />
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad
ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan
bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk
mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.<br />
<br />
<i><b><u>Rentetan Peristiwa Kolonialisasi Portugis</u></b></i><br />
<ul>
<li>1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melaka" title="Melaka"></a>.</li>
<li>1511 April, Admiral Portugis Afonso De Albuquerque<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alfonso_de_Albuquerque" title="Alfonso de Albuquerque"></a> memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
<ul>
<li>0 Agustus Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.</li>
<li>Sultan Melaka melarikan diri ke Riau<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Riau" title="Riau"></a>.</li>
<li>Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"></a>. Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.</li>
<li>Pati Unus menaklukkan Jepara</li>
<li>Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antonio_de_Abreu" title="Antonio de Abreu"></a> dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1512Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, aru, dan Banda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banda" title="Banda"></a>.
<ul>
<li>Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrao<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Francisco_Serr%C3%A3o" title="Francisco Serrão"></a> memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tidore" title="Tidore"></a>.
Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan
Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.</li>
</ul>
</li>
<li>1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palembang" title="Palembang"></a> menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur.. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Sunda di pajajaran<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakuan_Pajajaran" title="Pakuan Pajajaran"></a>. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa" title="Sunda Kelapa"></a> (sekarang Jakarta).
<ul>
<li>Portugis menghubungi Raja Udara<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raja_Udara&action=edit&redlink=1" title="Raja Udara (halaman belum tersedia)"></a>, anak dari Girindrawardhana<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girindrawardhana" title="Girindrawardhana"></a> dan penguasa bekas kerajaan majapahit<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" title="Majapahit"></a></li>
<li>Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bacan" title="Bacan"></a>.</li>
<li>Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali"></a>. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Ngudung" title="Sunan Ngudung"></a> tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1513
<ul>
<li>Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Aceh" title="Kesultanan Aceh"></a>, dan menjadi Sultan Aceh<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Aceh" title="Sultan Aceh"></a> pertama.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1515
<ul>
<li>Portugis pertama kali tiba di Timor<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timor" title="Timor"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1518
<ul>
<li>Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johor<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Johor" title="Johor"></a>.</li>
<li>Raden patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1520
<ul>
<li>Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.</li>
<li>Rakyat Bali menyerang Lombok.</li>
<li>Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.</li>
<li>Banjar di Kalimantan menjadi Islam.</li>
</ul>
<br />
* 1521<br />
<ul>
<li><ul>
<li>Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cirebon" title="Cirebon"></a> melawan orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Trenggana" title="Trenggana"></a> menjadi Sultan Demak <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Demak" title="Kerajaan Demak"></a>.</li>
<li>Portugis merebut Pasai<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pasai" title="Pasai"></a> di Sumatra;</li>
<li>Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mekkah" title="Mekkah"></a>.</li>
<li>Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaens<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Magelhaens" title="Magelhaens"></a> mengeliling dunia berlayar antara pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara" title="Nusa Tenggara"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
</li>
<li>1522
<ul>
<li>Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=De_Brito&action=edit&redlink=1" title="De Brito (halaman belum tersedia)"></a> tiba di Banda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banda" title="Banda"></a>.</li>
<li>Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.</li>
<li>Kerajaan Sunda yang masih beragama Hindu<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu" title="Hindu"></a>, meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muslim" title="Muslim"></a>. Kontrak kerjasama ditandatangani dan sebuah Padrao<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Perjanjian_Sunda-Portugal" title="Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal"></a> didirikan di Sunda Kelapa<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kalapa" title="Sunda Kalapa"></a></li>
<li>Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.</li>
<li>Portugis membangun benteng di Hitu<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Leihitu,_Maluku_Tengah" title="Leihitu, Maluku Tengah"></a>, Ambon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1523
<ul>
<li>Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1524
<ul>
<li>Gunungjati dari Cirebon dan anaknya hasanuddin (di Banten<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten"></a>) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat"></a> untuk memperlemah Kerajaan Sunda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" title="Kerajaan Sunda"></a> yang beribukota di Pajajaran<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakuan_Pajajaran" title="Pakuan Pajajaran"></a>
dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang
tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan
pihak Cirebon dan Demak.</li>
<li>Aceh merebut Pasai dan Pedir<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pedir&action=edit&redlink=1" title="Pedir (halaman belum tersedia)"></a> di Sumatera Utara<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara" title="Sumatera Utara"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1525
<ul>
<li>Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di Lampung<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1526
<ul>
<li>Portugis membangun benteng pertama di Timor.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1527
<ul>
<li>Demak menaklukkan Kediri<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kediri" title="Kediri"></a>, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan kudus ikut serta.</li>
<li>Demak merebut Tuban.</li>
<li>Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa" title="Sunda Kelapa"></a>, pelabuhan kerajaan Sunda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" title="Kerajaan Sunda"></a>. Fatahillah<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fatahillah" title="Fatahillah"></a>
mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat
pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis,
"Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan
Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda
didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan
gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan
Kerajaan Sunda batal terwujud.</li>
<li>Kerajaan Palakaran<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Palakaran&action=edit&redlink=1" title="Palakaran (halaman belum tersedia)"></a> di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangkalan" title="Bangkalan"></a>), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kyai_Pratanu&action=edit&redlink=1" title="Kyai Pratanu (halaman belum tersedia)"></a>.</li>
<li>Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meksiko" title="Meksiko"></a> berusaha mengusir Portugis dari Maluku.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1529
<ul>
<li>Demak menaklukkan Madiun</li>
<li>Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan Filipina<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina" title="Filipina"></a> menjadi milik Spanyol.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1530
<ul>
<li>Salahuddin menjadi Sultan Aceh.</li>
<li>Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Blambangan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blambangan" title="Blambangan"></a>, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.</li>
<li>Gowa mulai meluas dari dari Makassar.</li>
<li>Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li><div style="text-align: left;">
1536</div>
<ul>
<li><ul>
<li>Serangan besar Portugis terhadap Johor.</li>
<li>Antonio da Galvao menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.</li>
<li>Portugis membawa Sultan Tabariji<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Tabariji" title="Sultan Tabariji"></a> dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.</li>
</ul>
<br />
*1537 <br />
<ul>
<li>Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari aceh<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Salahuddin_dari_Aceh" title="Salahuddin dari Aceh"></a> digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alauddin_al-Qahhar_dari_Aceh" title="Alauddin al-Qahhar dari Aceh"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
</li>
<li>1539
<ul>
<li>Aceh menyerang suku batak di selatan mereka.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1540
<ul>
<li>Portugis berhubungan dengan Gowa.</li>
<li>Kesultanan Butung didirikan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1545 - Demak menaklukkan Malang<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malang" title="Malang"></a>. Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.</li>
</ul>
<ul>
<li>1546
<ul>
<li>Demak menyerang Blambangan namun gagal.</li>
<li>Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Prawoto" title="Sunan Prawoto"></a>. Menantunya, Joko Tingkir<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Tingkir" title="Joko Tingkir"></a> memperluas pengaruhnya dari Pajang<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang"></a> (dekat Sukoharjo<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sukoharjo" title="Sukoharjo"></a> sekarang).</li>
<li>St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Morotai" title="Morotai"></a>, Ambon, dan Ternate.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1547
<ul>
<li>Aceh menyerang Melaka.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1550
<ul>
<li>Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1551
<ul>
<li>Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Jepara<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepara" title="Jepara"></a>.</li>
<li>Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Halmahera" title="Halmahera"></a> dengan bantuan Portugis.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1552
<ul>
<li>Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten" title="Kesultanan Banten"></a>, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.</li>
<li>Aceh mengirim duta ke Suleiman I, Sultan Ottoman di Istanbul<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Istanbul" title="Istanbul"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1558
<ul>
<li>Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.</li>
<li>Portugis membangun benteng di Bacan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bacan" title="Bacan"></a>.</li>
<li>Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang.</li>
<li>Wabah cacar di Ternate.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1559
<ul>
<li>Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khairun_Jamil_dari_Ternate" title="Khairun Jamil dari Ternate"></a> menjadi Sultan Ternate<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Ternate" title="Sultan Ternate"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1560
<ul>
<li>Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panarukan" title="Panarukan"></a>, di ujung timur Jawa.</li>
<li>Spanyol mendirikan pos di Manado.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1561
<ul>
<li>Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.</li>
<li>Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1564
<ul>
<li>Wabah cacar<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cacar" title="Cacar"></a> di Ambon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1565
<ul>
<li>Aceh menyerang Johor.</li>
<li>Kutai di Kalimantan menjadi Islam.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1566
<ul>
<li>Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1568
<ul>
<li>Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1569
<ul>
<li>Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1570
<ul>
<li>Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal.</li>
<li>Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai
dengan Portugis, tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen
Portugis dicurigai melakukannya. Baabullah<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baabullah" title="Baabullah"></a> menjadi Sultan, dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.</li>
<li>Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1571
<ul>
<li>Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1607" title="1607"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1574
<ul>
<li>Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1575
<ul>
<li>Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tidore" title="Tidore"></a>.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1576
<ul>
<li>Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1577
<ul>
<li>Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Gede" title="Kota Gede"></a> (dekat Yogyakarta<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta"></a> sekarang).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1579
<ul>
<li>Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakuan_Pajajaran" title="Pakuan Pajajaran"></a> merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prabu_Ragamulya" title="Prabu Ragamulya"></a> atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda" title="Kerajaan Sunda"></a> tersebut dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.</li>
<li>November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika" title="Amerika"></a>, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1580
<ul>
<li>Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.</li>
<li>Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.</li>
<li>Drake mengunjungi Sulawesi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi"></a> dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania.</li>
<li>Ternate menguasai Butung.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1581
<ul>
<li>Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik
Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang
menundanya hingga Sunan Kalijaga<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga" title="Sunan Kalijaga"></a> dari Wali Songo<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wali_Songo" title="Wali Songo"></a> mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1584
<ul>
<li>Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1585
<ul>
<li>Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Elizabeth_I" title="Elizabeth I"></a> dari Britania.</li>
<li>Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1587
<ul>
<li>Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi" title="Gunung Merapi"></a> meletus.</li>
<li>Portugis di Melaka menyerang Johor.</li>
<li>Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.</li>
<li>Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1588
<ul>
<li>Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1590
<ul>
<li>Desa asli Medan didirikan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1591
<ul>
<li>Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.</li>
<li>Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.</li>
<li>Ternate menyerang Portugis di Ambon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1593
<ul>
<li>Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1595
<ul>
<li>2 April ekspedisi Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda"></a> di bawah De Houtman<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/De_Houtman" title="De Houtman"></a> berangkat ke Hindia Belanda<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda"></a>.</li>
<li>Suriansyah menjadikan Banjar<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjar" title="Banjar"></a> di Kalimantan sebuah Kesultanan</li>
<li>Portugis membangun benteng di Ende<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ende" title="Ende"></a>, Flores.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<u><b> KOLONISASI SPANYOL</b><i><b><br /></b></i></u><br />
Ferdinand Magelhaens
(kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan.<br />
Karena tokoh inilah, yang
memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan
bahwa bumi bulat, saat itu itu dikenal oleh orang Eropa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa"></a> bumi datar.<br />
Dimulainya Kolonisasi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonisasi" title="Kolonisasi"></a> berabad-abad oleh Spanyol<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Spanyol" title="Spanyol"></a> bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis, Inggris dan Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda"></a>.<br />
Dari Spanyol ke Samudra Pasifik<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Pasifik" title="Samudra Pasifik"></a> itulah armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanjung_Harapan_Afrika&action=edit&redlink=1" title="Tanjung Harapan Afrika (halaman belum tersedia)"></a>, menuju Selat Malaka<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Malaka" title="Selat Malaka"></a>.<br />
Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.<br />
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut
negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar
melalui samudera.<br />
Pada tanggal 20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria,
dan Santiago—yang terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk
Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar kedua, seraya mereka berlayar
menuju Amerika Selatan.<br />
Pada tanggal 13 Desember, mereka mencapai
Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf,
yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk
perbaikan dan mengisi perbekalan.<br />
<br />
Kemudian mereka melanjutkan ke selatan
ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el
paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain.<br />
Sementara
itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak.<br />
Akhirnya, pada
tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim
salju di pelabuhan San Julián yang dingin.<br />
Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama
daripada pelayaran Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama
kali—dan belum terlihat satu selat pun!<br />
Semangat juang mereka mulai
sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa kapten
serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja.<br />
Tidaklah
mengherankan bila terjadi pemberontakan.<br />
Namun, berkat tindakan yang
cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua pemimpin
pemberontak tersebut tewas.<br />
<br />
Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian
penduduk lokal yang kuat—dan berbadan besar.<br />
Merasa seperti orang kerdil
dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut
menyebut daratan itu Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti "kaki
besar"—hingga hari ini.<br />
Mereka juga mengamati 'serigala laut sebesar
anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah
air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak'.<br />
Tentu saja tidak
lain tidak bukan adalah anjing laut dan pinguin!<br />
Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara
tiba-tiba, dan sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami
korban pertamnya—Santiago yang kecil.<br />
Namun, untunglah para awaknya
dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu.<br />
Setelah itu, keempat kapal
yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di
tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat
tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin dingin—hingga tanggal
21 Oktober.<br />
<br />
Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku, semua mata
terpaku pada sebuah celah di sebelah barat.<br />
El paso? Ya! Akhirnya,
mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat
Magelhaens!<br />
Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda.<br />
San Antonio
dengan sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali
ke Spanyol.<br />
<br />
Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di
antara tebing-tebing berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati
selat yang berkelok-kelok itu.<br />
Merek mengamati begitu banyaknya api di
sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka
menyebut daratan itu Tierra del Fuego, “Tanah Api”.<br />
<br />
Tiba di Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan
mereka untuk memeluk agama Katolik.<br />
Tetapi semangatnya juga menjadi
bencana, dimana kemudian ia terlibat dalam pertikaian antarsuku.<br />
Hanya
dengan dibantu kekuatan 60 pria, ia menyerang sekitar 1.500 penduduk
pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipun harus melawan senapan busur,
senapan kuno, namun Tuhan akan menjamin kemenangannya.<br />
Akan tetapi yang
terjadi adalah Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas.<br />
Magelhaens
pada saat itu berusia sekitar 41 tahun.<br />
Pigafetta yang setia meratap,
'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan penuntun sejati
kita'.<br />
Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya menyaksikan
dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya
bersahabat.<br />
<br />
Dikarenakan jumlah awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak
mungkin untuk berlayar menggunakan tiga kapal, mereka kemudian
menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih
tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan terakhir mereka, yaitu
kepulauan Rempah.<br />
Setelah ke 2 kapal tersebut diisi penuh dengan
rempah-rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara
terpisah.<br />
Akan tetapi salah satu dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad
tertangkap oleh Portugis dan kemudian awak kapalnya dipenjarakan.<br />
Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián
de Elcano, luput.<br />
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu,
mereka mengambil risiko melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung
Harapan.<br />
Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan merupakan
strategi yang mahal.<br />
Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada
tanggal 6 September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18
pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup.<br />
Meskipun
demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang
berlayar mengelilingi bumi.<br />
Juan Sebastián de Elcano pun menjadi
pahlawan. Sungguh suatu hal yang menakjubkan, muatan rempah<br />
Victoria
seberat 26 ton menutup ongkos seluruh ekspedisi!<br />
<br />
Ketika satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan
setelah menyelesaikan perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali,
hanya 18 orang laki-laki dari 237 laki-laki yang berada di kapal pada
awal keberangkatan.<br />
Di antara yang selamat, terdapat dua orang Itali,
Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus.<br />
Martino de Judicibus (bahasa
Spanyol: Martín de Judicibus) adalan orang dari Genoa yang bertindak
sebagai Kepala Pelayan.<br />
Ia bekerja dengan Ferdinand Magellan pada
perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan
Rempah-rempah Indonesia.<br />
Sejarah perjalanannya diabadikan dalam
pendaftaran nominatif pada Archivo General de Indias di Seville,
Spanyol.<br />
Nama keluarga ini disebut dengan patronimik Latin yang tepat,
yakni: "de Judicibus".<br />
Pada awalnya ia ditugaskan pada Caravel
Concepción, satu dari lima armada Spanyol milik Magellan.<br />
Martino de
Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar kapten. (baca selengkapnya
dalam buku "Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia" oleh David DS
Lumoindong.<br />
<br />
Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau
Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar.<br />
Dari
pulau tersebut kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara
melalui sungai Tondano.<br />
Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk
pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang
kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo.<br />
Perdagangan barter berupa beras,
damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.<br />
<br />
Gudang Kopi Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena
kesuburan tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang
berasal dari Amerika-Selatan untuk dipasarkan ke daratan Cina.<br />
Untuk itu
di- bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga bagi pedagang Cina yang
memasarkan kofi kedaratan Cina.<br />
Nama Manado dicantumkan dalam peta dunia
oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541.<br />
Manado juga menjadi
daya tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat
pedalaman Manado dan Minahasa.<br />
Para pedagang Cina merintis pengembangan
gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah pecinan
dan pemukiman.<br />
Para pendatang dari daratan Cina berbaur dan
berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat
pluralistik di Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan
Belanda.<br />
<br />
Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan
niaga yang dilakukan Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak
memapankan posisinya di Ternate .<br />
Untuk itu Portugis melakukan
pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado dan Minahasa pada 1563
dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik.<br />
Lomba Adu Pengaruh di
Laut Sulawesi<br />
<br />
Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan
Tafure.<br />
Kemudian kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh
pelaut Minahasa.<br />
Waktu itu terjadi persaingan Portugis dan Spanyol
dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut.<br />
Pandey asal Tombulu yang
menjadi raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke
Minahasa, tapi karena musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo.<br />
Anak lelaki Pandey bernama Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di
Ratahan.<br />
Di Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang karena dia
ahli menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan penyerang dari
Mongondouw di wilayah itu.<br />
Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang
Ternate dengan nama “Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora
Ternate untuk menhalau Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en
hare Missie” tulisan A.J. Van Aernsbergen).<br />
<br />
Tahun 1570 Portugis dan
Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate sehinga membuat keributan
besar di Ternate.<br />
Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan Tidore
lari ke Ratahan.<br />
Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui
Bentenan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung.<br />
Para
budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu
bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan.<br />
Kesimpulan sementara yang
dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli wilayah
ini adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai
Toulumawak di pegunungan, mereka adalah keturunan Opok Soputan abad
ke-tujuh.<br />
Nama Opo' Soputan ini muncul lagi sebagai kepala walak wilayah
itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik Raliu dan Potangkuman.<br />
Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan para
pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea, Ternate dan
tawanan bajak laut mungkin dari Sangihe.<br />
<br />
Awak kapal Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan
kemudian dengan bantuan pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan
Manado mereka dapat meloloskan diri. Ke 12 pelaut ini kemudian berdiam
dipedalaman Minahasa, ke Amurang terus ke Pontak, kemudian setelah
beberapa tahun mereka dapat melakukan kontak kembali dengan armada
Spanyol yang telah kembali ke Pilipina.<br />
1522 Spanyol memulai kolonisasi
di Sulawesi Utara 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado<br />
Minahasa memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha penguasaan total terhadap Filipina.<br />
<br />
Pada tahun 1550 Spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan
cara menipu Kepala Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari
Benggala India yang dibawa Portugis ke Minahasa.<br />
Tanah seluas kulit sapi
yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat dari kulit
sapi itu.<br />
Spanyol kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki
benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya Spanyol
dapat menduduki Minahasa.<br />
Dan Dotu Kepala Walak (Kepala Negara) Lolong
Lasut punya anak buah Tonaas Wuri' Muda.<br />
<br />
Nama Kema dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika Bartholomeo de Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di
daerah yang disebutnya ‘La Quimas.’<br />
Penduduk setempat mengenal daerah
ini dengan nama ‘Maadon’ atau juga ‘Kawuudan.’<br />
Letak benteng Spanyol
berada di muara sungai Kema, yang disebut oleh Belanda, "Spanyaardsgat, "
atau Liang Spanyol.<br />
Dr. J.G.F. Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat di
Kema tepat 100 tahun sebelumnya.<br />
Kema berkembang sebagai ibu negeri
Pakasaan Tonsea sejak era pemerintahan Xaverius Dotulong, setelah
taranak-taranak Tonsea mulai meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea Ure
dan mendirikan perkampungan- perkampungan baru.<br />
Surat Xaverius Dotulong
pada 3 Februrari 1770 kepada Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa
ayahnya, I. Runtukahu Lumanauw tinggal di Kema dan merintis pembangunan
kota ini. Hal ini diperkuat oleh para Ukung di Manado yang mengklaim
sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari beberapa dotu bersaudara
seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat balasannya kepada
Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.<br />
<br />
Minahasa juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617
dan berakhir tahun 1645.<br />
Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol
terhadap orang-orang Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras,
sebagai komoditi utama waktu itu.<br />
Perang terbuka terjadi nanti pada
tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu adalah kekalahan total Spanyol,
sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-ksatria Minahasa).<br />
<br />
<b><i><u>Riwayat Kolonisasi Spanyol Di Indonesia</u></i></b><br />
<br />
<ul>
<li>1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara
<ul>
<li>1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.</li>
<li>1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.</li>
<li>1646
Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya
Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali
Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692. </li>
</ul>
</li>
</ul>
<span style="font-size: small;"><u><b> KOLONISASI VOC</b></u></span><br />
Mulai tahun 1602 Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda"></a>
secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah
Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan
kecil yang telah menggantikan Majapahit.<br />
Satu-satunya yang tidak
terpengaruh adalah Timor Portugis<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Portugis" title="Timor Portugis"></a>, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1975" title="1975"></a> ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Timur" title="Timor Timur"></a>.<br />
Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk
suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Britania" title="Britania"></a> setelah Perang Jawa Britania-Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Jawa_Britania-Belanda" title="Perang Jawa Britania-Belanda"></a> dan masa penjajahan Jepang<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang" title="Jepang"></a> pada masa Perang DUnia II.<br />
Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda" title="Hindia-Belanda"></a>
menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia.<br />
350 tahun
penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena
wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati
kebangkrutannya.<br />
<br />
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung
oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (Bahasa Belanda : <i>Verenigde Oostindische Compagnie</i>
atau VOC).<br />
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan
aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602.<br />
Markasnya berada di Batavia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia" title="Batavia"></a>, yang kini bernama Jakarta.<br />
<br />
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_rempah-rempah" title="Perdagangan rempah-rempah"></a> di Nusantara.<br />
Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil Rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut.<br />
Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual Biji Pala<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pala" title="Pala"></a>
kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi
hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut
dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan
pala.<br />
<br />
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan
bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.<br />
<br />
<b><u>KOLONISASI BELANDA </u></b><br />
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh bangkrut dan dibubarkan pada akhir abad ke 18<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-18" title="Abad ke-18"></a>, tepatnya adalah pada tahun 1798 dan setelah kekuasaan Kerajaan Inggris<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Britania_Raya" title="Britania Raya"></a> yang pendek di bawah Gubernur Jenderal Thomas Stamford Bingley Raffles<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Stamford_Bingley_Raffles" title="Thomas Stamford Bingley Raffles"></a>, pemerintah Kerajaan Belanda kemudian mengambil alih kepemilikan VOC dan Hindia-belanda <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda" title="Hindia-Belanda"></a> pada tahun 1816<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1816" title="1816"></a>.<br />
Sejak saat itu, pemerintah Kerajaan Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda"></a> berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda" title="Hindia-Belanda"></a> yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848, 1872, dan 1922<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1922" title="1922"></a> menurut perkembangan wilayah Hindia-Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda" title="Hindia-Belanda"></a>.<br />
<br />
<b><u><i>Riwayat Kolonisasi Belanda Di Indonesia</i></u></b><br />
<ul>
<li>1800
<ul>
<li>VOC resmi dibubarkan pada 1 Januari; hak miliknya dialihkan kepada pemerintah Belanda.</li>
<li>Belanda kalah perang dan dikuasai Perancis. Wilayah-wilayah yang dimiliki Belanda menjadi milik Perancis.</li>
<li>Sultan dari Kraton Kanoman di Cirebon dibuang ke Ambon oleh pemerintah Belanda.</li>
<li>Sebuah pemberontakan kecil-kecilan pecah di bawah pimpinan Bagus Rangin.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1801
<ul>
<li>Britania menguasai wilayah Minahasa, hingga tahun 1889</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1802
<ul>
<li>Malaka dan Maluku dikembalikan dari Britania ke tangan Belanda melalui Perjanjian Amiens. Belanda mulai mengirim tambahan militer ke Jawa.</li>
</ul>
</li>
<li>1803
<ul>
<li>Pemerintah Belanda (Republik Batavia) mengeluarkan keputusan
kolonial yang menjadikan pemerintah Hindia Belanda bertanggung jawab
kepada pemerintah Belanda (berbeda dengan VOC).</li>
<li>Tiga orang haji dari Minangkabau kembali setelah perjalanan naik haji ke Mekkah,
dan bertemu dengan penganjur-penganjur gerakan Wahabi yang mulai
menguat di Arabia dan menguasai Mekkah. Ketiga peziarah ini disebut
"Padri" sesuai dengan pelabuhan Pedir (atau Pidie) di Aceh, tempat
keberangkatan orang-orang yang naik haji. Gerakan Padri mulai berkembang
di daerah Minangkabau, mengembangkan ajaran Islam yang lebih ortodoks
yang melawan praktik-praktik tradisional setempat.</li>
<li>Britania menyerahkan Ambon kepada Belanda.</li>
<li>Mahmud Badaruddin II menjadi Sultan Palembang-Darussalam menggantikan ayahnya Sultan Muhamad Bahauddin.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1805
<ul>
<li>Pangeran Diponegoro</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1806
<ul>
<li>Angkatan Laut Britania bertempur dengan tentara-tentara Prancis dan Belanda di lepas pantai Jawa.</li>
<li>Britania merebut Bangka.</li>
<li>Departemen Urusan Koloni didirikan di Belanda.</li>
<li>"Republik Batavia" di Belanda, di bawah kekuasaan Prancis, diubah menjadi "Kerajaan Belanda", dengan Louis, saudara laki-laki Napoleon, sebagai rajanya.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1807
<ul>
<li>Tondano memimpin pemberontakan melawan Britania di Minahasa.</li>
<li>Britania kembali menguasai Malaka.</li>
<li>Pemerintahan Belanda yang dikuasai Perancis menunjuk Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1808
<ul>
<li>1 Januari Daendels tiba. Ia memindahkan tempat kediaman resminya ke Buitenzorg (kini dinamai Bogor).
Daendels memerintah dengan menjalankan prinsip-prinsip pembaharuan
dengan metode-metode kediktatoran ke Jawa. Daendels berusaha memberantas
ketidakefisienan, korupsi, penyelewengan-penyelewengan dalam
administrasi Eropa. Akibat rasa tidak suka dari naluri-naluri anti
feodal, Daendels menganggap penguasa Jawa sebagai pegawai administrasi
Eropa. Sehingga dimulailah suatu masa konflik yang sangat panjang.</li>
<li>Daendels secara resmi menguasai Lampung untuk Belanda.</li>
<li>Pakubuwono IV mengadakan hubungan damai dengan Daendels; Hamengkubuwono II menentangnya.</li>
<li>Mangkunegara II membentuk "Legiun Mangkunegaran" dengan pendanaan Belanda.</li>
<li>Daendels membebaskan Sultan Cirebon yang dibuang sebelumnya, namun pemberontakan di daerah pedesaan sekitar Cirebon berlanjut.</li>
<li>18 Agustus
Daendels menata kembali wilayah-wilayah di bawah kekuasaan Belanda di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Para bupati dan penguasa setempat dijadikan
pegawai pemerintah Belanda.</li>
<li>Daendels memerintahkan serangkaian pekerjaan umum di sekitar Banten,
termasuk pembangunan jalan-jalan raya dan sebuah pelabuhan baru, yang
dilaksanakan oleh pekerja-pekerja setempat. Para pekerja itu memberontak
karena beban pekerjaannya; Residen Belanda di Banten dibunuh. Daendels
mengirimkan suatu pasukan militer untuk memadamkan pemberontakan dan
menggantikan Sultan, yang dibuang ke Ambon.</li>
<li>Britania memutuskan untuk melepaskan Malaka; Stamford Raffles,
yang saat itu seorang pegawai kecil, menulis surat yang penting kepada
India yang isinya mendesak agar keputusan itu diubah. Keputusan diubah,
dan Britania tetap tinggal di Malaka.</li>
<li>Sulaiman Saidullah menjadi Sultan Banjar.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1809
<ul>
<li>Daendels membangun jalan pegunungan dari Batavia ke Cirebon (Jalan Raya Pos/<i>Groote Postweg</i>), memerintahkan pemindahkan kota Bandung ke jalan tersebut (tempatnya sekarang). Pangeran Kornel, pemerintah setempat di Sumedang, menolak bekerja sama karena perlakuan yang buruk terhadap rakyat setempat.</li>
<li>Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin demi mengonsolidasikan kekuasaannya di Jawa.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1810
<ul>
<li>Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin.</li>
<li>Bulan Mei, Britania menyerang dan merebut kembali Ambon, Ternate and Tidore.</li>
<li>Raden Rangga,
ipar Sultan, memulai pemberontakan yang gagal melawan Belanda di
Yogyakarta; Daendels bersama ribuan tentara berangkat ke Yogyakarta,
memaksa Hamengkubuwono II mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya
kepada Hamengkubuwono III.</li>
<li>Napoleon menganeksasi Belanda untuk Perancis. Daendels mengibarkan bendera Perancis di Batavia.</li>
<li>Raffles mengunjungi Lord Minto, Gubernur Jenderal Britania di India, di Kolkata (Kalkuta), mendesaknya agar mengusir Perancis dan Belanda dari Jawa. Minto setuju.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1811
<ul>
<li>Januari, Daendels memaksakan perjanjian-perjanjian baru terhadap
Yogyakarta dan Surakarta, isinya mencakup penghentian pembayaran uang
sewa Belanda kepada kedua Sultan untuk wilayah-wilayah pantai utara.</li>
<li>Hamengkubuwono III menyerahkan Pangeran Natakusuma kepada Belanda, karena dicurigai terlibat dalam pemberontakan 1810.</li>
<li>Mei, Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. (Tak lama kemudian Daendels bekerja di bawah Napoleon dalam peperangannya yang gagal di Moskwa.)</li>
<li>3 Agustus pasukan-pasukan Britania dengan puluhan kapal berlabuh di Jawa.</li>
<li>Para pangeran setempat di Banten, yang masih dilanda pemberontakan
karena beban pekerjaan-pekerjaan umum yang diperintahkan Daendels,
menangkap dan memenjarakan Sultan Banten dan bekerja sama dengan
Britania.</li>
<li>26 Agustus Perang Jawa Britania-Belanda
dimulai. Britania di bawah Lord Minto merebut Batavia. Belanda, yang
menderita kekalahan yang hebat, mengundurkan diri ke Semarang. Jansen
mundur ke daerah Semarang.</li>
<li>18 September Pemerintahan Belanda dibawah Jansen menyerah kepada Britania di Salatiga.</li>
<li>Thomas Stamford Raffles
sebagai wakil kerajaan Britania, diangkat sebagai Letnan Gubernur
Jenderal Jawa. Dia berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap
kesejahteraan penduduk asli sebagai tanggung jawab pemerintah. Selain
itu tindakan kebijaksanaan Raffles yang terkenal di Indonesia adalah
memasukkan sistem <i>landrente</i> (pajak tanah) yang selanjutnya
meletakkan dasar begi perkembangan perekonomian, Raffles juga
mengenalkan sistem uang dan penekanan desa sebagai pusat administrasi.</li>
<li>Bagus Rangin ditangkap oleh Britania; pemberontakan di sekitar Cirebon mereda.</li>
<li>Penduduk Belanda di Palembang dan sekitarnya dibunuh, diduga karena
perintah Sultan Mahmud Badaruddin II; Britania memerintahkan Badruddin
digulingkan dan digantikan oleh saudara lelakinya, Husin Diauddin.</li>
<li>Hamengkubuwono II merebut kembali gelarnya di Yogyakarta.</li>
<li>Desember Raffles mengunjungi Kraton Yogyakarta sehingga membangkitkan sikap bermusuhan.</li>
<li>Pakubuwono IV
mengirimkan surat-surat rahasia ke Yogyakarta yang menawarkan bantuan
kepada Britania, namun juga mengharapkan Yogyakarta akan dapat
memperluas daerahnya; Britania mulai melakukan perundingan rahasia
dengan Hamengkubuwono III; Natakusuma menawarkan bantuan kepada
Britania.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1812
<ul>
<li>12 Januari Raffles mengeluarkan pengumuman untuk menata ulang dan memodernisasikan sistem pengadilan.</li>
<li>Juni, Britania dibantu prajurit Legiun Mangkunegara menembaki
Yogyakarta dengan meriam, merebut, dan merampok kota itu. Pakubuwono IV
dari Surakarta tidak banyak membantu. Hamengkubuwono II disingkirkan
oleh Britania, dibuang ke Padang, dan digantikan kembali oleh
Hamengkubuwono III.</li>
<li>Natakusuma menjadi Pangeran Pakualam I, mendirikan Dinasti Pakualam.</li>
<li>Oktober Britania menandatangani perjanjian dengan Sultan Banjar.</li>
<li>Britania merebut Timor.</li>
<li>Britania menguasai Palembang, Britania mengangkat pangeran Adipati menjadi sultan dengan gelar Ahmad Najamuddin II atau Husin Diauddin</li>
<li>Britania menguasai Belitung sebagai ganti rugi untuk "pembantaian" di Palembang pada tahun sebelumnya.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1813
<ul>
<li>Britania berdamai dengan Palembang, Mahmud Badaruddin II naik tahta kembali menjadi Sultan Palembang</li>
<li>Raffles menghapuskan Kesultanan Banten; Sultan akan diberikan uang pensiun oleh pemerintah Britania.</li>
<li>November, Pemberontakan di Belanda melawan Napoleon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1814
<ul>
<li>Juni Lord Minto, Gubernur Britania di India dan pelindung serta
promotor Raffles meninggal dunia. Raffles dituduh korupsi, namun
kemudian terbukti tidak bersalah.</li>
<li>21 Juni Perjanjian antara bangsa-bangsa yang berperang melawan Napoleon untuk mendirikan sebuah "Kerajaan Belanda" yang baru.</li>
<li>13 Agustus Britania setuju bahwa semua harta dan kekuasaannya di Hindia Belanda dikembalikan kepada Belanda.</li>
<li>Perang Britania dengan orang-orang Bali di Buleleng dan Karangasem karena perdagangan budak.</li>
<li>Bone menyerang kekuasaan Britania.</li>
<li>Orang-orang Britania ditempatkan di Banjarmasin dan Pontianak.</li>
<li>Hamengkubuwono IV berkuasa di Yogyakarta. Diponegoro (kakak laki-lakinya yang menolak naik takhta) ditunjuk sebagai wali dari Sultan yang baru berusia 13 tahun.</li>
<li>Ekspedisi Britania melaporkan penemuan Borobudur dan Prambanan ke Eropa untuk pertama kalinya.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1815
<ul>
<li>Sebagian besar dari para bangsawan Minangkabau dibunuh oleh para pendukung Padri; kaum Padri mulai memperluas penyebaran Islam ke daerah-daerah Batak.</li>
<li>April-Juli, Gunung Tambora di Sumbawa
meletus: 12.000 orang meninggal karena letusan itu sendiri, belakangan
50.000 meninggal karena kelaparan yang disebabkan letusan itu. Gunung
Tambora menyemburkan debu vulkanik sejauh beribu-ribu kilometer sehingga
iklim dunia berubah drastis.</li>
<li>Mei, Raffles mengunjungi Borobudur.</li>
<li>Raffles memerintah langsung atas Cirebon, menyingkirkan kekuasaan dari para Sultannya.</li>
<li>Pemerintah Belanda membentuk aturan-aturan tentang pemerintahan Hindia Belanda.
(Aturan-aturan ini kelak menjadi semacam konstitusi untuk Hindia
Belanda, dalam suatu bentuknya atau yang lainnya, hingga 1942.)</li>
<li>Pada Kongres Wina,
diputuskan bahwa Britania harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan
Hindia-Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan
yang mengakhiri Perang Napoleon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1816
<ul>
<li>Bone kembali menyerang Britania.</li>
<li>19 Agustus, Belanda kembali berkuasa di Batavia. Cornelis Elout melanjutkan kebijakan-kebijakan pembaruan Raffles. Penyerahan kekuasan dari Inggris (letnan Gubernur John Fendall) kepada Belanda (Komisaris Jenderal yang terdiri dari Tiga orang, yakni Elout, Buijskes, Van der Capellen).
Jawa dan pos-pos lainnya di Indonesia dikembalikan kepada pihak Belanda
sebagai bagian dari penyusunan kembali secara menyeluruh urusan-urusan
Eropa setelah perang-perang Napoleon. Thomas Stamford Raffles
meninggalkan Jawa kembali ke Inggris.</li>
<li>Belanda gagal dalam usahanya membujuk raja-raja Bali menerima kekuasaan Belanda. </li>
</ul>
<br />
</li>
<li>1817
<ul>
<li>Wilayah Madura disatukan menjadi satu kabupaten/keresidenan.</li>
<li>Pattimura memimpin pemberontakan melawan Belanda yang kini kembali di Ambon; digantung pada Desember.</li>
<li>8 Mei, Kebun Raya didirikan di Bogor.</li>
<li>Gunung Ijen meletus di Jawa Timur.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1818
<ul>
<li>Maret, Sir Thomas Stanford Raffles dikirim untuk memimpin benteng
Britania di Bengkulu. Dari sana ia berusaha mendirikan kekuasaan
Britania di Hindia.</li>
<li>Raffles mengirim sebuah pasukan kecil ke Lampung untuk membangun
kekuasaan Britania di sana; para pegawai Perusahaan Hindia Timur
Britania di Kolkata memanggilnya kembali.</li>
<li>Raffles mengirim pasukan-pasukan ke Palembang untuk mencampuri
perundingan-perundingan antara Sultan dan Belanda. Mereka ditangkap dan
dikirim ke Batavia. Para pejabat Britania sekali lagi memerintahkan
Raffles untuk mengundurkan diri.</li>
<li>Di bawah Cornelis Elout, Belanda mengakhiri perdagangan budak di Jawa.</li>
<li>Belanda kembali ke Melaka.</li>
<li>Belanda kembali ke Pontianak.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1819
<ul>
<li>19 Januari, Raffles mendirikan Singapura, setelah membeli pulau itu dari Sultan Johore.</li>
<li>Belanda kembali ke Padang. Raffles berusaha membangkitkan aksi-aksi anti-Belanda di pedesaan Minangkabau.</li>
<li>Perang Menteng meletus di Palembang.</li>
<li>Pangeran Ratu menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin III menggantikan ayahnya Sultan Mahmud Badaruddin II.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1820
<ul>
<li>Pakubuwono V menjadi Susuhunan Solo.</li>
<li>Belanda mengirim ekspedisi ke Kepulauan Aru.</li>
<li>Komisi payung dibentuk untuk mengawasi gereja-gereja Protestan di Hindia Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1821
<ul>
<li>Para bangsawan Minangkabau
yang tersisa menandatangani perjanjian yang menyerahkan Minangkabau
kepada Belanda sebagai pembayaran untuk perlindungan terhadap kaum
Paderi.</li>
<li>"Perang Padri" meletus, hingga 1837.</li>
<li>Kolera muncul pertama kali di Jawa; panen padi gagal.</li>
<li>Britania menguasai Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate.</li>
<li>Prabu Anom menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin IV.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1822
<ul>
<li>Hamengkubuwono IV
meninggal, sementara menyebar desas-desus bahwa ia telah diracuni.
Hamengkubuwono V adalah Sultan yang baru. Diponegoro kecewa karena
penanganan situasinya oleh para pejabat Belanda.</li>
<li>Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1823
<ul>
<li>Pasukan-pasukan Belanda dikalahkan oleh kaum Padri di Lintau.</li>
<li>Gubernur Jenderal van der Capellen
menghapuskan penyewaan tanah di Jawa Tengah. Dia memerintahkan
sewa-menyewa tanah dihapuskan dan mengembalikan uang muka yang telah
dibayarkan penyewa Tionghoa dan Eropa kepada pemilik tanah untuk
dikembalikan. Hal ini menjadikan bengsawan kehilangan sumber
pendapatannya sementara uang muka yang telah diterima sudah habis
digunakan.</li>
<li>Pakubuwono VI naik takhta di Solo.</li>
<li>Kramo Jayo menjadi Sultan Palembang.</li>
<li>Raffles, dalam kondisi kesehatan yang buruk, kembali ke Inggris.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1824
<ul>
<li>17 Maret, Britania dan Belanda menandatangani Perjanjian London
dan membagi Hindia Belanda di antara mereka sendiri. Belanda mengklaim
Sumatra, Jawa, Maluku, Irian Jaya, dan lain-lain. Britania mengklaim Malaya dan Singapura, dan mempertahankan kepentingannya di Borneo Utara. Aceh diharapkan akan tetap independen.</li>
<li>Bone merebut wilayah-wilayah Belanda di Sulawesi selatan.</li>
<li>Hindia Belanda menghadapi krisis keuangan - Gubernur Jenderal van
der Capellen menawarkan koloni ini kepada sebuah perusahaan swasta
Britania, Palmer and Co.,
sebagai ganti pinjaman untuk menebus pemerintahan kolonial. (Pemerintah
Belanda yang merasa dipermalukan oleh kejadian-kejadian ini, memberikan
pinjaman besar kepada Hindia Belanda pada 1826 dan 1828.)</li>
<li>Belanda membentuk pemerintahan langsung di Riau.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1825
<ul>
<li>29 Maret, Nederlandsche Handel Maatschappij
(Perusahaan Dagang Belanda) dibentuk. Komoditi-komoditi ekspor seperti
kopi, gula, nila yang dihasilkan masyarakat dikapalkan ke Eropa oleh
perusahaan ini.</li>
<li>Belanda mengalahkan Bone sebelum Perang Diponegoro; pertempuran sporadik berlanjut selama bertahun-tahun.</li>
<li>para pejuang Padri merebut daerah Tapanuli selatan. Raja Sisingamangaraja X dari Batak terbunuh dalam peperangan melawan kaum Padri.</li>
<li>Belanda menuntut para calon haji yang ingin naik haji untuk memperoleh paspor dan membajar pajak seharga 110 gulden.</li>
<li>Mei, Diponegoro dan para penguasa istana bentrok karena pertikaian menyangkut jalan yang baru yang akan dibangun di dekat Tegalreja yang melewati makam dan tanah leluhur.</li>
<li>Juli, Belanda mengirim pasukan-pasukannya untuk menangkap
Diponegoro, yang mengumumkan pemberontakan. Tegalreja direbut dan
dibakar, Diponegoro berhasil melarikan diri. Inilah awal dari "Perang Diponegoro", yang berlangsung hingga 1830. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.</li>
<li>Adam al-Wasi' Billah menjadi Sultan Banjar.</li>
<li>Garis suksesi di Palembang berakhir. Belanda membentuk pemerintahan langsung.</li>
<li>Belanda mengeluarkan perintah untuk menangkap Raden Intan di Lampung. Raden Intan meninggal dan digantikan oleh Raden Imba Kusuma.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1826
<ul>
<li>Perang gerilya merebak di seluruh Jawa Tengah dan Timur.</li>
<li>Belanda mulai mengorganisasi pasukan-pasukan khusus untuk berperang di Hindia Belanda.</li>
<li>Van der Capellen digantikan oleh Du Bus sebagai Gubernur Jenderal.</li>
<li>Agustus Belanda membebaskan Hamengkubuwono II dari pembuangan di Ambon, dan mengangkatnya kembali sebagai Sultan Yogyakarta.</li>
<li>Oktober, Diponegoro dikalahkan di Gowok, dekat Surakarta. Pasukan-pasukannya dipukul balik.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1827
<ul>
<li>Belanda menata ulang pasukan-pasukannya dalam Perang Diponegoro,
mengganti dengan taktik-taktik yang lebih fleksibel, mengadakan
serangan-serangan terhadap para pasukan gerilya.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1828
<ul>
<li>April, orang-orang Jawa berhasil menghadapi Belanda.</li>
<li>Madura menjadi satu keresidenan dengan Surabaya.</li>
<li>Wabah cacar di Bali.</li>
<li>Fort Du Bus didirikan Belanda di Papua.</li>
<li>November Kyai Maja, penasihat rohani Diponegoro, ditangkap Belanda setelah pertempuran berlangsung.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1829
<ul>
<li>September Pangeran Mangkubumi (paman dari Diponegoro) menyerah. Ia diizinkan kembali ke istananya.</li>
<li>Oktober, Panglima Sentot Alibasyah menyerah. Belanda mengangkatnya menjadi Letnan kolonel.</li>
</ul>
</li>
</ul>
* 1830<br />
<ul>
<li><ul>
<li>Maret, Diponegoro setuju mengadakan perundingan Magelang, ditangkap
dan dibuang ke Manado, lalu ke Makassar (hingga meninggal tahun 1855).</li>
<li>Pakubuwono VI, dicurigai oleh Belanda, dibuang ke Ambon (hingga 1849). Pakubuwono VII menjadi Susuhunan Solo.</li>
<li>Johannes van den Bosch tiba sebagai Gubernur Jenderal yang baru, mulai menerapkan <i>cultuur stelsel</i> atau "tanam paksa".
Setiap desa harus menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi
ekspor khususnya kopi, tebu, nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada
pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan (20%) dan hasil
panen diserahkan kepada pemerintah kolonial.</li>
<li>Tanam paksa tumbuhan indigo (nila) diperkenalkan di Priangan.</li>
<li>Kapal uap pertama tiba di Hindia Belanda.</li>
<li><i>Nederlands Zendelinggenootschap</i> (NZG - Perhimpunan Zending Belanda) mulai menawarkan pendidikan kepada anak-anak pribumi.</li>
<li>4 Desember Van den Bosch secara resmi mengorganisasi pasukan Belanda dari Perang Jawa menjadi <i>Oost-Indische Leger</i>, atau "Tentara Hindia Timur" (belakangan dikenal sebagai KNIL).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1831
<ul>
<li>Pemerintah Hindia Belanda berhasil membuat anggaran berimbang.</li>
<li>Pasukan-pasukan Belanda memerangi kaum Padri di Sumatra dan mencapai wilayah Bonjol.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1832
<ul>
<li>Belanda menggulingkan Sultan Jailolo dan menguasai Halmahera.</li>
<li>Kapal-kapal AS menembaki desa-desa pantai di Aceh dalam upaya mengatasi perompakan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1833
<ul>
<li>Januari, desa-desa Minangkabau di sekitar Bonjol bangkit dalam
pemberontakan rakyat; pasukan-pasukan Belanda di daerah itu dibantai.
Perang Padri memanas; Belanda menyegel daerah pantai. Sentot berperang
di pihak Belanda, namun kemungkinan di dalam hatinya ia tidak memihak
Belanda. Belanda menempatkan Sentot di bawah pengawasan di Bengkulu
(hingga 1855).</li>
<li>Sultan Jambi meminta bantuan Belanda untuk melawan Palembang.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1834
<ul>
<li>Belanda memaksa Sultan Muhammad Fahruddin dari Jambi mengakui kekuasaan Belanda.</li>
<li>Pemerintah Portugis mengusir para pastor Dominikan dari Timor Timur.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1836
<ul>
<li>Belanda mengabaikan Fort Du Bus di Papua.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1837
<ul>
<li>Bonjol di Minangkabau akhirnya jatuh ke tangan Belanda dalam Perang Padri. Tuanku Imam Bonjol menyerah dan dikirim ke pembuangan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1838
<ul>
<li>Kemenangan Belanda di Daludalu
mengakhiri Perang Padri di Minangkabau. Pemerintahan langsung Belanda
atas Minangkabau diterapkan (hukum adat dan para bangsawan tampaknya
pro-Belanda, para pemimpin Islam anti-Belanda).</li>
<li>Ekspedisi Belanda melawan Flores.</li>
<li>Bone memperbarui Perjanjian Bungaya; peperangan melawan Belanda mereda.</li>
<li>Belanda meresmikan kehadirannya di Nias.</li>
<li>Sulaiman mewarisi takhta Aceh, tetapi Tuanku Ibrahim memerintah sebagai wali, dan berkuasa di Aceh hingga 1870.</li>
<li>Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah Karangasem di Bali.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1839
<ul>
<li>Pedagang Denmark, Mads Lange, membuka sebuah pos perdagangan di Kuta, Bali.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1840
<ul>
<li>Cultuur Stelsel sudah menghadapi berbagai masalah. Tanda-tanda
penderitaan dikalangan orang pribumi Jawa dan Sunda mulai tampak.
Khususnya didaerah penanaman tebu. Pabrik-pabrik gula bersaing dengan
pertanian padi untuk jatah air. Tibul paceklik dan harga beras menjadi
sangat mahal.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<h4>
<span class="mw-headline" id="1841-1860_.28Perang_Bali.2C_Max_Havelaar.29"></span></h4>
<ul>
<li>1841
<ul>
<li>Raja-raja Badung, Klungkung, Karangasem dan Buleleng di Bali menandatangani perjanjian yang mengakui kekuasaan Belanda; para raja itu diberikan hak untuk tetap berkuasa ke dalam.</li>
<li>James Brooke mulai membangun sebuah kerajaan pribadi untuk dirinya sendiri di Sarawak.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1842
<ul>
<li>Belanda menarik diri dari pantai timur Sumatra di sebelah utara Palembang karena kekuatiran Britania.</li>
<li>Bangsawan di Surakarta ditangkap karena dicurigai menghasut pemberontakan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1843
<ul>
<li>Raja Lombok menerima kekuasaan Belanda.</li>
<li>Kelaparan di Cirebon.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1844
<ul>
<li>Raja-raja Buleleng dan Karangasem tidak puas dengan Belanda, dan menolak untuk mengesahkan perjanjian.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1845
<ul>
<li>Industri vanila dimulai di Jawa.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1846
<ul>
<li>Juni, pasukan-pasukan Hindia Belanda menyerang Buleleng; raja-raja
lain diam-diam mendukung kekuatan-kekuatan anti-Belanda. Istana di
Singaraja dihancurkan. Raja Buleleng menandatangani perjanjian
penyerahan. Hindia Belanda menempatkan sebuah pos pasukan di Singaraja.</li>
<li>Ekspedisi Hindia Belanda melawan Flores.</li>
<li>Wabah tipus merebak di Jawa.</li>
<li>Hindia Belanda menguasai Samarinda.</li>
<li>Tambang batu bara komersial pertama dibuka di Martapura, Kalimantan Selatan.</li>
<li>Pemberontakan di Banten.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1847
<ul>
<li>Ekspedisi militer Belanda ke Nias.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1848
<ul>
<li>Juni, Hindia Belanda mengirim pasukan militer ke Bali untuk
menghadapi konflik yang timbul karena pemaksaan perjanjian dengan
raja-raja setempat. Pasukan ini dikalahkan oleh suatu pasukan Bali di
bawah pimpinan Gusti Ketut Jilantik di Jagaraga, dan menarik diri dari pulau itu.</li>
<li>Konstitusi baru di Belanda: Dewan Negara (parlemen) Belanda
mempunyai kuasa atas urusan-urusan kolonial. Sebagian anggota parlemen
menuntut diadakannya perubahan di tanah jajahan dan mendesak diadakannya
pembaharuan liberal. Pengurangan peranan pemerintah dalam perekonomian
kolonial, pembebasan terhadap pembatasan perusahaan swasta, dan
diakhirinya tanam paksa.</li>
<li>Undang-undang, sipil dan kriminal yang diperbarui untuk Hindia
Belanda diperkenalkan, dan berlaku hanya untuk keturunan Eropa saja.</li>
<li>Demonstrasi di Batavia, dipimpin oleh Baron van Hoevell (seorang pendeta Hervormd Belanda), memohon kepada Raja Belanda agar diberlakukan kebebasan pers, sekolah menengah untuk masyarakat, dan perwakilan untuk Hindia Belanda di Dewan Negara.</li>
<li>Sekolah-sekolah karesidenan untuk pendidikan dan latihan anak-anak para pemerintah dan bangsawan setempat, mulai dibuka.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1849
<ul>
<li>April, Sebuah kekuatan militer Hindia Belanda dalam jumlah besar
dikirim ke Bali. Gusti Ketut Jilantik gugur dalam pertempuran. Hindia
Belanda menguasai Buleleng dan pantai utara Bali.</li>
<li>Mei Pasukan-pasukan Hindia Belanda memasuki Bali selatan untuk
pertama kalinya, bergerak melalui Karangasem dan Klungkung untuk
memadamkan perlawanan.</li>
<li>Raja Lombok menyerang dan merebut Karangasem.</li>
<li>Belanda menguasai penuh Palembang.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1850
<ul>
<li>Belanda memulai pekerjaan misi di kalangan suku Batak di Sumatra utara. Pemerintah Hindia Belanda melarang para misionaris Katolik memasuki daerah suku Batak di Sumatra atau Toraja di Sulawesi. Hanya para misionaris Protestan yang diizinkan masuk ke sana.</li>
<li>Bala kelaparan di Jawa Tengah.</li>
<li>Belanda membeli sisa-sisa benteng Portugis di Flores.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1851
<ul>
<li>Sekolah "Dokter-Jawa" didirikan di Gambir (Weltevreden), Batavia.</li>
<li>Billiton Maatschappij memulai pertambangan timah di Belitung. Banyak buruh Tionghoa yang didatangkan ke sana.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1852
<ul>
<li>Aceh mengirim utusan kepada Napoleon III dari Perancis.</li>
<li>Pohon kola diperkenalkan di Jawa.</li>
<li>Belanda mengakhiri pajak yang dipungut dari para calon jemaah haji.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1853
<ul>
<li>Belanda mulai mengatur administrasi Bali utara.</li>
<li>Mangkunegara IV mengambil gelarnya di Surakarta.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1854
<ul>
<li>Pemerintah Belanda mengeluarkan suatu pembaruan konstitusional untuk daerah Hindia Belanda ("<i>Regeeringsreglement</i>").
Para penguasa setempat di Hindia Belanda akan tetap memiliki kekuasaan
tradisional atas warga mereka, dan berkuasa atas nama Belanda. Pemisahan
yang ketat antara warga Eropa dan kaum Inlander diakui di dalam
undang-undang.</li>
<li>Gubernur Jenderal
Hindia Belanda memperoleh kuasa untuk mengasingkan siapapun juga;
terhukum tidak memiliki hak untuk naik banding atau meninjau ulang
keputusannya.</li>
<li>Aceh menegakkan kekuasaannnya atas Langkat, Deli dan Serdang di pantai timur Sumatra ("pelabuhan lada").</li>
<li>Tanaman <i>cinchona</i> (kina) diperkenalkan di Priangan, di Cibodas, Jawa Barat.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1855
<ul>
<li>Hamengkubuwono VI menjadi Sultan Yogyakarta.</li>
<li>Militer Belanda melakukan ekspedisi ke Nias.</li>
<li>Belanda memperluas kekuasaannya atas Kalimantan Barat.</li>
<li>Pangeran Diponegoro meninggal di Benteng Rotterdam, Makassar.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1856
<ul>
<li>Aturan Penerbitan memberikan kekuasaan kepada Gubernur Jenderal
untuk melakukan sensor pra-penerbitan terhadap pers tanpa kesempatan
naik banding atau peninjauan kembali.</li>
<li>Maret, Eduard Douwes Dekker
dipecat dari posisinya di pemerintahan di Jawa Barat setelah menuduh
para bupati setempat melakukan korupsi. (Belakangan, dengan nama pena "Multatuli", ia menulis novel "Max Havelaar", yang mengungkapkan kondisi-kondisi dan penindasan di Jawa oleh pemerintah kolonial kepada para pembaca di Belanda.)</li>
<li>Ekspedisi militer Belanda ke Flores.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1857
<ul>
<li>Belanda ikut campur dalam suksesi Sultan Banjarmasin, dengan mendukung Tamjidillah daripada Hidayatullah yang lebih populer.</li>
<li>Kabel telegraf pertama diletakkan dari Batavia ke Buitenzorg (Bogor).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1858
<ul>
<li>Ekspedisi Belanda melawan Sulawesi selatan.</li>
<li>Ratu Taha Saifuddin
dari Jambi menolak perjanjian dengan Belanda, melarikan diri ke
hutan-hutan dengan membawa pusaka (lambang kekuasaan keluarganya), dan
berjuang hingga 1904.</li>
<li>Belanda mengambil Siak
di Sumatra utara melalui perjanjian dan memindahkan pasukan-pasukannya
untuk mencegah para petualang Britania mendapatkan tempat berpijak di
sana. Perbatasan Siak ditetapkan hingga mencakup Langkat dan Deli, yang
berbatasan dengan wilayah Aceh.</li>
<li>Pemerintahan Hindia Belanda mengalami defisit karena biaya-biaya militer.</li>
<li>Pakubuwono VIII menjadi Susuhunan Solo.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1859
<ul>
<li>Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari; Belanda menarik dukungannya terhadap Tamjidillah, mengirimnya ke Buitenzorg (kini Bogor).</li>
<li>Portugis menandantangani perjanjian dengan Belanda: Portugis
melepaskan pos-posnya yang jauh dan klaim-klaimnya atas Flores dan Solor
kepada Belanda, dan mempertahankan haknya atas Timor Portugis.
Pembagian antara Timor Barat dan Timur diputuskan.</li>
<li>Pemerintah Belanda melarang perbudakan di Hindia Belanda.</li>
<li>Ekspedisi militer Belanda ke Bone untuk menggulingkan Ratu Basse Kajuara.</li>
<li>Kabel telegraf dipasang antara Batavia hingga Singapura.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1860
<ul>
<li>"Max Havelaar" diterbitkan.</li>
<li>Belanda membuka Pulau Sabu.</li>
<li>Belanda menghapuskan Kesultanan Banjarmasin, dan memaksakan pemerintahan kolonial langsung.</li>
<li>Belanda memperluas wilayah protektoratnya hingga mencakup Kesultanan Wajo di Sulawesi.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1861
<ul>
<li>Pakubuwono IX menjadi Susuhunan Solo.</li>
<li>Para misionaris Protestan Jerman mulai bekerja di sekitar Danau Toba di Sumatera Utara.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1862
<ul>
<li>Pangeran Hidayatullah menyerah di Banjarmasin, dan dibuang ke Jawa. Antasari meninggal karena cacar, perang gerilya berlanjut.</li>
<li>Wajib tanam lada dihentikan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1863
<ul>
<li>Ekspedisi militer Belanda ke Nias.</li>
<li>Britania mengirim kapal-kapal perang ke Langkat dan "pelabuhan-pelabuhan lada lainnya " di Sumatra.</li>
<li>1 Juli, Perbudakan secara resmi berakhir di Hindia Belanda.</li>
<li>Tanaman tembakau diperkenalkan di Sumatera Utara.</li>
<li>Fransen van de Putte, seorang bekas pemilik perkebunan di Jawa dan penentang sistem tanam paksa, menjadi Menteri Urusan Koloni Belanda.</li>
<li>Wajib tanam cengkeh dan pala diakhiri.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1864
<ul>
<li>1 April, Perangko Hindia Belanda pertama diterbitkan.</li>
<li>Belanda bereksperimen dengan tanaman karet di Jawa dan Sumatra.</li>
<li>Belanda mengklaim Kepulauan Mentawai.</li>
<li>Sultan Siak terakhir turun takhta.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1865
<ul>
<li>Tanam paksa teh, kayu manis dan nila diakhiri.</li>
<li>Belanda memperkenalkan tembakau di Deli dan Sumatera Utara.</li>
<li>Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Kesultanan Asahan di Sumatera Utara dan menyingkirkan Sultan ke Riau.</li>
<li>Undang-undang dan peraturan kehutanan yang baru diperkenalkan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1866
<ul>
<li>Wajib tanam tembakau diakhiri.</li>
<li>Hindia Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Sumba.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1867
<ul>
<li>Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta; 1.000 orang meninggal.</li>
<li>"Undang-undang Pertanggungjawaban" mewajibkan keuangan Hindia Belanda dipisahkan dari keuangan Belanda.</li>
<li>Departemen Pendidikan Hindia Belanda dibentuk.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1868
<ul>
<li>Belanda memperketat kekuasaannya terhadap Bengkulu.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1869
<ul>
<li>Sepertiga penduduk Sabu meninggal karena cacar.</li>
<li>Aceh memohon perlindungan kepada Kerajaan Ottoman.</li>
<li>Deli Maatschappij didirikan oleh para investor swasta.</li>
<li>Pada 1869, Terusan Suez
dibuka, sehingga sangat mengurangi waktu dan upaya perjalanan antara
Eropa dan Asia lewat laut, dan menjadikan tempat-tempat seperti Aceh
jauh lebih penting dan strategis.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1870
<ul>
<li>Wilayah Minahasa ditempatkan di bawah pemerintah langsung Belanda.</li>
<li>Sultan Mahmud Syah memerintah di Aceh hingga 1874.</li>
<li>Undang-undang Gula mulai suatu masa pembaruan agrikultur.</li>
<li>Penyakit melanda tanaman kopi di Jawa.</li>
<li>Pelayanan kapal uap yang rutin ke Belanda melalui Terusan Suez dibuka.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1871
<ul>
<li>Undang-undang Agraria, <i>Agrarische Wet</i>,
menggalakkan privatisasi pertanian, dan mulai membatalkan berbagai
praktik tanam paksa. UU ini dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda sebagai tindak lanjut atas kemenangan partai Liberal di Belanda, sekaligus menggantikan politik Tanam Paksa
(Cultuur Stelsel) dengan penanaman modal pengusaha Belanda. Pada
pelaksanaannya Agrarische Wet mendukung berdirinya perkebunan-perkebunan
besar Belanda di Hindia Belanda, sehingga dapat disebut sebagai upaya
menarik modal swasta ke Hindia Belanda.</li>
<li>Wabah cacar membunuh 18.000 orang di Bali.</li>
<li>Kabel telegraf dipasang dari Banyuwangi, Jawa hingga ke Australia.</li>
<li>November, Traktat Sumatra antara Britania dan Belanda: Belanda memberikan Pantai Emas kepada Britania; Belanda dapat mengirimkan buruh-buruh kontrak dari India ke Guiana Belanda (kini: Suriname);
Belanda bebas bertindak di Sumatra, Britania dan Belanda mempunyai
hak-hak perdagangan di Aceh. Akibat dari perjanjian ini: tidak ada lagi
keberatan terhadap upaya Belanda menaklukkan Aceh.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1872
<ul>
<li>Perang Batak dimulai di Sumatra utara, berlangsung hingga 1895.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1873
<ul>
<li>25 Januari Utusan dari Aceh mengadakan pembicaraan dengan konsul Amerika di Singapura, namun Washington menolak memberikan bantuan AS. Belanda menjawab dengan peperangan.</li>
<li>26 Maret Perang Aceh meletus. Belanda mengebom Banda Aceh.</li>
<li>8 April Belanda mendaratkan pasukan-pasukannya di Banda Aceh.</li>
<li>25 April pasukan-pasukan Aceh memaksa Belanda mundur.</li>
<li>Sultan Kutai menandatangani perjanjian yang mengakui Belanda.</li>
<li>Tanaman teh Assam
dari India diperkenalkan untuk menggantikan tanaman teh dari Tiongkok,
yang hasilnya mengecewakan. Produksi teh mulai meningkat.</li>
<li>Jalur kereta api pertama dibangun di Jawa.</li>
<li>11 November Belanda menyerang Aceh kembali, dan mempertahankan posisi mereka, namun mengalami kerugian besar karena penyakit.</li>
<li>Belanda berperang sia-sia selama lebih dari 30 tahun, berusaha menguasai Aceh, namun tidak pernah benar-benar berhasil.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1874
<ul>
<li>24 Januari
Pejuang Aceh meninggalkan Banda Aceh dan mengundurkan diri ke daerah
perbukitan. Belanda mengumumkan bahwa Kesultanan Aceh telah berakhir.</li>
<li>Sultan Mahmud Syah dari Aceh meninggal di hutan; Sultan Ibrahim Mansur Syah memimpin kesultanan di bukit-bukit hingga 1907. Teuku Umar, seorang bangsawan Aceh, memimpin pasukan-pasukan Aceh.</li>
<li>Ekspedisi Belanda ke Flores.</li>
<li>Belanda mengirim seorang utusan ke Kepulauan Aru.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1875
<ul>
<li>Hindia Belanda, Australia, dan Jerman menetapkan perbatasan antara klaim-klaim mereka di New Guinea.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1876
<ul>
<li>Tanaman karet diperkenalkan di Jawa.</li>
<li>Baba Hassan memimpin pemberontakan di Halmahera.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1877
<ul>
<li>Hamengkubuwono VII menjadi Sultan Yogyakarta.</li>
<li>Sejak saat ini, pemerintahan Hindia Belanda beroperasi dengan keuangan yang merugi.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1878
<ul>
<li>Tanam paksa gula dan kopi mulai dihapuskan.</li>
<li>Ekspedisi di bawah Jenderal Van der Heijden membakar habis 500 desa di Aceh.</li>
<li>Teungku Cik di Tiro, seorang ulama Islam, mulai memimpin perlawanan di Aceh.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1879
<ul>
<li>R.A. Kartini dilahirkan di Jepara.</li>
<li>Tanaman koka diperkenalkan di Jawa.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1880
<ul>
<li>Jalur kereta api antara Batavia dan Bandung diselesaikan.</li>
<li>Koelie Ordonnantie
("Ordonansi Kuli") menguraikan undang-undang kontrak tenaga kerja:
majikan harus menyediakan perumahan dan pemeliharaan kesehatan yang
memadai, buruh hanya terikat dengan perkebunan selama kontrak yang
berlaku. Kontrak harus ditandatangani di hadapan hakim, dan dapat
dipertikaian di pengadilan.</li>
<li>Susu kental dalam kaleng yang pertama diimpor dari Australia.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1881
<ul>
<li>Para tetua suku Minahasa dijadikan pegawai-pegawai bergaji dari Hindia Belanda.</li>
<li>Mangkunegara IV wafat.</li>
<li>Pada awal 1880-an, seorang penduduk Kudus yang bernama Haji Jamahri memulai kebiasaan mencampurkan cengkeh dalam rokok yang dilintingnya dengan tangan untuk menolongnya mengatasi gejala-gejala asma. Inilah asal-usul "kretek". Namun demikian, produksi kretek secara komersial baru dimulai secara serius pada 1930-an.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1882
<ul>
<li>Hindia Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Buleleng dan Jembrana di Bali.</li>
<li>Hindia Belanda menguasai Karangasem dan Gianyar di Bali. Bali dan
Lombok menjadi sebuah Karesidenan; raja-raja di Bali selatan tidak
senang dengan hal ini, namun tetap berperang di antara mereka sendiri.</li>
<li>Kepulauan Aru dan Tanimbar ditempatkan di bawah administrasi Belanda.</li>
<li>6 Agustus Tjokroaminoto dilahirkan.</li>
<li>Penyakit melanda tanaman tebu di Jawa.</li>
<li>Ekspedisi militer Belanda di Seram.</li>
<li>Minyak ditemukan di sekitar Kutai di Kalimantan.</li>
<li>Pengadilan Islam ("<i>priesterraden</i>") diberikan kekuasaan terbatas di Jawa. Yurisdiksinya dibatasi pada hukum keluarga.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1883
<ul>
<li>Sisingamangaraja XII diusir dari wilayah Batak.</li>
<li>Krakatau meletus; 36.000 orang di Jawa Barat dan Lampung meninggal sebagai korban letusan ini.</li>
<li>A.J. Zijlker mendapatkan persetujuan dari Belanda untuk memulai pengeboran minyak di Langkat, Sumatra Uara.</li>
<li>Pemberontakan yang mendukung Pangeran Suryengalaga gagal di Yogyakarta.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1884
<ul>
<li>Perang gerilya memanas di Aceh. Belanda membangun "<i>Geconcentreerde Linie</i>" (Garis Konsentrasi) di Aceh: suatu rangkaian dari 16 benteng yang dirancang untuk mengepung para gerilyawan.</li>
<li>Belanda memberlakukan pemerintahan langsung di Deli.</li>
<li>Pelayanan komunikasi dikonsolidiasikan oleh pemerintah ke dalam PTT (Post Telegraaf Telefoon).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1885
<ul>
<li>Sultan Asahan kembali dari pembuangan ke wilayahnya untuk berkuasa atas nama Belanda.</li>
<li>Belanda memberlakukan pemerintahan langsung di Madura.</li>
<li>Orang-orang keturunan Tionghoa di Hindia Belanda digolongkan sebagai
"orang Eropa" hanya untuk tujuan-tujuan hukum dagang semata.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1886
<ul>
<li>Pelabuhan modern dibangun di Tanjung Priok, Batavia (kini Jakarta).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1887
<ul>
<li>Sultan-sultan Madura diturunkan statusnya menjadi bupati saja.</li>
<li>Depresi ekonomi melanda Jawa.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1888
<ul>
<li>Gempa bumi terjadi di Bali.</li>
<li>Residen Belanda di Surakarta menguasai keuangan keluarga Mangkunegara.</li>
<li>Pemberontakan di Banten dipimpin oleh kelompok Qadiriyya.</li>
<li>Kalimantan Utara (Sabah) menjadi protektorat Britania.</li>
<li>Koninklijke Paketvaart Maatschappij dibentuk sebagai perusahaan pengiriman barang dan penumpang kapal utama antar pulau.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1890
<ul>
<li>Zijlker mendirikan perusahaan yang kelak menjadi Royal Dutch Shell.</li>
<li>Ekspedisi Belanda melawan Flores.</li>
<li>Hindia Belanda memperkenalkan pajak kekayaan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1891
<ul>
<li>Mengwi di Bali dikuasai oleh Badung.</li>
<li>Pemerontakan Naqshbandiyya di Lombok melawan pemerintah Mataram-Bali; Belanda ikut campur.</li>
<li>Buruh-buruh kontrak yang pertama meninggalkan Jawa dan berangkat ke Suriname di Amerika Selatan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1893
<ul>
<li>Pakubuwono X menjadi Susuhunan Solo.</li>
<li>Sekolah-sekolah "Kelas Satu" untuk para penduduk pribumi Indonesia dibentuk.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1894
<ul>
<li>Campur tangan terakhir Belanda di Lombok berhasil; para bangsawan melakukan puputan; Karangasem menjadi wilayah yang tergantung pada Belanda.</li>
<li>"Perang Batak" berakhir.</li>
<li>Pemberontakan melawan Portugis di Timor Timur.</li>
<li>Hindia Belanda mengorganisasi monopoli opium yang diselenggarakan negara untuk menguasai perdagangan candu (Opiumregie).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1895
<ul>
<li>Jami'at Khair didirikan, organisasi ini berdedikasi dalam mengembangkan pendidikan Arab.</li>
<li>Timor Portugis, yang mulanya diadministrasi dari Makau, mendapatkan administrasinya sendiri.</li>
<li>Perjanjian Britania-Belanda menetapkan batas-batas antara klaim-klaim mereka atas Pulau Papua.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1896
<ul>
<li>Raja Chulalongkorn dari Thailand melakukan kunjungan ke negaraan ke Hindia Belanda.</li>
<li>Belanda terus menyerang gerilya-gerilya di Aceh dengan pasukan-pasukan khusus (Korps Marechaussee).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1898
<ul>
<li>Belanda mulai melakukan eksplorasi di Papua.</li>
<li>Van Heutsz menjadi Gubernur Belanda di Aceh. Penasihatnya, Snouck Hurgronje memperkenalkan "<i>Korte Verklaring</i>",
(Traktat Pendek), sebuah perjanjian singkat yang isinya mengakui
pemerintahan Belanda, untuk menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu
yang rumit dengan para pemimpin setempat; Belanda mengadakan aliansi
dengan para uleebalang dalam melawan para pemimpin Islam.</li>
<li>Juni, Van Heutsz mengirim suatu ekspedisi Belanda yang sukses melawan Pidie, Aceh.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1899
<ul>
<li>R.A. Kartini memulai kariernya dalam menulis surat-surat.</li>
<li>Pesantren Tebuireng, sebuah sekolah Islam yang terkenal, didirikan di Jombang, Jawa Timur.</li>
<li>Teuku Umar terbunuh dalam suatu serangan Belanda.</li>
<li>Van Deventer, seorang pembaharu kolonial, menerbitkan "<i>Een Eereschuld</i>",
yang isinya menuntut agar uang yang dikumpulkan pada masa lampau dari
Hindia Belanda dikembalikan ke Hindia Belanda untuk menolong membayar
utang kolonial yang kian meningkat.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1900
<ul>
<li>Raja Gianyar di Bali takluk kepada kekuasaan Belanda.</li>
<li>Sekolah-sekolah menengah di Bandung, Magelang dan Probolinggo ditata kembali untuk mendidik orang-orang Jawa yang ingin menjadi pegawai negeri.</li>
<li>17 Maret 1900, Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) terbentuk di Batavia. THHK
mendirikan sekolah-sekolah, jumlahnya 54 buah pada tahun 1908 dan
mencapai 450 sekolah pada tahun 1934.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1901
<ul>
<li>Jambi ditempatkan di bawah kekuasaan Residen Belanda di Palembang pada saat munculnya masalah suksesi dan pergolakan lainnya yang terkait.</li>
<li>Mahyudin Datuk Sutan Marajo menerbitkan koran Warta Berita di
Padang, surat kabar berbahasa Indonesia pertama dengan tulisan latin.</li>
<li>Perusahaan minyak Zijlker's Royal Dutch diperluas hingga ke Kalimantan.</li>
<li>Belanda menempatkan pasukan keamanan di Kepulauan Mentawai.</li>
<li>6 Juni Soekarno dilahirkan.</li>
<li>Ratu Wilhelmina dari Belanda mengumumkan " Politik Etis" untuk Hindia Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1902
<ul>
<li>Belanda mengakhiri pembatasan-pembatasan dalam urusan haji.</li>
<li>12 Agustus Mohammad Hatta dilahirkan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1903
<ul>
<li>Sultan Aceh, Tuanku Daud Syah, menyerah kepada Belanda, namun tetap mempertahankan hubungan rahasia dengan para gerilyawan.</li>
<li>Hindia Belanda mulai membuka sekolah-sekolah MULO untuk pendidikan dasar.</li>
<li>Undang-undang Desentralisasi memberikan beberapa kursi kepada pemerintahan lokal dan provinsi kepada penduduk pribumi di Hindia Belanda. Pemilu untuk pertama kalinya diadakan di Jawa.</li>
<li>Keuangan Hindia Belanda dipisahkan dari keuangan tanah air Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1904
<ul>
<li>Van Heutsz, yang sebelumnya adalah Gubernur militer di Aceh, menjadi Gubernur Jenderal (hingga 1909).</li>
<li>Taha dari Jambi dibunuh oleh Belanda.</li>
<li>Mei, Kapal "Sri Koemala" karam di lepas pantai Sanur, Bali. Penduduk
setempat menjarah kapal itu; si pemilik kapal menuntut ganti rugi
pemerintah Hindia Belanda. Akibatnya, hubungan antara Hindia Belanda
dengan Raja Badung di Bali memburuk.</li>
<li>Ekspedisi militer Hindia Belanda menguasai wilayah Batak di Sumatra.</li>
<li>Suatu ekspedisi di bawah Kapten Van Daalen
ke daerah pegunungan di Aceh menyebabkan matinya lebih dari 3.000
penduduk desa, termasuk lebih dari 1.000 kaum perempuan dan anak-anak.</li>
<li>Pemerintah Belanda mulai memberikan bantuan dan pinjaman untuk pembayaran kembali utang Hindia Belanda.</li>
<li>Dewi Sartika mendirikan Sekolah Isteri, sebuah sekolah untuk kaum perempuan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1905
<ul>
<li>Januari, Belanda mulai melakukan operasi militer selama lima bulan di Kalimantan.</li>
<li>Belanda mengirim sebuah pasukan militer melawan pemberontakan di Seram.</li>
<li>Agustus, pasukan-pasukan Belanda mendarat di Pare Pare. Pasukan
Belanda mencapai kemenangan besar di wilayah Sulawesi; Bugis, Makasar,
Toraja dikuasai untuk seterusnya. Penguasa Bone digulingkan.</li>
<li>Para pemberontak Aceh menghubungi konsul Jepang di Singapura untuk meminta pertolongan.</li>
<li>Belanda menduduki Kepulauan Mentawai.</li>
<li>Serikat buruh pertama dibentuk oleh para buruh kereta api.</li>
<li>16 Oktober Sarekat Dagang Islamiyah didirikan oleh Kyai Haji Samanhudi, mula-mula untuk melindungi kepentingan-kepentingan para pedagang batik Islam di Surakarta.</li>
<li>Dewan kota dibentuk di Batavia dan Bandung.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda mensponsori suatu komunitas petani Jawa
yang dipindahkan ke Lampung: inilah contoh transmigrasi pertama.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1906
<ul>
<li>15 September Belanda membuat berbagai kemajuan besar di Bali; armada Hindia Belanda membuang jangkar di lepas pantai Sanur.</li>
<li>16 September Pasukan-pasukan Hindia Belanda menyerbu Sanur.</li>
<li>20 September Angkatan Laut Belanda menembaki Denpasar dengan meriam.</li>
<li>Para bangsawan Badung melakukan bunuh diri dalam sebuah puputan, sambil berbaris di jalan utama Denpasar. Lebih dari 3.600 orang terbunuh.</li>
<li>23 September Belanda membuat kemajuan di Tabanan,
Bali. Raja Tabanan menawarkan penyerahan dirinya dengan syarat ia
diizinkan mempertahankan gelar dan tanahnya. Residen Belanda menawan
Raja hingga ia dapat mendapatkan jawaban dari pemerintah Hindia Belanda
di Batavia. Raja Tabanan melakukan bunuh diri di tahanan.</li>
<li>Perkebunan karet di Sumatra berkembang dengan berbagai varitas tanaman baru.</li>
<li>Belanda menguasai Sumba.</li>
<li>Belanda membentuk sebuah <i>protektorat</i> terhadap Berau di Kalimantan Timur.</li>
<li>Sensor pasca-penerbitan diperkenalkan: semua penerbitan harus
diserahkan dalam tempo 24 jam setelah terbitnya ke badan sensor untuk
ditinjau.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1907
<ul>
<li>Militer Belanda memadamkan pemberontakan di Flores, dan kini berkuasa penuh.</li>
<li>Pemberontakan di Jambi akhirnya dipadamkan.</li>
<li>Para gerilyawan Aceh menyerang Belanda di Banda Aceh.</li>
<li>Raja Sisingamangaraja XII memberontak melawan Belanda, dan ditembak dalam konflik itu.</li>
<li>Hindia Belanda memperkenalkan pajak terhadap usaha-usaha dagang.</li>
<li>Samin Surosentiko, pencetus ajaran Samin, ditangkap di Jawa dan diasingkan ke Padang, Sumatera.</li>
<li>Perusahaan minyak Zijlker's Royal Dutch bergabung dengan Shell Transport and Trading dan menjadi Royal Dutch Shell.</li>
<li>Belanda mengirim polisi ke Kepulauan Tanimbar untuk menghentikan konflik antar suku.</li>
<li>Program pendidikan baru diperkenalkan dengan maksud menawarkan
pendidikan tiga tahun untuk anak-anak, yang terbuka untuk masyarakat
umum.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1908
<ul>
<li>Klungkung memberontak melawan Belanda; para bangsawan melakukan puputan untuk mempertahankan kehormatan mereka.</li>
<li>Belanda ikut campur dalam konflik-konflik lokal di Sumbawa, hingga lebih ketat menguasai wilayah itu.</li>
<li>Buton jatuh ke dalam pemerintah langsung Belanda.</li>
<li>VSTP (serikat buruh kereta api) dibentuk, anggota-anggota orang Indonesia diterima.</li>
<li>20 Mei Budi Utomo didirikan di antara para mahasiswa suku Jawa kelas atas di Jawa, termasuk dr. Sutomo dan dr. Tjipto Mangunkusumo, menandai dimulainya era Kebangkitan nasional</li>
<li>Oktober Budi Utomo mengadakan kongres di Yogyakarta. Tjipto Mangunkusumo meninggalkan organisasi ini.</li>
<li>Indische Vereeniging didirikan untuk para mahasiswa Indonesia di Belanda.</li>
<li>Pemberontakan kecil di Minangkabau dipadamkan.</li>
<li>Hindia Belanda memperkenalkan pajak pendapatan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1909
<ul>
<li>Tjokroaminoto menjadi pemimpin Sarekat Dagang Islamiyah.</li>
<li><i>Putri Hindia</i>, sebuah penerbitan untuk kaum perempuan, didirikan.</li>
<li>Belanda mengonsolidasikan kekuasaan atas Seram.</li>
<li>Belanda menguasai Buru.</li>
<li>Adabiah, sekolah Islam modern pertama berdiri di Padang</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1910
<ul>
<li>Perlawanan Islam di Aceh dilumpuhkan.</li>
<li>Jami'at Khair digantikan oleh Al-Irsyad (Jamiat Islam al Irsyad al Arabia), sebuah organisasi untuk kaum Muslim keturunan Arab di Indonesia.</li>
<li>Pemberontakan di Timor Timur di bawah pimpinan Dom Boaventura.</li>
<li>Ratulangi mendirikan Perserikatan Minahasa, sebuah organisasi sosial untuk orang Minahasa.</li>
<li>Ekspedisi Belanda ke Pulau Komodo melaporkan penemuan komodo kepada masyarakat di Eropa untuk pertama kalinya.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1911
<ul>
<li>Abendanon menerbitkan surat-surat R.A. Kartini dengan judul "<i>Door Duisternis Tot Licht</i> " ("Habis Gelap Terbitlah Terang").</li>
<li>Surat kabar <i>Al-Munir</i> mulai terbit di Padang.</li>
<li>Wabah penyakit sampar melanda Pulau Jawa.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1912
<ul>
<li>10 September Sarekat Dagang Islamiyah berganti nama menjadi Sarekat Islam dibawah pimpinan Tjokroaminoto.</li>
<li>Indische Partij dibentuk oleh Setiabudi (Douwes Dekker), Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara. Setahun kemudian, tiga serangkai ini diasingkan.</li>
<li>Portugal meredam pemberontakan di Timor Timur.</li>
<li>18 November Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta.</li>
<li>Belanda mengirim lagi ekspedisi militer ke kepulauan Tanimbar.</li>
<li>Setelah proklamasi Republik Rakyat Cina
pada bulan Januari, organisasi-organisasi Tionghoa yang pada mulanya
berkecimpung dalam bidang sosial-budaya mulai mengarah kepada politik.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1913
<ul>
<li>Januari, kongres Sarekat Islam di Surabaya memutuskan meluaskan aktivitas mereka ke seluruh Hindia.</li>
<li>Yayasan Kartini berdiri di Belanda untuk mendukung pendidikan kaum perempuan di Jawa.</li>
<li>Gubernur Jenderal Idenburg menyatakan Sarekat Islam sebagai sebuah organisasi yang legal.</li>
<li>Indische Partij dilarang; para pemimpinnya diasingkan ke Belanda.</li>
<li>Organisasi Paguyuban Pasundan berdiri sebagai sebuah organisasi sosial dan budaya Sunda di Jawa Barat tanggal 20 Juli.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda mendapat kuasa untuk meminjam uang tanpa
harus izin terlebih dahulu kepada pemerintah Kerajaan Belanda.</li>
<li>Suwardi Suryaningrat (dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara) bersama Komite Boemi Poetera menerbitkan "<i>Als Ik Eens Nederlander Was</i>", sebuah tulisan nasionalisme. Ia diasingkan ke Belanda hingga 1919.</li>
<li>Liem Seeng Tee membuka sebuah toko tembakau di luar Surabaya - cikal bakal perusahaan rokok kretek Sampoerna.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1914
<ul>
<li>Hollandsch-Inlandsche Schools (HIS) dibentuk kembali, menjadi terbuka untuk orang Indonesia.</li>
<li>9 Mei, Sneevliet mendirikan <i>Indische Sociaal-Democratische Vereeniging</i> (ISDV), nantinya menjadi PKI.</li>
<li>Perang di Eropa: Pemerintah Belanda mempertimbangkan menggunakan milisi dari Indonesia.</li>
<li>Pameran Besar Kolonial di Semarang, dihadiri oleh Pakubuwono X dari Surakarta dan rombongannya.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda membuka fasilitas percobaan penerbangan di
Surabaya untuk mempelajari kinerja pesawat dalam kondisi tropis.</li>
<li>KNIL membentuk sebuah angkatan udara.</li>
<li>Nias sepenuhnya dikuasai Belanda.</li>
<li>Pasukan pendudukan KNIL di Bali ditarik mundur dan digantikan oleh unit polisi biasa.</li>
<li>Insulinde berdiri, didukung oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo, yang telah kembali dari pengasingan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1915
<ul>
<li>Haji Agus Salim masuk Sarekat Islam, memperkenalkan modernisasi Islam.</li>
<li>Tri Koro Dharma terbentuk sebagai sebuah organisasi pemuda dari Budi Utomo (Berganti nama menjadi Jong Java pada 1918).</li>
<li>Soedirman lahir.</li>
<li>Britania dan Belanda menandatangani perjanjian perbaikan perbatasan antara Borneo Utara (Sabah) dan Hindia Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1916
<ul>
<li>Delegasi anggota dari Budi Utomo, Sarekat Islam, dan organisasi-organisasi lain mengunjungi Belanda</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda membentuk "<i>Politiek Inlichtingen Dienst</i>", sebuah pasukan polisi khusus untuk menyelidiki kejahatan politik (kemudian berganti nama menjadi "<i>Algemene Recherche</i>").</li>
<li>J.P. Count van Limburg Stirum menjadi Gubernur-Jenderal hingga 1921.</li>
<li>Soekarno muda bersekolah di Surabaya, tinggal di rumah Tjokroaminoto.</li>
<li>Juni, Sarekat Islam menyelenggarakan pertemuan di Bandung; beberapa
anggota dan kelompok Jawa tradisional tidak suka dengan modernisasi.</li>
<li>Mangkunegara VII mengambil alih tempat tinggalnya di Surakarta.</li>
<li>Desember, Dewan Negara (Parlemen) di Belanda meloloskan RUU untuk pembentukan sebuah <i>Koloniale Raad</i> (kemudian dikenal dengan Volksraad) untuk Hindia Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1917
<ul>
<li>Jong Sumatranen Bond berdiri di Jakarta</li>
<li>Sarekat Islam mulai mengambil posisi lebih anti-pemerintah.</li>
<li>Kelompok sayap kiri dari Semarang berkumpul di Sarekat Islam dibawah Semaun; Tjokroaminoto tidak melarang mereka.</li>
<li>Belanda mempertimbangkan milisi Indonesian untuk dinas militer; anggota sayap kiri di Sarekat Islam menentang.</li>
<li>Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah berdiri.</li>
<li>Fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya.</li>
<li>Ki Hajar Dewantara kembali dari pembuangan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1918
<ul>
<li>18 Mei Volksraad
berapat untuk pertama kalinya. 39% dari anggota-anggotanya adalah orang
Indonesia. Anggota-anggotanya dipilih oleh dewan-dewan setempat dari
kabupaten. Kebanyakan anggotanya adalah pegawai pemerintah atau bupati.
Volksraad terdiri dari satu kamar, dan berfungsi sebagai dewan penasihat
saja.</li>
<li>Gubernur Jenderal van Limburg Stirum mengangkat Tjokroaminoto menjadi anggota Volksraad. Dr. Tjipto Mangunkusumo juga ditempatkan di sana.</li>
<li>ISDV mulai membentuk <i>soviet-soviet</i> (dewan-dewan) di Surabaya.</li>
<li>"Sarekat Islam B", cabang revolusioner rahasia, mulai terbentuk. Anggotanya termasuk Musso (dan kemungkinan juga Tjokroaminoto).</li>
<li>Sarekat Sumatra didirikan.</li>
<li>Wabah cacar melanda Jawa, Sumatra dan Kalimantan.</li>
<li>Organisasi Jong Minahasa didirikan.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda mulai menindas ‘’soviet-soviet’’ ISDV, mengusir anggota-anggota Belanda dari gerakan komunis.</li>
<li>"Janji November": pemerintah Belanda mengatakan bahwa Indonesia akan
memiliki pemerintahan sendiri pada masa depan yang belum ditetapkan.</li>
<li>14 November
anggota-anggota orang Indonesia di Volksraad mengecam Pemerintah Hindia
Belanda karena lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan orang Eropa.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda membuang Sneevliet.</li>
<li>Douwes Dekker kembali dari pembuangan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1919
<ul>
<li>Mei-Juni Penembakan di Garut; seorang pejabat Belanda di Toli-toli, Sulawesi dibunuh. Belanda menggunakan penembakan ini sebagai alasan untuk menindas Sarekat Islam Seksi B.</li>
<li>Indo-Europees Verbond didirikan untuk memajukan
kepentingan-kepentingan "orang-orang Indo", sementara pada saat yang
sama juga mendukung Belanda.</li>
<li>Haji Misbach mengajarkan "Komunisme Islam" di Surakarta</li>
<li>Desember Sarekat Islam mengklaim mempunyai 2 juta anggota; menyelenggarakan kongres di Yogyakarta.</li>
<li>KLM membuka pelayanan udara jarak jauh dari Amsterdam ke Batavia.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1920
<ul>
<li>27 Mei ISDV mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (belakangan PKI).</li>
<li>PKH menerbitkan tulisan-tulisan Lenin.</li>
<li>Technische Hoogeschool didirikan di Bandung (sekarang ITB: Institut Teknologi Bandung).</li>
<li>Sarekat Ambon didirikan.</li>
<li>Konflik antara kaum Komunis dan Sarekat Islam berkembang.</li>
<li>25 Desember PKH bergabung dengan Komunis Internasional.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1921
<ul>
<li>Juni, Jong Java mengadakan kongres di Bandung; Soekarno berbicara di kongres untuk menganjurkan pembaruan bahasa.</li>
<li>Fock menjadi Gubernur-Jenderal Hindia Belanda hingga 1926.</li>
<li>Timorsch Verbond didirikan.</li>
<li>Agustus, Tjokroaminoto ditangkap.</li>
<li>Oktober, Kongres Nasional ke-6 Sarekat Islam melarang anggota-anggota SI merangkap sebagai anggota partai-partai lain, termasuk PKI.</li>
<li>Banyak cabang Sarekat Islam terpecah menjadi (SI-Merah) yang mengikuti Semaun dan (SI-Putih) yang mengikuti Tjokroaminoto.</li>
<li>Semaun berangkat ke Uni Soviet.</li>
<li>Tan Malaka berusaha memulihkan perpecahan dalam Sarekat Islam.</li>
<li>PKI menolak Tjokroaminoto.</li>
<li>Sukarno muda mulai belajar di Technische Hoogeschool di Bandung.</li>
<li>Soeharto dilahirkan.</li>
<li>Hamengkubuwono VIII menjadi Sultan Yogyakarta.</li>
<li>Desember, Tan Malaka menjadi ketua PKI.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1922
<ul>
<li>Perhimpunan Mahasiswa Indonesia didirikan di Belanda. Anggotanya antara lain Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Sastroamidjojo,
dan banyak lagi lainnya yang kelak memainkan peranan penting dalam
perjuangan kemerdekaan (dan dalam pemerintahan Republik Indonesia pada
tahun 1950-an).</li>
<li>Maret, Tan Malaka dibuang dari Hindia Belanda.</li>
<li>April, Tjokroaminoto dibebaskan dari tahanan sambil menunggu bandingnya.</li>
<li>Ki Hadjar Dewantoro mendirikan Taman Siswa
di Yogyakarta, sebuah sekolah mandiri tanpa dukungan pemerintah untuk
mengembangkan kesenian Jawa maupun pendidikan modern (anti-modernis);
menciptakan istilah "demokrasi terpimpin".</li>
<li>Indische Vereeniging di Belanda mengganti namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Anggotanya antara lain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir; Tan Malaka dan Semaun berbicara dalam pertemuan-pertemuannya.</li>
<li>Semaun kembali dari Belanda.</li>
<li>Marah Roesli menerbitkan novel "Sitti Noerbaja"</li>
<li>Pemogokan berlanjut.</li>
<li>Kongres Al-Islam diadakan di Cirebon; perdebatan hangat pecah antara pandangan-anggota yang "modernis" dan "tradisionalis" tentang Islam.</li>
<li>Pelgrimsordonnantie disetujui; mulailah kontrol pemerintah terhadap perjalanan calon haji.</li>
<li>Fasilitas pelabuhan modern dibuka di Belawan untuk melayani Sumatra utara.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1923
<ul>
<li>Februari, Partai Katolik didirikan.</li>
<li>Pemogokan kereta api oleh VSTP yang dipimpin pihak Komunis, Semaun sebagai pemimpinnya ditangkap dan dibuang; banyak serikat buruh yang kini didominasi Komunis.</li>
<li>Februari, Tjokroaminoto menata kembali Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam
yang baru. Para pendukung komunis meninggalkan organisasi ini, dan
membawa serta banyak anggota bersama mereka; Cabang-cabang SI Merah
menjadi Sarekat Rakyat.</li>
<li>Tan Malaka ditunjuk sebagai agen Komintern untuk Asia Tenggara, dan berbasis di Guangdong, Tiongkok.</li>
<li>12 September Persatuan Islam (atau Persis), sebuah kelompok modernis garis keras, didirikan di Bandung. Mohammad Natsir yang masih muda adalah salah satu anggota pertamanya.</li>
<li>Pasteur Institute dipindahkan dari Batavia ke Bandung.</li>
<li>Wajib militer diberlakukan untuk semua warga negara Belanda di Hindia.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1924
<ul>
<li>Perserikatan Komunis di Hindia mengganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia, memutuskan untuk mengadakan pemberontakan. Musso bergabung dengan PKI.</li>
<li>"Sarekat Hijau" dibentuk oleh Belanda, anggota-anggotanya adalah pejabat-pejabat setempat, kaum kriminal, polisi, dll. yang pro-Belanda.</li>
<li>Dr. Sutomo mendirikan Indonesia Study Club.</li>
<li>Pelayanan pos udara pertama dari Batavia ke Amsterdam. Penerbangan memakan waktu hampir dua bulan.</li>
<li>Biro Malaria Pusat didirikan untuk mengoordinasikan program-program pemberantasan malaria.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1925
<ul>
<li>Konstitusi baru: Dewan Hindia menjadi lembaga penasihat, Volksraad
mendapatkan kekuasaan legislative terbatas. Gubernur Jenderal dan
birokrasi tidak terpengaruh. Orang-orang Tionghoa secara resmi
didefinisikan sebagai "vreemde oosterlingen"</li>
<li>Keanggotaan di Volksraad ditetapkan 60:30; 60 orang Belanda, 25 Indonesia, dan 5 anggota lainnya keturunan Arab atau Tionghoa.</li>
<li>Pemogokan yang dipimpin oleh PKI gagal, Tan Malaka berada di Singapura.</li>
<li>Sukarno mendirikan Generaal Study Club yang pro kemerdekaan di Bandung, menganjurkan kesatuan bangsa.</li>
<li>23 September Jong Islamieten Bond didirikan di Jakarta; anggota-anggotanya antara lain adalah Haji Agus Salim dan Mohammad Natsir.</li>
<li>Tan Malaka mencetus bentuk negara Republik, lewat buku <i>Naar de Republiek Indonesia</i></li>
<li>Sensor film diberlakukan.</li>
<li>Stasiun radio komersial pertama di Batavia.</li>
<li>Desember, para pemimpin PKI mengadakan rapat di Prambanan untuk merencanakan pemberontakan terbuka.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1926
<ul>
<li>Belanda menangkap lebih banyak anggota PKI; Musso pergi ke Singapura. PKI mendapatkan instruksi dari Moskwa untuk memulai sebuah revolusi, lalu membatalkan instruksi ini. Musso merahasiakan instruksi yang kedua (instruksi untuk tidak memberontak).</li>
<li>31 Januari
Komite para ulama Islam berkumpul di Surabaya untuk mengirim sebuah
delegasi ke Arab Saudi untuk memprotes syarat-syarat untuk para jemaah
haji Indonesia. (Komite ini kelak menjadi benih Nahdlatul Ulama.)</li>
<li>Kongres Pemoeda I diadakan di Kota Solo pada tanggal 30 April s/d 2 Mei 1926, dg ketua Mohammad Tabrani (Jong Java)</li>
<li>12 November PKI memberontak di Banten, Batavia, Bandung, Padang. PKI mengumumkan pembentukan sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan oleh Belanda, yang menangkap sekitar 13.000 orang. Tan Malaka menentang pemberontakan.</li>
<li>Sukarno mendapatkan gelar insinyur dalam bidang Arsitektur di Bandung.</li>
<li>Sukarno menerbitkan serangkaian tulisan yang berjudul "Nasionalisme,
Islam dan Marxisme", dan menyerukan kerja sama antara ketiga gerakan
ini.</li>
<li>De Graeff menjadi Gubernur Jenderal hingga 1931.</li>
<li>31 Desember Kyai Haji Hasjim Asjari mendirikan Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi Muslim yang berkarya dalam bidang pendidikan, bantuan amal, dan bantuan ekonomi.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1927
<ul>
<li>Januari, pemberontakan PKI di Silungkang, Sumatera Barat dihancurkan.</li>
<li>Februari, Hatta dan lain-lainnya menghadiri pertemuan anti kolonial di Brussel bersama dengan banyak nasionalis lainnya dari Asia dan Afrika.</li>
<li>4 Juli Sukarno dan dr. Tjipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).</li>
<li>September, Hatta, Ali Sastroamidjojo dan lain-lainnya dalam Perhimpunan Mahasiswa Indonesia ditangkap.</li>
<li>Dr. Tjipto Mangunkusumo ditangkap dan dikirim ke pembuangan di Banda. Ia tinggal di pembuangan selama 11 tahun.</li>
<li>Hindia Belanda membangun kamp penjara Boven Digul di Papua untuk menampung para tahanan politik.</li>
<li>Kampanye anti narkotik: Hindia Belanda melarang penanaman koka dan hemp.</li>
<li>Desember, Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), kelompok yang menaungi organisasi-organisasi nasionalis dibentuk di Bandung.</li>
<li>Jahja Datoek Kajo orang pertama yang berpidato menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1928
<ul>
<li>PNI mengganti namanya menjadi Partai Nasional Indonesia, menerima bendera Merah-Putih, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, "Indonesia Raya" ciptaan W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan.</li>
<li>Maret, Hatta dan pendukung-pendukungnya dibebaskan; pidato-pidato Hatta jelas-jelas anti Belanda.</li>
<li>28 Oktober, Kongres Pemuda II di Batavia menerima "sumpah pemuda": satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Kongres diketuai oleh Sugondo Djojopuspito (PPI)</li>
<li>Muhammad Yamin menulis puisi "Indonesia tumpah darahku".</li>
<li>KNILM didirikan sebagai perusahaan penerbangan resmi Hindia Belanda.</li>
<li>Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) didirikan di Bukittinggi sebagai organisasi pendidikan untuk kaum Muslim Minangkabau yang tradisionalis .</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1929
<ul>
<li>Agustus, Pemerintah Hindia Belanda memperingatkan anggota-anggota PNI agar menghentikan aktivitas-aktivitas mereka.</li>
<li>Orang-orang Indonesia mendapatkan kursi mayoritas di Volksraad, yang tetap merupakan sebuah lembaga penasihat.</li>
<li>Belanda memulihkan para bekas penguasa Bali hingga menjadi penguasa
setempat yang berkuasa di bawah wewenang Belanda, dalam sebuah upacara
yang panjang di Besakih.</li>
<li>29 Desember Soekarno dan pengikut-pengikutnya ditangkap di Yogyakarta. Mereka dipenjarakan di Bandung.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1930
<ul>
<li>Muhammad Husni Thamrin membentuk sebuah fraksi nasionalis di Volksraad; menuntut otonomi.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda memulai produksi pesawat ringat secara terbatas di lapangan terbang Andir di Bandung (model AVRO-AL), dengan menggunakan sebuah rancangan Kanada dan kayu-kayu setempat.</li>
<li>Juni, Pangeran Surjodiningrat mendirikan Pakempalan Kawula Ngayogyakarta sebagai sebuah organisasi kebudayaan untuk penduduk Yogyakarta, yang menjadi sangat popular.</li>
<li>18 Agustus Sukarno diadili di Bandung. Ia menyampaikan pidato-pidato yang membangkitkan semangat di pengadilan.</li>
<li>Jepang mendirikan Borneo Oil Company.</li>
<li>Gunung Merapi meletus dan membunuh 1300 orang.</li>
<li>Jamiyatul Washliyah didirikan dengan partisipasi yang besar dari orang-orang Batak Karo.</li>
<li>22 Desember Sukarno dihukum empat tahun penjara karena kegiatan-kegiatan nasionalisnya.</li>
<li>PNI dibubarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1931
<ul>
<li>Perhimpunan Indonesia dikuasai oleh kaum komunis; Sjahrir dan Hatta dipecat.</li>
<li>25 April PNI memutuskan untuk membuarkan dirinya. Partai Indonesia atau Partindo dibentuk sebagai gantinya empat hari kemudian. Beberapa anggota PNI, termasuk Hatta, kecewa.</li>
<li>Desember, Sjahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia bersama Hatta ("PNI-Baru").</li>
<li>Sukarno dibebaskan oleh de Graeff.</li>
<li>Raja Bone dipulihkan kekuasaannya oleh Belanda untuk memerintah dengan pemerintahan mandiri setempat.</li>
<li>De Jonge menjadi Gubernur Jenderal hingga 1936.</li>
<li>Pemerintah Hindia Belanda memperketat sensor pers.</li>
<li>Ong Hok Liong mendirikan perusahaan rokok Bentoel.</li>
<li>31 Desember Sukarno dibebaskan lebih awal dari penjara di Bandung.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1932
<ul>
<li>Sukarno bergabung dengan Partindo; minat terhadap Partindo meningkat.</li>
<li>Agustus Hatta kembali dari Belanda.</li>
<li>Mohammad Natsir,
24 tahun, bertanggung jawab atas sekolah-sekolah Persatuan Islam yang
baru; ia menulis bahwa Islam harus menjadi dasar dari Indonesia yang
baru.</li>
<li>Belanda menuntut sekolah-sekolah independen untuk meminta izin operasi dari pemerintah; fraksi-fraksi di Volksraad bersatu menentang gagasan ini.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1933
<ul>
<li>5 Februari
Pemberontakan para pelaut Belanda dan Indonesia di atas kapal Belanda
“Zeven Provincien”. Pemberontakan ini disebabkan oleh ketidakpuasan
karena gaji yang rendah, namun Pemerintah Hindia Belanda memandangnya
sebagai suatu pemberontakan politik.</li>
<li>Hindia Belanda menekan sekolah-sekolah independen dan para pemimpin politik di Minangkabau.</li>
<li>Agustus, Sukarno, Hatta, Sjahrir ditangkap. Sukarno dibuang ke Ende di Flores tanpa pengadilan.</li>
<li>Oost-Indische Leger diganti namanya menjadi KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger).</li>
<li>Pertemuan-pertemuan organisasi induk PPPKI dilarang.</li>
<li>Sutan Takdir Alisjahbana menerbitkan majalah Pujangga Baru</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1934
<ul>
<li>Belanda mulai melakukan kebijakan proteksionis untuk menghalangi
produk-produk Jepang yang lebih murah dan melindungi produk-produk
Belanda yang lebih mahal.</li>
<li>Belanda menekan PKN untuk meninggalkan kegiatan politiknya yang terbuka.</li>
<li>Februari, Hatta dan Sjahrir ditangkap dan dikirim ke kamp tahanan Boven Digul di Papua.</li>
<li>Belanda melarang kongres Partindo.</li>
<li>Sayap pemuda Nahdlatul Ulama, Ansor, didirikan.</li>
<li>Tjokroaminoto wafat.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1935
<ul>
<li>Al-Ittihadiah (perhimpunan Islam modernis) didirikan di Medan.</li>
<li>Nahdlatul Wathan, sebuah organisasi untuk pendidikan Islam, didirikan di Lombok.</li>
<li>Nahdlatul Ulama mengeluarkan peraturan bahwa Hindia Belanda adalah
sautu negara di mana Islam dapat dipraktikkan, dan harus dibela melawan
Jepang.</li>
<li>Desember, Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia bergabung untuk membentuk Partai Indonesia Raya
(Parindra). Anggotanya antara lain adalah Thamrin dan dr. Sutomo; juga
terdapat sejumlah anggota yang pro Jepang. Partai yang baru ini
menyerukan kemerdekaan melalui kerja sama dengan Belanda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1936
<ul>
<li>Van Starkenborgh diangkat menjadi Gubernur Jenderal; jabatan ini dipegangnya hingga sekurang-kurangnya tahun 1945.</li>
<li>Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda.</li>
<li>Juli, "Petisi Sutarjo" diterbitkan, menyerukan kemerdekaan untuk Indonesia dalam tempo 10 tahun.</li>
<li>29 September Volksraad memutuskan untuk mendukung petisi untuk otonomi Indonesia di dalam konstitusi Belanda.</li>
<li>Becak menjadi sarana transportasi di Batavia.</li>
<li>November, Partindo dibubarkan.</li>
<li>Para geologiwan Belanda menemukan bukti kekayaan mineral — besi, tembaga, perak, dan emas — di Papua.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1937
<ul>
<li>24 Mei Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan. Anggotanya antara lain meliputi Yamin dan Amir Sjarifuddin. Sebagai sebuah organisasi Gerindo mendukung kemerdekaan, namun cenderung bekerja sama dengan Belanda dalam melawan Jepang.</li>
<li>21 September Majlis Islam A'laa Indonesia
(MIAI) didirikan, sebuah organisasi payung untuk kerja sama antara
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam, dan kelompok-kelompok
Islam lainnya.</li>
<li>17 Desember Kantor Berita Antara didirikan.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1938
<ul>
<li>Sukarno, yang masih berada dalam penahanan Belanda, dipindahkan ke Bengkulu.</li>
<li>Orang-orang luar pertama mencapai Lembah Baliem di Papua.</li>
<li>Belanda mengadakan persidangan Tapanuli untuk mendukung para penguasa Batak setempat.</li>
<li>Hindia Belanda melembagakan "hukum adat" di Minangkabau dan Banjarmasin.</li>
<li>Moskwa menyuruh PKI untuk menghentikan aktivitas-aktivitas anti-Belanda.</li>
<li>Persatuan Arab Indonesia terbentuk dari organisasi-organisasi Muslim Arab yang ada.</li>
<li>16 November Pemerintah Belanda menolak petisi otonomi 1936 untuk Indonesia.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1939
<ul>
<li>Pakubuwono X dari Surakarta wafat, Pakubuwono XI adalah Susuhunan yang baru.</li>
<li>Jepang menduduki Kepulauan Spratly.</li>
<li>Mei, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA didirikan oleh Muhammad Da'ud Beureu'eh untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan anti-Belanda di Aceh.</li>
<li>Gabungan Politik Indonesia
(GAPI), sebuah organisasi payung dari berbagai organisasi nasionalis,
dibentuk. Thamrin adalah salah seorang penganjur utamanya.</li>
<li>Kartosuwirjo dan pengikut-pengikutnya memisahkan diri dari Partai Sarekat Islam, dan membawa serta banyak pendukungnya di Jawa Barat.</li>
<li>Desember GAPI mengorganisasi Kongres Rakyat Indonesia,
sebuah pertemuan representatif yang besar di Batavia, yang mengajukan
tuntutan untuk parlemen yang sepenuhnya terpilih untuk Hindia.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>1940
<ul>
<li>Februari, Belanda kembali menolak otonomi untuk Hindia Belanda.</li>
<li>13 Februari Jepang menolak perjanjian arbitrase dengan Belanda.</li>
<li>18 Maret Hamengkubuwono IX menjadi Sultan Yogyakarta.</li>
<li>Mei, Belanda jatuh ke tangan Jerman, pemerintah Belanda melarikan diri ke London.</li>
<li>28 Juni Jepang mengatakan ingin merundingkan kembali perjanjian dagang dengan Belanda.</li>
<li>Juli Barang ekspor Indonesia ke Jepang dihentikan.</li>
<li>Agustus, Jepang menyatakan bahwa Perancis Indochina dan Hindia Belanda harus disatukan dengan sepenuh hati ke dalam "<i>East Asia Co-Prosperity Sphere</i>".</li>
<li>9 Agustus GAPI menghadirkan petisi yang lain tentang "melengkapi demokratisasi Indonesia".</li>
<li>23 Agustus
Komisi untuk Studi Perubahan Konstitutional dibentuk untuk mempelajari
permintaan GAPI. Thamrin dkk di Volksraad menarik proposal mereka untuk
demokratisasi.</li>
<li>September Tentara Jepang bergerak menuju Perancis Indochina.</li>
<li>12 September Pemerintah Hindia Belanda memulai pembicaraan perdagangan dengan delegasi Jepang di bawah pimpinan Kobayashi. Van Mook tidak mau bekerja sama dengan tuntutan Jepang untuk bahan bakar penerbangan.</li>
<li>26 Oktober Jepang dan Belanda mengeluarkan sebuah deklarasi bersama yang berisi Hindia Belanda tidak akan menjadi bagian dari "<i>Co-Prosperity Sphere</i>".</li>
<li>12 November Kuota atas penjualan minyak ke Jepang dari Hindia Belanda ditetapkan dalam perjanjian</li>
</ul>
</li>
</ul>
<u><b> KOLONISASI JEPANG</b></u><br />
Masa <b>pendudukan Jepang di Indonesia</b> dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.<br />
<br />
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman.<br />
Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris.<br />
Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu.<br />
Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra
menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan
Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret
1942.<br />
<br />
Pada Juli 1942, Soekarno
menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk
pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan
militer Jepang.<br />
Soekarno, Mohammad Hatta,
dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.<br />
Tetapi,
pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut.<br />
Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan,
mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang
lainnya.<br />
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target
sasaran dalam penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan
yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau <i>独立準備調査会</i> <span style="font-weight: normal;">(<span class="t_nihongo_kanji" lang="ja"><i>Dokuritsu junbi chōsa-kai</i></span><span class="t_nihongo_help noprint"><sup><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan:Bahasa_Jepang" title="Bantuan:Bahasa Jepang"><span class="t_nihongo_icon" style="color: #0000ee; font: bold 80% sans-serif; padding: 0 .1em; text-decoration: none;">?</span></a></sup></span>)</span>
dalam bahasa Jepang.<br />
Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan
pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang
bertugas menyiapkan kemerdekaan.<br />
<br />
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro
sebagai Perdana Menteri Jepang.<br />
Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940,
pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara
sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa
Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila
mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara.<br />
Apalagi
setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.<br />
<br />
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang,
mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan
seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi
Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat tempur),
10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan,
4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam
serta 2.274 pesawat tempur.<br />
Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2
kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur,
tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada
Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii.<br />
Sedangkan kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka
miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu
penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa.<br />
<br />
Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri
yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur.<br />
Seluruh
operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo
memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.<br />
<br />
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941,
360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta
sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang.<br />
Pengeboman Pearl Harbor
ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak 6
kapal perang lain.<br />
Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan
180 pesawat tempur Amerika.<br />
Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan
lebih dari 1.140 lainnya luka-luka.<br />
Namun tiga kapal induk Amerika
selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor.<br />
Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.<br />
Perang Pasifik
ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di
Asia Timur, termasuk Indonesia.<br />
Tujuan Jepang menyerang dan menduduki
Hindia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama
minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung
industrinya.<br />
Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh
operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak
utama.<br />
<br />
<b><i><u> Organisasi yang diprakarsai Jepang</u></i></b><br />
<br />
<ul>
<li>Pembela Tanah Air (Peta)</li>
<li><i>Gakukotai (laskar pelajar)</i></li>
<li><i>Heiho</i> (barisan cadangan prajurit)</li>
<li><i>Seinendan</i> (barisan pemuda)</li>
<li><i>Fujinkai</i> (barisan wanita)</li>
<li>Putera (Pusat Tenaga Rakyat)</li>
<li><i>Jawa Hokokai</i></li>
<li><i>Keibodan</i> (barisan pembantu polisi)</li>
<li><i>Jibakutai</i> (pasukan berani mati)</li>
<li><i>Kempetai</i> (barisan polisi rahasia)</li>
</ul>
<u><i><b>Peristiwa Peristiwa Penting Dalam Era Jepang</b></i></u><br />
<u><b> 1941</b></u><br />
<ul>
<li>6 Januari, Belanda menangkap Thamrin, Douwes Dekker dan beberapa tokoh nasionalis lain. Thamrin meninggal di tahanan lima hari kemudian. Douwes Dekker diasingkan ke Suriname.</li>
<li>11 Januari - Tim perundingan Jepang yang baru dan lebih agresif di bawah Yoshizawa tiba di Batavia.</li>
<li>Februari
- Tekanan Jepang yang kian meningkat terhadap pemerintah Hindia Belanda
untuk "bergabung dengan Wilayah Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya"
ditolak Van Mook.</li>
<li>14 Mei
- Jepang mengirimkan sebuah ultimatum kepada pemerintah Hindia Belanda,
menuntut agar pengaruh dan kehadiran Jepang dibiarkan di wilayah ini.</li>
<li>6 Juni
- Perundingan antara Belanda dan Jepang gagal. Pemerintah Hindia
Belanda menjawab bahwa tidak akan ada konsesi yang akan diberikan kepada
Jepang, dan bahwa semua produk strategis (termasuk minyak dan karet)
telah dikontrakkan untuk dikapalkan ke Inggris dan Amerika Serikat.</li>
<li>11 Juli - Volksraad membentuk sebuah milisi Indonesia.</li>
<li>25 Juli - Jepang mengumumkan pembentukan sebuah "protektorat" atas Indochina.</li>
<li>26 Juli - Semua asset Jepang di Hindia Belanda dibekukan.</li>
<li>30 Juli - Pemerintah Belanda di pembuangan menjanjikan untuk mengadakan konferensi tentang Indonesia setelah perang.</li>
<li>30 November - Angkatan Laut Belanda di Hindia mulai dimobilisasi.</li>
<li>5 Desember - Pemerintah Hindia Belanda mengirim permintaan kepada Australia untuk mengirimkan pasukannya ke Ambon dan Timor. Pesawat-pesawat Angkatan Udara Australia dan personilnya tiba pada 7 Desember.</li>
<li>8 Desember - Jepang menyerang Malaya, mendarat di ujung selatan Thailand dan utara Malaya. Jepang mulai menyerang Filipina. Belanda, di antara bangsa-bangsa lainnya, perang terhadap Jepang.</li>
<li>10 Desember
- Kapal-kapal perang Inggris, Prince of Wales dan Repulse
ditenggelamkan dalam perbedaan beberapa jam saja satu sama lain di lepas
pantai Malaya.</li>
<li>16 Desember - Orang-orang Aceh yang anti Belanda mengadakan hubungan dengan pasukan-pasukan Jepang di Malaya.</li>
<li>17 Desember – Pasukan yang dipimpin oleh Australia mendarat di Timor Portugis. Diktator Portugal Salazar memprotes.</li>
<li>17 Desember - Jepang melakukan serangan udara atas Ternate.</li>
<li>Jepang mendarat di Sarawak.</li>
<li>22 Desember – Pasukan invasi utama Jepang mendarat di Filipina.</li>
<li>Hatta menulis sebuah artikel surat kabar yang menyerukan agar bangsa Indonesia melawan Jepang.</li>
<li>24 Desember - Jepang menyerang pasukan-pasukan Inggris di Kuching, Sarawak.</li>
</ul>
<b><u> 1942</u></b><br />
<ul>
<li>2 Januari - Jepang merebut kota Manila.</li>
<li>3 Januari - Jepang merebut Sabah.</li>
<li>6 Januari - Jepang merebut Brunei.</li>
<li>6 Januari – Serangan udara Jepang pertama atas Ambon.</li>
<li>10 Januari - Jepang mulai menginvasi Indonesia di Kalimantan (Tarakan) dan Sulawesi (Manado).</li>
<li>11 Januari - Jepang merebut Tarakan.</li>
<li>12 Januari - Van Mook melakukan perjalanan darurat ke Amerika Serikat, meminta tambahan pasukan, dan agar Hindia Belanda tidak dilupakan dalam pertahanan Sekutu.</li>
<li>13 Januari - Jepang merebut Manado.</li>
<li>15 Januari
- Jen. Wavell dari Inggris mengambil alih komando atas ABDACOM, komando
gabungan Sekutu pertama (Australia, Inggris, Belanda, Amerika) di dalam
perang.</li>
<li>16 Januari – Agen-agen Aceh kembali dari Malaya dengan janji-janji dukungan Jepang dalam melawan Belanda.</li>
<li>23 Januari - Jepang merebut Balikpapan meskipun terdapat serangan balasan dari Belanda dan A.S.</li>
<li>25 Januari - Jepang merebut Kendari di Sulawesi.</li>
<li>30 Januari - Jepang menyerang Ambon. Pasukan-pasukan KNIL
dan Australia menghancurkan pasokan agar tidak jatuh ke tangan Jepang.
Kota Ambon direbut dalam tempo 24 jam. Pertempuran berlanjut hingga 2 Februari.
Sejumlah 90 persen pasukan pertahanan Australia menjadi korban, banyak
di antaranya yang dibantai pada Februari setelah ditawan.
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>1 Februari - Jepang merebut Pontianak.</li>
<li>3 Februari - Jepang mengebom Surabaya, memulai serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Jawa.</li>
<li>4 Februari – Pertempuran Selat Makassar (pertempuran laut antara Kalimantan dan Sulawesi): Angkatan Udara dan Laut Jepang memaksa Sekutu untuk mundur hingga ke Cilacap. Jepang maju hingga ke Sulawesi.</li>
<li>6 Februari - Jepang mulai mengebom Palembang.</li>
<li>8 Februari - Jepang mulai melakukan serangan utama atas Singapura.</li>
<li>9 Februari - Jepang mengebom Batavia, Surabaya dan Malang.</li>
<li>10 Februari - Jepang merebut Makassar.</li>
<li>13 Februari - Jepang mendaratkan pasukan parasut di Palembang, merebut kota dan industri minyaknya yang berharga.</li>
<li>15 Februari - Singapura jatuh; 130.000 pasukan di bawah komando Inggris ditawan sebagai tawanan perang.</li>
<li>18 Februari - Van Mook, di Australia, memohon agar pasukan Sekutu melakukan serangan. Bali diduduki Jepang.</li>
<li>19 Februari – Pertempuran Selat Badung (pertempuran laut antara Bali dan Lombok):
sebuah satuan kecil pasukan Jepang memukul mundur pasukan Belanda dan
Australia. Jepang mendarat di Bali. Serangan udara pertama Jepang atas Darwin, Australia.</li>
<li>20 Februari - Jepang mendarat di Timor dan tanggal 24 Februari tentara Jepang telah menguasai Timor.</li>
<li>23 Februari – Revolusi melawan Belanda dimulai di Aceh dan Sumatera Utara, dengan dukungan Jepang.
<ul>
<li>Belanda memindahkan Soekarno ke Padang; Soekarno lolos dalam kekacauan sementara Belanda melakukan evakuasi.</li>
<li>Belanda mengevakuasi Sjahrir dan Hatta dari Banda lewat udara beberapa menit sebelum Jepang mulai mengebom pulau itu.</li>
<li>Jepang mengklaim Timor; pasukan-pasukan Australia terus melakukan perang gerilya.</li>
</ul>
</li>
<li>27 Februari</li>
</ul>
Pertempuran Laut Jawa: Dalam pertempuran di Laut Jawa
dekat Surabaya yang berlangsung selama tujuh jam, Angkatan Laut Sekutu
dihancurkan, kapal-kapal perusak Amerika lolos ke Australia. Sekutu
kehilangan lima kapal perangnya, sedangkan Jepang hanya menderita
kerusakan pada satu kapal perusaknya (Destroyer). Rear Admiral Karel
Willem Frederik Marie Doorman, Komandan Angkatan Laut Hindia-Belanda,
yang baru dua hari sebelumnya, tanggal 25 Februari 1942 ditunjuk menjadi
Tactical Commander armada tentara Sekutu ABDACOM, tenggelam bersama
kapal perang utamanya (<i>flagship</i>) De Ruyter.<br />
<ul>
<li>28 Februari</li>
</ul>
Tanggal 28 Februari 1942, Tentara Angkatan Darat ke-16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa.<br />
Pertama adalah pasukan Divisi ke-2 mendarat di Merak,Banten, kedua adalah Resimen ke-230 di Eretan Wetan, dekat Indramayu dan yang ketiga adalah Divisi ke-48 beserta Resimen ke-56 di Kragan.<br />
Ketiganya segera menggempur pertahanan tentara Belanda.<br />
Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati (sekarang Lanud Suryadarma),
Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana.<br />
Imamura memberikan
ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara
Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.<br />
<br />
<ul>
<li>1 Maret - Pertempuran Selat Sunda: Pasukan invasi Jepang mendarat di Banten.
<ul>
<li>Pasukan invasi Jepang mendarat di sebelah barat Surabaya.</li>
<li>Serangan udara Jepang atas Medan.</li>
</ul>
</li>
<li>5 Maret - Serangan udara Jepang di Cilacap. Jepang masuk ke Batavia.</li>
<li>7 Maret - Jepang merebut Cilacap.</li>
<li>7 Maret - Rangoon jatuh ke tangan Jepang.</li>
<li>8 Maret - Jepang merebut Surabaya.</li>
<li>9 Maret - Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>11 Maret - Perlawanan Aceh terlibat dalam pertempuran dengan Belanda yang sedang mengundurkan diri.</li>
<li>12 Maret - Jepang mendarat di Sabang. Operasi-operasi di Aceh selesai sekitar 15 Maret.</li>
<li>12 Maret - Jepang tiba di Medan.</li>
<li>18 Maret - Jepang merebut Padang.</li>
<li>28 Maret - Pasukan Belanda terakhir di Sumatra menyerah di Kutatjane, di selatan Aceh.
<ul>
<li>Jepang melarang semua kegiatan politik dan semua organisasi yang ada. Volksraad dihapuskan. Bendera merah-putih dilarang.</li>
<li>Angkatan Darat ke-16 Jepang menguasai Jawa; Angkatan Darat ke-25 di Sumatra (markas besar di Bukittinggi); Angkatan Laut menguasai Indonesia timur (markas besar di Makassar).</li>
</ul>
</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>7 April – Tiga orang pegawai Radio Hindia Belanda dihukum mati karena memainkan lagu kebangsaan Belanda pada 18 Maret, setelah menyerahnya Belanda.</li>
<li>7 April - Jepang merebut Ternate.
<ul>
<li>Jepang mencoba untuk membentuk gerakan Tiga A; memulai kampanye propaganda.</li>
</ul>
</li>
</ul>
<ul>
<li>
<ul>
<li>ABDACOM dibubarkan. Inggris dan Amerika membagi tanggung jawab
perang: Inggris akan mencoba untuk merebut kembali Malaya dan Sumatra
serta Burma. Sisanya di Pasifik dan Indonesia menjadi tanggung jawab AS
(yang bekerja sama dengan Australia).</li>
</ul>
</li>
<li>19 April - Jepang merebut Hollandia (kini Jayapura).</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>9 Mei - Jepang menduduki Lombok.</li>
<li>13 Mei - Jepang menduduki Sumbawa.</li>
<li>16 Mei - Jepang menduduki Sumba.</li>
<li>17 Juni – Pemerintah Belanda di pengungsian di London membentuk dewan konsultatif untuk urusan-urusan Hindia Belanda. </li>
<li>30 Juli - Jepang menduduki Kep. Kai dan Aru, setelah sejumlah perlawanan di Kai.</li>
<li>31 Juli - Jepang merebut Kep. Tanimbar sejumlah perlawanan oleh KNIL dan detasemen-detasemen Australia di Saumlaki.</li>
<li>29 Agustus - Jepang mulai memindahkan sejumlah pasukan dari Sumatra dan Jawa ke Kep. Solomon.</li>
<li>September, orang-orang Muslim Indonesia menolak untuk memberi hormat
kepada Kaisar Jepang di Tokyo. Peristiwa di Sukamanah, Singaparna
Tasikmalaya-Jawa Barat bukti nyata penolakan tersebut. Haji Zaenal
Mustafa mengangkat senjata kepada Jepang walaupun kemudian berhasil
ditumpas dan beliau dihukum mati di Ancol. Sebagai penghormatan, nama
Haji Zaenal Mustafa menjadi nama jalan terpenting di Tasikmalaya.</li>
<li>Oktober, Kemajuan militer Jepang di Pasifik terhenti; para komandan
Jepang disuruh mengembangkan sentimen-sentimen pro-Jepang di
wilayah-wilayah pendudukan.</li>
<li>16 Oktober – Tentara ke-16 Jepang mengirimkan pasukan-pasukan pengawal ke Lombok, Sumba dan Timor.</li>
<li> </li>
<li>November, Pemberontakan di Aceh diredam oleh Jepang.</li>
<li>Jenderal Imamura digantikan oleh Jenderal Harada.</li>
<li>7 Desember - Ratu Wilhelmina dari kerajaan Belanda, di pengasingan berpidato menjanjikan perbaikan hubungan kembali dengan jajahan setelah perang selesai.</li>
<li>27 Desember - Jepang membuka kamp interniran pertama untuk perempuan Belanda di Ambarawa. </li>
</ul>
<b><u>1943 </u></b><br />
<br />
<ul>
<li>Januari, Jepang menangkap Amir Sjarifuddin
untuk mematahkan gerakan perlawanannya. Sjarifuddin dijatuhi hukuman
mati, tetapi Soekarno mengintervensi dan membelanya atas nama pribadi.
Kasus Amir Sjarifuddin ini cukup unik. Ia seorang komunis namun menerima
dana dari pemerintah Belanda untuk mendukung perlawanan terhadap
Jepang.</li>
<li>9 Februari - Jepang mengirim tambahan pasukan ke Tanimbar, Kepulauan Kai dan Irian Barat.</li>
<li>10 Februari - Gerilyawan Australia ditarik dari Timor Portugis setelah setahun berperang di dalam hutan.</li>
<li>9 Maret - Jepang membentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat), sebuah sayap organisasi politik. Soekarno menjadi ketuanya, Hatta dan Ki Hadjar Dewantara salah satu anggotanya.</li>
<li>Jepang membentuk sayap militer lokal, disebut Heiho
untuk menjadi unit reguler Jepang. Tentara Heiho dari Indonesia adalah
kombinasi antara sukarelawan dan milisi. Tentara Jepang membedakan
perlakuan terhadap Heiho dan tentara Jepang.</li>
<li>Juli, Jepang menangkap sekitar 1000 pejuang di Kalimantan Selatan</li>
<li>7 Juli - Perdana Menteri Jepang Tojo menjanjikan pemerintahan otonomi terbatas bagi Indonesia dalam pidatonya di Gambir.</li>
<li>13 Agustus - Amerika melancarkan serangan bom dari Australi terhadap Balikpapan.</li>
<li>Jepang mulai mengambil alih perkebunan gula untuk menguasai produksi gula. Para manajer Eropa dikirim kamp interniran.
Di sekitar waktu ini, banyak Gereja Kristen Protestan didirikan oleh
orang Indonesia setelah pendeta dan misionaris Belanda dikirim ke kamp
interniran Jepang.</li>
<li>September, pemberontakan melawan Jepang berhasil ditumpas di Kalimantan Selatan dan Barat.</li>
<li>8 September - Perintah dari Markas Besar Militer Jepang di Saigon untuk membentuk "Giyugun"
(angkatan bersenjata lokal) di sepanjang Asia Tenggara. Pada akhir
peperangan, sekitar dua juta orang Indonesia telah direkrut untuk
menjadi Giyugun atau menjadi Heiho. Jepang merasa perlu merekrut orang
lokal untuk pertahanan, karena tentara Jepang terus ditarik untuk perang
dengan Sekutu di Pasifik.</li>
<li>3 Oktober - Jepang membentuk Giyugun di Sumatra dan Jawa. Pasukan di Jawa disebut PETA (Pembela Tanah Air). Banyak tokoh yang tergabung dalam PETA, termasuk Soedirman dan Soeharto.
Aktivis kemerdekaan menganggap pelatihan militer tidak begitu mendukung
kekuatan Jepang dibanding persiapan untuk kemungkinan kemerdekaan. Pada
pertengahan 1945, ada 120.000 pejuang tergabung dalam PETA. Kelompok
ini yang kemudian akan membentuk inti Angkatan Bersenjata Indonesia.</li>
<li>24 Oktober, payung organisasi MIAI berganti nama menjadi Masyumi (Majelis Syurah Muslimin Indonesia).</li>
<li>Jepang mulai melancarkan kerja paksa terhadap penduduk desa (romusha), ribuan orang mati dan hilang. Jepang mulai menjarah beras.</li>
<li>Brigade Angkatan Laut Belanda di pengasingan mulai pelatihan pada Camp Lejeune, North Carolina, dengan tujuan akhir merebut kembali Hindia Belanda.</li>
<li>3 November - Hatta berpidato menghimbau orang Indonesia untuk bergabung dengan PETA.</li>
<li>10 November - Soekarno, Hatta, dan Kyai Bagus Hadikusumo berangkat ke Tokyo untuk bertemu dengan Kaisar Jepang. Ini adalah pertama kali Soekarno bepergian ke luar negeri.</li>
<li>Desember, Barisan Hizbullah dibentuk oleh Jepang, sebuah angkatan perang pemuda Muslim yang berhubungan dengan Masyumi. </li>
</ul>
<u><b>1944</b></u><br />
<ul>
<li>Januari, Putera digantikan oleh Jawa Hokokai. Soekarno menjadi pemimpinnya.</li>
<li>19 April - Sekutu menjatuhkan bom di Sabang, Aceh.</li>
<li>22 April - Sekutu menguasai Hollandia (sekarang Jayapura).</li>
<li>9 Mei - Komandan Jepang memutuskan meninggalkan Irian Barat.</li>
<li>17 Mei - Serangan udara Sekutu di Surabaya.</li>
<li>21 Mei - Tentara Amerika mendarat di Biak.</li>
<li>4 Juni - Jepang melancarkan serangan balik ke Biak.</li>
<li>Agustus, Barisan Pelopor yang dibentuk oleh sayap pemuda Jawa Hokokai (setelah kemerdekaan berganti nama menjadi Barisan Benteng).</li>
<li>11 Agustus - Serangan udara Sekutu di Palembang.</li>
<li>28 Agustus - Ambon luluh lantak akibat serangan udara Sekutu.</li>
<li>8 September - Jenderal Koiso menjanjikan Indonesia akan merdeka dalam waktu yang tidak lama lagi.</li>
<li>8 September - tentara Amerika berhasil mengusir Jepang dari Biak.</li>
<li>15 September - Sekutu mendarat di Morotai. Otoritas Jepang mulai mengorganisir dewan regional (dengan kekuasaan sebagai penasehat saja).</li>
<li>Oktober, tentara Australia mulai melancarkan serangan bom ke Balikpapan. Jepang mengorganisir sebuah Dewan Penasehat Pusat, serupa dengan Volksraad, namun tanpa kekuasaan legislatif.</li>
<li>November, Gubernur Militer Kumashaki Harada digantikan oleh Shigeichi Yamamoto. Pakubuwono XII menjadi Susuhunan Surakarta.</li>
</ul>
<u><b>1945</b></u><br />
<ul>
<li>14 Februari - tentara Peta di Blitar menyerang gudang senjata Jepang.</li>
<li>1 Maret - Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), sebuah komite untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia,
diumumkan pembentukannya oleh Jepang. Anggota-anggotanya antara lain
Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim, dan lain-lain. Pemimpinnya adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat.</li>
<li>April, Laksamana Maeda, pimpinan intelijen Angkatan Laut di Indonesia, mendukung perjalanan pidato keliling Soekarno dan Hatta ke Makassar.</li>
<li>30 April - Tentara Australia dan Belanda mendarat di Tarakan.</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>3 Mei - Gerilyawan Aceh menyerang pos Jepang di Pandrah, berhasil membunuh seluruh tentara Jepang.</li>
<li>29 Mei - Diselenggarakan sidang pertama BPUPKI yang berlangsung sampai 1 Juni. Soepomo berpidato tentang integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan. Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Timor Portugis,
dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang. Yamin juga
menyarankan bahwa Indonesia baru harus mengabaikan hukum internasional
dan mendeklarasikan semua area samudra antara pulau-pulau sebagai
perairan teritorial. Kontroversi terus berlanjut di antara peserta
sidang BPUPKI mengenai aturan Islam dalam Indonesia yang baru.</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>Maeda mendukung perjalanan Soekarno dan Hatta ke Bali dan Banjarmasin untuk berpidato.</li>
<li>1 Juni - Soekarno menjelaskan tentang doktrin "Pancasila" di depan BPUPKI.</li>
<li>10 Juni - Tentara Australia mendarat di Brunei, tentara Belanda mendarat di Sumatera Utara.</li>
<li>22 Juni
- Sebuah komisi khusus dipimpin Soekarno dibentuk untuk memecahkan
perselisihan atas peran Islam dalam Republik yang baru, dan setuju
dengan menghadiahkan bahasa kompromi, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta. Bahasa kompromi ini menyebutkan bahwa hanya yang beragama Islam yang diwajibkan untuk mengikuti Hukum Islam.</li>
<li>24 Juni - Tentara Sekutu mendarat di Halmahera.</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>Militer Jepang mengadakan pertemuan di Singapura. Merencanakan
pengalihan kekuasaan Indonesia kepada pimpinan pejuang kemerdekaan
Indonesia.</li>
<li>1 Juli - Tentara Australia menguasai Balikpapan, pesawat Amerika menjatuhkan bom di Watampone.</li>
<li>8 Juli
- Sekolah Tinggi Islam didirikan di Jakarta (sekarang menjadi
Universitas Islam Indonesia (UII)) yang berpusat di Yogyakarta seiring
perpindahan ibukota Indonesia ke Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda
ke-II)</li>
<li>10 Juli-17 Juli
- Diselenggarakan sidang kedua BPUPKI untuk membicarakan rancangan
undang-undang dasar untuk Indonesia. Hatta melakukan kritik terhadap
pernyataan Yamin, dan menyarankan Irian Barat sebaiknya tidak dimasukkan
ke dalam Indonesia. Soekarno mendukung Yamin. Haji Agus Salim
menyarankan agar rakyat yang berada di bawah bekas kekuasaan Inggris dan
Portugis dapat memilih apakan akan bergabung dengan Indonesia atau
tidak. Mayoritas anggota memilih bahwa Indonesia harus memasukkan Malaya, Sarawak, Sabah dan Timor Portugis, seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.</li>
<li>11 Juli - Amerika melancarkan serangan udara di Sabang.</li>
</ul>
<br />
<ul>
<li>Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat.
Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.</li>
<li>7 Agustus - BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).</li>
<li>Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.</li>
<li>Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio pada tanggal 10 Agustus 1945,
bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta
dan Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan.
Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah
yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia
belum siap.</li>
<li>15 Agustus - Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Belanda.</li>
<li>Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah
dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.</li>
</ul>
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal <a href="http://www.blogger.com/null" title="Moichiro Yamamoto">Moichiro Yamamoto</a> dan bermalam di kediaman Laksamana Muda <a href="http://www.blogger.com/null" title="Maeda Tadashi">Maeda Tadashi</a>.
Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa
ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<ul>
<li>Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="PPKI">PPKI</a> lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Proklamasi">Proklamasi</a> yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="17 Agustus">17 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a>.</li>
</ul>
Tentara <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="PETA">Pembela Tanah Air</a>,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di
kediaman Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang
pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan
singkat pengumuman Proklamasi ke luar negeri.<br />
<br />
<u><b>PROKLAMASI KEMERDEKAAN</b></u><br />
<b>Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia</b> pada hari <a href="http://www.blogger.com/null" title="Jumat">Jumat</a>, tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="17 Agustus">17 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="Masehi">tahun Masehi</a>, atau tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="17 Agustus">17 Agustus</a> 2605 menurut <a href="http://www.blogger.com/null" title="Kalender Jepang">tahun Jepang</a>, yang dibacakan oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Soekarno">Ir. Soekarno</a> dengan didampingi oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Mohammad Hatta">Drs. Mohammad Hatta</a> bertempat di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Jalan Pegangsaan Timur No. 56">Jalan Pegangsaan Timur 56</a> – <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Jakarta Pusat">Jakarta Pusat</a>.<br />
<br />
Pada tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="6 Agustus">6 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a> sebuah <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Bom atom">bom atom</a> dijatuhkan di atas kota <a href="http://www.blogger.com/null" title="Hiroshima, Hiroshima">Hiroshima</a> Jepang oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Amerika Serikat">Amerika Serikat</a>
yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.<br />
Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="BPUPKI">BPUPKI</a>, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (<a href="http://www.blogger.com/null" title="Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia">Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia</a>) atau disebut juga <i>Dokuritsu Junbi Inkai</i> dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.<br />
Pada tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="9 Agustus">9 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a>, bom atom kedua dijatuhkan di atas <a href="http://www.blogger.com/null" title="Nagasaki">Nagasaki</a>
sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan
sekutunya.<br />
Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 302px;">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg"><img alt="Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg" class="thumbimage" height="196" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/90/Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg/300px-Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg" width="300" /></a>
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indonesian_flag_raised_17_August_1945.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf11/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>
</div>
</div>
</div>
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Radjiman Wedyodiningrat">Radjiman Wedyodiningrat</a> sebagai mantan ketua <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="BPUPKI">BPUPKI</a> diterbangkan ke <a href="http://www.blogger.com/null" title="Dalat">Dalat</a>, 250 km di sebelah timur laut <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Saigon">Saigon</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Vietnam">Vietnam</a> untuk bertemu <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Marsekal Terauchi">Marsekal Terauchi</a>.<br />
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.<br />
Sementara itu di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Indonesia">Indonesia</a>, pada tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="10 Agustus">10 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sutan Syahrir">Sutan Syahrir</a>
telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu.<br />
Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai
hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="12 Agustus">12 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Jepang">Jepang</a> melalui <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Marsekal Terauchi">Marsekal Terauchi</a> di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Dalat">Dalat</a>,
Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
tergantung cara kerja PPKI.<br />
Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sutan Syahrir">Sutan Syahrir</a>
mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi
menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
Jepang.<br />
Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di
Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah
yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia
belum siap.<br />
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak <a href="http://www.blogger.com/null" title="Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia">Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia</a>
(PPKI).<br />
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan
Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah'
dari Jepang (sic).<br />
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 302px;">
<img alt="Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg" class="thumbimage" height="210" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b7/Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jpg/300px-Indonesia_flag_raising_witnesses_17_August_1945.jpg" width="300" />
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf11/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></div>
</div>
</div>
</div>
Pada tanggal <a href="http://www.blogger.com/null" title="14 Agustus">14 Agustus</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="1945">1945</a> Jepang menyerah kepada <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sekutu">Sekutu</a>.<br />
Tentara dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Angkatan Laut Jepang">Angkatan Laut Jepang</a>
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu.<br />
Sutan Sjahrir,
Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio <a href="http://www.blogger.com/null" title="BBC">BBC</a>.<br />
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan
muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.<br />
Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak
menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.<br />
Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.<br />
Golongan muda tidak
menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk
oleh Jepang.<br />
Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita
sendiri, bukan pemberian Jepang.<br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (<i>Gunsei</i>) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di <i>Koningsplein</i> (Medan Merdeka).<br />
Tapi kantor tersebut kosong.<br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor <i>Bukanfu</i>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Maeda Tadashi">Laksamana Muda Maeda</a>,
di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1).<br />
Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan
mereka di Dalat.<br />
Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta
masih menunggu instruksi dari Tokyo.<br />
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan
Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di
kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan.<br />
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak
dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.<br />
Peserta rapat tidak
tahu telah terjadi <a href="http://www.blogger.com/null" title="Peristiwa Rengasdengklok">peristiwa Rengasdengklok</a>.<br />
<b><u><i><br /></i></u></b>
<b><u><i>Detik Detik Pembacaan Naskah Proklamasi</i></u></b><br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00
dini hari.<br />
Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi
Maeda Jln Imam Bonjol No 1.<br />
Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo.<br />
Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri.<br />
Di ruang depan, hadir B.M
Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro.<br />
Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia.<br />
Teks Proklamasi Indonesia itu diketik
oleh Sayuti Melik.<br />
Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Jalan Pegangsaan Timur 56">Jalan Pegangsaan Timur 56</a> telah hadir antara lain <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Soewirjo (halaman belum tersedia)">Soewirjo</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Wilopo">Wilopo</a>, <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Gafar Pringgodigdo">Gafar Pringgodigdo</a>, <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Tabrani (halaman belum tersedia)">Tabrani</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="SK Trimurti">Trimurti</a>.<br />
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh
Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.<br />
Kemudian bendera Merah
Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul
dengan sambutan oleh <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Soewirjo (halaman belum tersedia)">Soewirjo</a>, wakil walikota Jakarta saat itu dan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Dr. Moewardi">Moewardi</a>, pimpinan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Barisan Pelopor">Barisan Pelopor</a>.<br />
<br />
Pada awalnya <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="SK Trimurti">Trimurti</a>
diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan
pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit.<br />
Oleh sebab
itu ditunjuklah <a href="http://www.blogger.com/null" title="Latief Hendraningrat">Latief Hendraningrat</a>, seorang prajurit <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="PETA">PETA</a>, dibantu oleh <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Soehoed (halaman belum tersedia)">Soehoed</a> untuk tugas tersebut.<br />
Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (<a href="http://www.blogger.com/null" title="Sang Saka Merah Putih">Sang Saka Merah Putih</a>), yang dijahit oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Fatmawati">Fatmawati</a> beberapa hari sebelumnya.<br />
Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu <a href="http://www.blogger.com/null" title="Indonesia Raya">Indonesia Raya</a>..<br />
Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota <a href="http://www.blogger.com/null" title="Barisan Pelopor">Barisan Pelopor</a>
yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak
mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan.<br />
Mereka
menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak.<br />
Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang
Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya
dikenal sebagai <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="UUD 45">UUD 45</a>.<br />
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia
yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan
dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto
Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia yang pertama.<br />
Presiden dan wakil presiden
akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
<u><b>TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA</b></u> <br />
<b><i><u> Naskah Proklamasi Klad</u></i></b><br />
Teks naskah <i>Proklamasi Klad</i> adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh <b><a href="http://www.blogger.com/null" title="Soekarno">Ir. Soekarno</a></b> sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh <i><a href="http://www.blogger.com/null" title="Mohammad Hatta">Drs. Mohammad Hatta</a></i> dan <i><a href="http://www.blogger.com/null" title="Achmad Soebardjo">Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo</a></i>, yang isinya adalah sebagai berikut :<br />
<br />
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd><i><b><u>Proklamasi</u></b></i>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
<dl><dd><i><b>Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.</b></i></dd><dd><i><b>Hal<sup>2</sup> jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan</b></i></dd><dd><i><b>dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.</b></i></dd></dl>
<dl style="text-align: right;"><dd><i><b>Djakarta, 17 - 8 - '05</b></i></dd><dd><i><b>Wakil<sup>2</sup> bangsa Indonesia.</b></i></dd></dl>
<b><i><u> Naskah Proklamasi Baru setelah Perubahan</u></i></b><br />
Teks naskah <i>Proklamasi</i> yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "<i>Proklamasi Otentik</i>", adalah merupakan hasil ketikan oleh <b>Mohamad Ibnu Sayuti Melik</b> (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan <i>Proklamasi</i>), yang isinya adalah sebagai berikut :<br />
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd><i><b><u>P R O K L A M A S I</u></b></i>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
<dl><dd><i><b>Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.</b></i></dd><dd><i><b>Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan</b></i></dd><dd><i><b>dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.</b></i></dd></dl>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd>
<dl><dd><i><b>Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05</b></i></dd><dd><i><b>Atas nama bangsa Indonesia.</b></i></dd><dd><i><b>Soekarno/Hatta.</b></i></dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
</dd></dl>
(<b><u>Keterangan:</u></b> Tahun pada kedua teks naskah <i>Proklamasi</i> di atas (baik pada teks naskah <i>Proklamasi Klad</i> maupun pada teks naskah <i>Proklamasi Otentik</i>) tertulis angka "<i><b>tahun 05</b></i>" yang merupakan kependekan dari angka "<i><b>tahun 2605</b></i>", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang saat itu adalah sesuai dengan <b>tahun penanggalan yang berlaku di Jepang</b>, yang kala itu adalah "<b>tahun 2605</b>".)<br />
<br />
<u><i><b> Perbedaan Teks Proklamasi Klad dan perubahan</b></i></u><br />
Di dalam teks naskah <i>Proklamasi Otentik</i> sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :<br />
<ul>
<li>Kata "<i>Proklamasi</i>" diubah menjadi "<i>P R O K L A M A S I</i>",</li>
<li>Kata "<i>Hal<sup>2</sup></i>" diubah menjadi "<i>Hal-hal</i>",</li>
<li>Kata "<i>tempoh</i>" diubah menjadi "<i>tempo</i>",</li>
<li>Kata "<i>Djakarta, 17 - 8 - '05</i>" diubah menjadi "<i>Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05</i>",</li>
<li>Kata "<i>Wakil<sup>2</sup> bangsa Indonesia</i>" diubah menjadi "<i>Atas nama bangsa Indonesia</i>",</li>
<li>Isi naskah <i>Proklamasi Klad</i> adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Mohammad Hatta">Drs. Mohammad Hatta</a> dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Achmad Soebardjo">Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo</a>. Sedangkan isi naskah <i>Proklamasi Otentik</i> adalah merupakan hasil ketikan oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sayuti Melik">Mohamad Ibnu Sayuti Melik</a> (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan <i>Proklamasi</i>),</li>
<li>Pada naskah <i>Proklamasi Klad</i> memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah <i>Proklamasi Otentik</i> sudah ditandatangani oleh <a href="http://www.blogger.com/null" title="Soekarno">Ir. Soekarno</a> dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Mohammad Hatta">Drs. Mohammad Hatta</a>.</li>
</ul>
<span style="font-size: large;"><b><u>DAFTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA</u></b></span><br />
1. SOEKARNO<br />
Tahun Jabatan : 18 Agustus 1945 - 22 Februari 1967<br />
Pada Rentang 27 Desember 1948 - 15 Agustus 1949, ASAAT Menjadi Pemangku Sementara Jabatan Presiden.<br />
2. SOEHARTO<br />
Tahun Jabatan : 22 Februari 1967 - 21 Mei 1998<br />
3. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE<br />
Tahun Jabatan : 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999<br />
4. ABDURRAHMAN WAHID<br />
Tahun Jabatan : 20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001<br />
5. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI<br />
Tahun Jabatan : 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004<br />
6. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO<br />
Tahun jabatan : 20 Oktober 2004 - 2014<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b><u>DAFTAR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA</u></b></span><br />
1. MOHAMMAD HATTA<br />
Tahun jabatan : 18 Agustus 1945 - 1 Desember 1956<br />
2. HAMENGKUBUWANA IX<br />
Tahun Jabatan : 24 Maret 1973 - 23 Maret 1978<br />
3. ADAM MALIK<br />
Tahun Jabatan : 23 Maret 1978 - 11 Maret 1983<br />
4. UMAR WIRAHADIKUSUMAH<br />
Tahun Jabatan : 11 Maret 1983 - 11 Maret 1988<br />
5. SOEDHARMONO<br />
Tahun Jabatan : 11 Maret 1988 - 11 Maret 1993<br />
6. TRY SUTRISNO<br />
Tahun Jabatan : 11 Maret 1993 - 11 Maret 1998<br />
7. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE<br />
Tahun Jabatan : 11 Maret 1998 - 21 Mei 1998<br />
8. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI<br />
Tahun Jabatan : 20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001<br />
9. HAMZAH HAZ<br />
Tahun Jabatan : 26 Juli 2001 - 20 Oktober 2004<br />
10. MUHAMMAD JUSUF KALLA<br />
Tahun Jabatan : 20 Oktober 2004 - 20 Oktober 2009<br />
11. BOEDIONO<br />
Tahun Jabatan : 20 Oktober 2009 - sekarang<br />
<br />
Demikian Secara Singkat dan Lengkap kami Jabarkan ASAL USUL NEGARA INDONESIA<br />
Diambil dari Wikipedia Indonesia<br />
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-62943956888173537492013-07-28T14:26:00.000+07:002013-07-31T21:33:23.577+07:00Asal Usul Sejarah LAgu Kebangsaan BELANDA (WILLEM VAN NASSOV)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNt1xdKgrHWHEVXAGhBOSzQyvIV79fhwM73Idr8vsdRN0Zk-G63IL7CRRfDRx145D9s3BPlbrLAbt0g6DANA8I6HI7JjCZ3aAZrWIIFOKzAIa2GQv4BUEF2RKbTI-Ad_y-3lUXI5dq8s4/s1600/Handschrift_Brussel_p-37-38.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNt1xdKgrHWHEVXAGhBOSzQyvIV79fhwM73Idr8vsdRN0Zk-G63IL7CRRfDRx145D9s3BPlbrLAbt0g6DANA8I6HI7JjCZ3aAZrWIIFOKzAIa2GQv4BUEF2RKbTI-Ad_y-3lUXI5dq8s4/s320/Handschrift_Brussel_p-37-38.jpg" width="320" /></a></div>
<b>Wilhelmus</b> <span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: medium;"><b>van Nassouwe</b></span> adalah Lagu Kebangsaan Belanda<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda"></a>.<br />
Lagu ini terdiri dari 15 bait<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bait" title="Bait"></a> yang sama-sama membuat sebuah akrostikhon<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akrostikhon&action=edit&redlink=1" title="Akrostikhon (halaman belum tersedia)"></a>: pada varian yang lama, huruf-huruf pertama dari ke 15 bait semuanya membentuk nama <i>Willem van Nassov</i>.<br />
<br />
Biasanya hanya bait pertama dan keenam, atau bait pertama saja yang dinyanyikan.<br />
<br />
Wilhelmus menjadi lagu kebangsaan Belanda sejak tanggal 10 Mei<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mei" title="Mei"></a>
1932.<br />
Meskipun tidak secara resmi diakui sebagai lagu kebangsaan
Belanda sampai tahun 1932,<br />
Wilhelmus adalah lagu yang tertua di dunia.<br />
<br />
Lagu ini pertama kali ditulis pada tahun 1574, membuatnya sudah berusia lebih dari 437 tahun.<br />
Dulu di Hindia-Belanda (Indonesia) pernah ada pula terjemahan (resmi) dalam Bahasa Melayu yang suka dinyanyikan.<br />
<br />
<b><u>LAGU TERTUA DI DUNIA</u></b> <br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Ada beberapa kebingungan</span> <span class="hps">internasional mengenai</span> <span class="hps">lagu kebangsaan</span> <span class="hps">tertua di dunia</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Lagu kebangsaan</span> <span class="hps">Jepang</span><span>,</span> <span class="hps">Kimigayo</span><span>,</span> <span class="hps">memiliki</span> <span class="hps">tertua</span> <span class="hps atn">(</span><span class="">abad 9</span><span>)</span> <span class="hps">lirik,</span> <span class="hps">tapi</span> <span class="hps">melodi</span> <span class="hps">hanya ditambahkan</span> <span class="hps">pada akhir abad</span> <span class="hps">ke-19</span><span>,</span> <span class="hps">membuatnya menjadi</span> <span class="hps">puisi</span> <span class="hps">daripada</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">untuk sebagian besar</span> <span class="hps">masa pakainya</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Meskipun</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">tidak secara resmi</span> <span class="hps">diakui sebagai</span> <span class="hps">lagu kebangsaan</span> <span class="hps">Belanda sampai</span> <span class="hps">1932, ia</span> <span class="hps">adalah yang tertua di</span> <span class="hps">dunia</span><span>.</span> </span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">lagu</span> <span class="hps">ini pertama kali</span> <span class="hps">ditulis</span> <span class="hps">pada 1574</span><span class=""></span> <span class="hps">sehingga</span> <span class="hps">berusia lebih</span> <span class="hps">438</span> <span class="hps">tahun</span><span class="">.</span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span style="font-size: large;"><b><u>ASAL USUL SEJARAH LAGU KEBANGSAAN BELANDA WILHELMUS </u></b></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""> </span></span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Meskipun hanya</span> <span class="hps">memproklamasikan</span> <span class="hps">lagu kebangsaan</span> <span class="hps">pada tahun 1932,</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">sudah</span> <span class="hps">memiliki</span> <span class="hps">riwayat</span> <span class="hps">berusia berabad-abad</span><span>.</span> </span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Itu telah</span> <span class="hps">dinyanyikan</span> <span class="hps">di berbagai kesempatan</span> <span class="hps">resmi</span> <span class="hps">dan pada</span> <span class="hps">banyak peristiwa penting</span> <span class="hps">sejak</span> <span class="hps">1568,</span> <span class="hps">seperti</span> <span class="hps">pengepungan</span> <span class="hps">Haarlem</span> <span class="hps">pada tahun 1573</span> <span class="hps">dan masuknya</span> <span class="hps">seremonial</span> <span class="hps">Pangeran Oranye</span> <span class="hps">ke</span> <span class="hps">Brussels pada</span> <span class="hps">18 September 1578</span><span>.</span><br /><br /><span class="hps">Selama</span> <span class="hps">Golden Age</span> <span class="hps">Belanda</span><span>,</span> <span class="hps">hal itu dipahami</span> <span class="hps">pada dasarnya</span> <span class="hps">sebagai lagu</span> <span class="hps">House of</span> <span class="hps atn">Orange-</span><span>Nassau</span> <span class="hps">dan pendukungnya</span> <span class="hps">-</span> <span class="hps">yang berarti</span><span>,</span> <span class="hps">dalam politik</span> <span class="hps">dari waktu</span><span>,</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">faksi</span> <span class="hps">politik</span> <span class="hps">tertentu</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">terlibat dalam</span> <span class="hps">perjuangan panjang</span> <span class="hps">dengan</span> <span class="hps">lawan</span> <span class="hps">faksi</span> <span class="hps atn">(</span><span class="">yang kadang-kadang</span> <span class="hps">menjadi</span> <span class="hps">kekerasan</span> <span class="hps">pura,</span> <span class="hps">perang saudara</span><span>)</span><span>.</span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span> </span> <span class="hps">Oleh karena itu</span><span>,</span> <span class="hps">nasib</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">sejajar</span> <span class="hps">orang</span> <span class="hps">dari faksi</span> <span class="hps">Orangist</span><span>.</span><br /><br /><span class="hps">Memainkan trompet</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">ketika</span> <span class="hps">Pangeran</span> <span class="hps">Maurits</span> <span class="hps">mengunjungi</span> <span class="hps">Breda</span><span>,</span> <span class="hps">dan lagi ketika</span> <span class="hps">ia</span> <span class="hps">diterima</span> <span class="hps">di negara bagian</span> <span class="hps">di Amsterdam</span> <span class="hps">Mei 1618</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Ketika</span> <span class="hps">William</span> <span class="hps">V</span> <span class="hps">tiba</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">Schoonhoven</span> <span class="hps">pada tahun 1787</span><span>,</span> <span class="hps">setelah</span> <span class="hps">otoritas</span> <span class="hps">stadholders</span> <span class="hps">telah dipulihkan</span><span>,</span> <span class="hps">lonceng gereja</span> <span class="hps">dikatakan telah</span> <span class="hps">memainkan</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">terus menerus</span><span class="">.</span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Setelah</span> <span class="hps">Revolusi</span> <span class="hps">Batavia</span><span>,</span> <span class="hps">terinspirasi oleh</span> <span class="hps">revolusi Perancis</span><span>,</span> <span class="hps">itu telah datang</span> <span class="hps">untuk disebut</span> <span class="hps atn">"</span><span>Princes</span> March<span class="hps"></span><span>"</span> <span class="hps">seperti yang</span> <span class="hps">dilarang</span> <span class="hps">selama pemerintahan</span> <span class="hps">Patriots</span><span>,</span> <span class="hps">yang tidak</span> <span class="hps">mendukung</span> <span class="hps">House of</span> <span class="hps atn">Orange-</span><span>Nassau</span><span>.</span><br /><br /><span class="hps">Namun</span><span class="">, pada</span> <span class="hps">dasar dari</span> <span class="hps">Kerajaan Belanda</span> <span class="hps">pada tahun 1813</span><span>,</span> <span class="hps">para</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">telah jatuh</span> <span class="hps">dari nikmat</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Setelah menjadi</span> <span class="hps">raja</span> <span class="hps">dengan klaim</span> <span class="hps">untuk mewakili</span> <span class="hps">seluruh bangsa</span> <span class="hps">dan berdiri</span> <span class="hps">di atas</span> <span class="hps">faksi</span><span>,</span> <span class="hps">House of Orange</span> <span class="hps">memutuskan untuk berpisah dengan</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">menjabat</span> <span class="hps">sebagai</span> <span class="hps">kepala</span> <span class="hps">fraksi,</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">itu</span> <span class="hps">maka</span> <span class="hps">digantikan oleh</span> <span class="hps">Hendrik</span> <span class="hps">Tollens</span> <span class="hps atn">'</span><span>lagu</span> <span class="hps">Wien Neêrlands bloed door d'aderen vloeit</span><span>,</span> <span class="hps">yang merupakan</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">resmi Belanda</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">1815</span> <span class="hps">sampai</span> <span class="hps">1932</span><span>.</span><br /><br /><span class="hps">Namun,</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">tetap populer</span> <span class="hps">dan kehilangan</span> <span class="hps">identitas</span> <span class="hps">sebagai</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">faksi</span><span>,</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">pada tanggal 10 Mei</span> <span class="hps">tahun 1932,</span> <span class="hps">telah ditetapkan</span> <span class="hps">bahwa</span> <span class="hps">pada semua</span> <span class="hps">acara-acara resmi</span> <span class="hps">yang membutuhkan</span> <span class="hps">kinerja</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">nasional,</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">itu harus</span> <span class="hps">dimainkan</span> <span class="hps">-</span> <span class="hps">sehingga menggantikan</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">Tollens</span> <span class="hps atn">'</span><span>.</span></span></span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><u><b>MELODI ASLI LAGU KEBANGSAAN BELANDA</b></u> </span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Melodi</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">berasal</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">tentara</span> <span class="hps">Katolik Perancis</span> <span class="hps atn">'</span><span>berjudul</span> <span class="hps atn"> </span></span></span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps atn">"</span><span>Autre</span> <span class="hps">chanson</span> <span class="hps">de</span> <span class="hps">la ville</span> <span class="hps">de</span> <span class="hps">Chartres</span> <span class="hps">assiégée</span> <span class="hps">par le</span> <span class="hps">prince</span> <span class="hps">de</span> <span class="hps">Condé</span><span>"</span></span></span></span></span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span> </span><span class="hps">Lagu ini</span> <span class="hps">tanggal</span> <span class="hps">ke pengepungan</span> <span class="hps">Protestan</span> <span class="hps">Chartres</span> <span class="hps">tahun 1568</span> <span class="hps">selama</span> <span class="hps">Perang Agama Perancis</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span></span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Seperti yang umum pada</span> <span class="hps">saat itu</span><span>,</span> <span class="hps">lagu itu</span> <span class="hps">diadopsi dan diadaptasi</span> <span class="hps">oleh</span> <span class="hps">Protestan</span> <span class="hps">mengepung</span> <span class="hps">dan menyebar</span> <span class="hps">dari sana ke</span> <span class="hps">Low Countries</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span></span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Melodi</span> <span class="hps">ini</span> <span class="hps">pertama kali ditulis</span> <span class="hps">pada 1574</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span></span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Komposer Belanda</span><span class="hps"></span> <span class="hps">Adriaen</span> <span class="hps">Valerius</span> <span class="hps">mencatat</span> <span class="hps">melodi</span> <span class="hps">saat ini</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">dalam bukunya</span> <span class="hps atn">"</span><span>Nederlantsche</span> <span class="hps">Gedenck</span><span class="atn">-</span><span class="">clanck</span><span>"</span> <span class="hps">pada tahun 1626</span><span>,</span> <span class="hps">memperlambat</span> <span class="hps">kecepatan</span> <span class="hps">melodi</span> <span class="hps">itu</span><span>, mungkin</span> <span class="hps">untuk memungkinkan untuk</span> <span class="hps">dinyanyikan</span> <span class="hps">di gereja-gereja</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span></span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Versi resmi</span> <span class="hps">saat ini</span> <span class="hps">adalah pengaturan</span> <span class="hps">1932 oleh</span> <span class="hps">Walther</span> <span class="hps">Boer</span><span class="">.</span></span></span></span></span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><b><u>LYRIC ASLI LAGU KEBANGSAAN BELANDA</u></b> </span></span></span></span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span class="" id="result_box" lang="id"><span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""> </span></span></span></span></span></span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Asal-usul</span> <span class="hps">lirik yang</span> <span class="hps">tidak pasti</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Segera setelah</span> <span class="hps">lagu</span> <span class="hps">itu selesai</span> <span class="hps">dikatakan</span> <span class="hps">bahwa baik</span> <span class="hps">Philips</span> <span class="hps">van</span> <span class="hps">Marnix</span><span>,</span> <span class="hps">penulis</span><span>,</span> <span class="hps">negarawan</span> <span class="hps">dan mantan</span> <span class="hps">walikota</span> <span class="hps">Antwerp</span><span>,</span> <span class="hps">atau</span> <span class="hps">Dirck</span> <span class="hps">Coornhert</span><span>,</span> <span class="hps">seorang politisi</span> <span class="hps">dan teolog</span><span>,</span> <span class="hps">menulis lirik</span><span>.</span> </span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Namun,</span> <span class="hps">hal ini dibantah</span> <span class="hps">baik sebagai</span> <span class="hps">Marnix</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">Coornhert</span> <span class="hps">pernah disebutkan</span> <span class="hps">bahwa mereka</span> <span class="hps">menulis lirik</span><span>.</span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span> </span> <span class="hps">Ini aneh</span> <span class="hps">karena</span> <span class="hps">lagu itu</span> <span class="hps">sangat populer</span> <span class="hps">dalam waktu mereka</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">ini juga memiliki beberapa</span> <span class="hps">sajak</span> <span class="hps">aneh di dalamnya</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Dalam beberapa kasus</span> <span class="hps">vokal dari</span> <span class="hps">kata-kata tertentu</span> <span class="hps">yang diubah untuk</span> <span class="hps">memungkinkan mereka untuk</span> <span class="hps">sajak dengan</span> <span class="hps">kata lain</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Beberapa orang melihat ini</span> <span class="hps">sebagai bukti</span> <span class="hps">bahwa baik</span> <span class="hps">Marnix</span> <span class="hps">atau</span> <span class="hps">Coornhert</span> <span class="hps">menulis</span> <span class="hps">lagu kebangsaan</span> <span class="hps">karena mereka berdua</span> <span class="hps">penyair</span> <span class="hps">yang berpengalaman</span> <span class="hps">ketika</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">ditulis</span> <span class="hps">dan mereka</span> <span class="hps">tidak akan mengambil</span> <span class="hps">kebebasan</span> <span class="hps">ini</span> <span class="hps">kecil</span><span>.</span> <span class="hps"> </span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Oleh karena itu</span> <span class="hps">sebagian orang percaya bahwa</span> <span class="hps">lirik</span> <span class="hps">lagu kebangsaan</span> <span class="hps">Belanda</span> <span class="hps">penciptaan</span> <span class="hps">seseorang yang hanya</span> <span class="hps">menulis</span> <span class="hps">satu puisi</span> <span class="hps">untuk acara</span> <span class="hps">dan kemudian</span> <span class="hps">menghilang dari</span> <span class="hps">sejarah.</span> </span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Sebuah</span> <span class="hps">terjemahan bahasa Prancis</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">Wilhelmus</span> <span class="hps">muncul sekitar</span> <span class="hps">1582.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: large;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><b><u>LYRIC LENGKAP LAGU KEBANGSAAN BELANDA</u></b></span></span></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> <i><u><b>LIRIK DARI BELANDA ASLI (1568)</b></u></i></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> Terdiri dari 15 Stanza / Bait, Jika digabungkan Huruf Pertama pada setiap Bait akan menjadi, </span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">"</span></span><b>WILLEM VAN NASSOV"</b></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /><b>W</b>ilhelmus van Nassouwe<br />
Ben ick van Duytschen bloet,<br />
Den Vaderlant getrouwe<br />
Blyf ick tot in den doet:<br />
Een Prince van Oraengien<br />
Ben ick vrij onverveert,<br />
Den Coninck van Hispaengien<br />
Heb ick altijt gheeert.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>I</b>n Godes vrees te leven<br />
Heb ick altyt betracht,<br />
Daerom ben ick verdreven<br />
Om Landt om Luyd ghebracht:<br />
Maer God sal mij regeren<br />
Als een goet Instrument,<br />
Dat ick zal wederkeeren<br />
In mijnen Regiment.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>L</b>ydt u myn Ondersaten<br />
Die oprecht zyn van aert,<br />
Godt sal u niet verlaten<br />
Al zijt ghy nu beswaert:<br />
Die vroom begheert te leven<br />
Bidt Godt nacht ende dach,<br />
Dat hy my cracht wil gheven<br />
Dat ick u helpen mach.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>L</b>yf en goet al te samen<br />
Heb ick u niet verschoont,<br />
Mijn broeders hooch van Namen<br />
Hebbent u oock vertoont:<br />
Graef Adolff is ghebleven<br />
In Vriesland in den slaech,<br />
Syn Siel int ewich Leven<br />
Verwacht den Jongsten dach.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>E</b>del en Hooch gheboren<br />
Van Keyserlicken Stam:<br />
Een Vorst des Rijcks vercoren<br />
Als een vroom Christen man,<br />
Voor Godes Woort ghepreesen<br />
Heb ick vrij onversaecht,<br />
Als een Helt sonder vreesen<br />
Mijn edel bloet ghewaecht.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>M</b>ijn Schilt ende betrouwen<br />
Sijt ghy, o Godt mijn Heer,<br />
Op u soo wil ick bouwen<br />
Verlaet mij nimmermeer:<br />
Dat ick doch vroom mach blijven<br />
V dienaer taller stondt,<br />
Die Tyranny verdrijven,<br />
Die my mijn hert doorwondt.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>V</b>an al die my beswaren,<br />
End mijn Vervolghers zijn,<br />
Mijn Godt wilt doch bewaren<br />
Den trouwen dienaer dijn:<br />
Dat sy my niet verrasschen<br />
In haren boosen moet,<br />
Haer handen niet en wasschen<br />
In mijn onschuldich bloet.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b>ls David moeste vluchten<br />
Voor Saul den Tyran:<br />
Soo heb ick moeten suchten<br />
Met menich Edelman:<br />
Maer Godt heeft hem verheven<br />
Verlost uit alder noot,<br />
Een Coninckrijk ghegheven<br />
In Israel seer groot.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>N</b>a tsuer sal ick ontfanghen<br />
Van Godt mijn Heer dat soet,<br />
Daer na so doet verlanghen<br />
Mijn Vorstelick ghemoet:<br />
Dat is dat ick mach sterven<br />
Met eeren in dat Velt,<br />
Een eewich Rijck verwerven<br />
Als een ghetrouwe Helt.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>N</b>iet doet my meer erbarmen<br />
In mijnen wederspoet,<br />
Dan dat men siet verarmen<br />
Des Conincks Landen goet,<br />
Dat van de Spaengiaerts crencken<br />
O Edel Neerlandt soet,<br />
Als ick daer aen ghedencke<br />
Mijn Edel hert dat bloet.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b>ls een Prins op gheseten<br />
Met mijner Heyres cracht,<br />
Van den Tyran vermeten<br />
Heb ick den Slach verwacht,<br />
Die by Maestricht begraven<br />
Bevreesden mijn ghewelt,<br />
Mijn ruyters sach men draven.<br />
Seer moedich door dat Velt.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>S</b>oo het den wille des Heeren<br />
Op die tyt had gheweest,<br />
Had ick gheern willen keeren<br />
Van v dit swear tempeest:<br />
Maer de Heer van hier boven<br />
Die alle dinck regeert.<br />
Diemen altijd moet loven<br />
En heeftet niet begheert.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>S</b>eer Prinslick was ghedreven<br />
Mijn Princelick ghemoet,<br />
Stantvastich is ghebleven<br />
Mijn hert in teghenspoet,<br />
Den Heer heb ick ghebeden<br />
Van mijnes herten gront,<br />
Dat hy mijn saeck wil reden,<br />
Mijn onschult doen bekant.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>O</b>orlof mijn arme Schapen<br />
Die zijt in grooten noot,<br />
V Herder sal niet slapen<br />
Al zijt ghy nu verstroyt:<br />
Tot Godt wilt v begheven,<br />
Syn heylsaem Woort neemt aen,<br />
Als vrome Christen leven,<br />
Tsal hier haest zijn ghedaen.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>V</b>oor Godt wil ick belijden<br />
End zijner grooter Macht,<br />
Dat ick tot gheenen tijden<br />
Den Coninck heb veracht:<br />
Dan dat ick Godt den Heere<br />
Der hoochster Maiesteyt,<br />
Heb moeten obedieren,<br />
Inder gherechticheyt. </div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> <i><u><b>KONTEMPORER LIRIK DARI BELANDA</b></u></i></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> Terdiri dari 15 Stanza / Bait, Jika digabungkan Huruf Pertama pada setiap Bait akan menjadi, </span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">"</span></span><b>WILLEM VAN NAZZOV</b><b>"</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>W</b>ilhelmus van Nassouwe<br />
ben ik, van Duitsen bloed,<br />
den vaderland getrouwe<br />
blijf ik tot in den dood.<br />
Een Prinse van Oranje<br />
ben ik, vrij, onverveerd,<br />
den Koning van Hispanje<br />
heb ik altijd geëerd.<b> </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>I</b>n Godes vrees te leven<br />
heb ik altijd betracht,<br />
daarom ben ik verdreven,<br />
om land, om luid gebracht.<br />
Maar God zal mij regeren<br />
als een goed instrument,<br />
dat ik zal wederkeren<br />
in mijnen regiment.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>L</b>ijdt u, mijn onderzaten<br />
die oprecht zijt van aard,<br />
God zal u niet verlaten,<br />
al zijt gij nu bezwaard.<br />
Die vroom begeert te leven,<br />
bidt God nacht ende dag,<br />
dat Hij mij kracht zal geven,<br />
dat ik u helpen mag.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>L</b>ijf en goed al te samen<br />
heb ik u niet verschoond,<br />
mijn broeders hoog van namen<br />
hebben 't u ook vertoond:<br />
Graaf Adolf is gebleven<br />
in Friesland in de slag,<br />
zijn ziel in 't eeuwig leven<br />
verwacht de jongste dag.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>E</b>del en hooggeboren,<br />
van keizerlijke stam,<br />
een vorst des rijks verkoren,<br />
als een vroom christenman,<br />
voor Godes woord geprezen,<br />
heb ik, vrij onversaagd,<br />
als een held zonder vreze<br />
mijn edel bloed gewaagd.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>M</b>ijn schild ende betrouwen<br />
zijt Gij, o God mijn Heer,<br />
op U zo wil ik bouwen,<br />
Verlaat mij nimmermeer.<br />
Dat ik doch vroom mag blijven,<br />
uw dienaar t'aller stond,<br />
de tirannie verdrijven<br />
die mij mijn hart doorwondt.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>V</b>an al die mij bezwaren<br />
en mijn vervolgers zijn,<br />
mijn God, wil doch bewaren<br />
de trouwe dienaar dijn,<br />
dat zij mij niet verrassen<br />
in hunne boze moed,<br />
hun handen niet en wassen<br />
in mijn onschuldig bloed.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b>ls David moeste vluchten<br />
voor Sauel de tiran,<br />
zo heb ik moeten zuchten<br />
als menig edelman.<br />
Maar God heeft hem verheven,<br />
verlost uit alle nood,<br />
een koninkrijk gegeven<br />
in Israël zeer groot.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>N</b>a 't zuur zal ik ontvangen<br />
van God mijn Heer het zoet,<br />
daarnaar zo doet verlangen<br />
mijn vorstelijk gemoed:<br />
dat is, dat ik mag sterven<br />
met ere in dat veld,<br />
een eeuwig rijk verwerven<br />
als een getrouwe held.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>N</b>iets doet mij meer erbarmen<br />
in mijne wederspoed<br />
dan dat men ziet verarmen<br />
des Konings landen goed.<br />
Dat u de Spanjaards krenken,<br />
o edel Neerland zoet,<br />
als ik daaraan gedenke,<br />
mijn edel hart dat bloedt.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b>ls een prins opgezeten<br />
met mijner heireskracht,<br />
van de tiran vermeten<br />
heb ik de slag verwacht,<br />
die, bij Maastricht begraven,<br />
bevreesden mijn geweld;<br />
mijn ruiters zag men draven<br />
zeer moedig door dat veld.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Z</b>o het de wil des Heren<br />
op die tijd was geweest,<br />
had ik geern willen keren<br />
van u dit zwaar tempeest.<br />
Maar de Heer van hierboven,<br />
die alle ding regeert,<br />
die men altijd moet loven,<br />
Hij heeft het niet begeerd.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Z</b>eer christlijk was gedreven<br />
mijn prinselijk gemoed,<br />
standvastig is gebleven<br />
mijn hart in tegenspoed.<br />
De Heer heb ik gebeden<br />
uit mijnes harten grond,<br />
dat Hij mijn zaak wil redden,<br />
mijn onschuld maken kond.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>O</b>orlof, mijn arme schapen<br />
die zijt in grote nood,<br />
uw herder zal niet slapen,<br />
al zijt gij nu verstrooid.<br />
Tot God wilt u begeven,<br />
zijn heilzaam woord neemt aan,<br />
als vrome christen leven,-<br />
't zal hier haast zijn gedaan.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>V</b>oor God wil ik belijden<br />
en zijne grote macht,<br />
dat ik tot gene tijden<br />
de Koning heb veracht,<br />
dan dat ik God de Here,<br />
de hoogste Majesteit,<br />
heb moeten obediëren<br />
in de gerechtigheid.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><u><i><b><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Lirik bahasa Inggris</span> <span class="hps">dimaksudkan</span> <span class="hps">agar sesuai dengan</span> <span class="hps">melodi</span><span class="">,</span> <span class="hps">sajak</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">akrostik</span> <span class="hps atn">(</span><span>1934</span><span>)</span></span></b></i></u></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"> Terdiri dari 15 Stanza / Bait, Jika digabungkan Huruf Pertama pada setiap Bait akan menjadi, </span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">"</span></span><b>WILLIAM OF NASSAU</b><b></b><b>"</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>W</b>illiam of Nassau, scion<br />
Of a German and ancient line,<br />
I dedicate undying<br />
Faith to this land of mine.<br />
A prince am I undaunted,<br />
Of Orange, ever free,<br />
To the king of Spain I've granted<br />
A lifelong loyalty.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>I'</b>ve ever tried to live in<br />
The fear of God's command<br />
And therefore I've been driven,<br />
From people, home, and land,<br />
But God, I trust, will rate me<br />
His willing instrument<br />
And one day reinstate me<br />
Into my government.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>L</b>et no despair betray you,<br />
My subjects true and good.<br />
The Lord will surely stay you<br />
Though now you are pursued.<br />
He who would live devoutly<br />
Must pray God day and night<br />
To throw His power about me<br />
As champion of your right.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>L</b>ife and my all for others<br />
I sacrificed, for you!<br />
And my illustrious brothers<br />
Proved their devotion too.<br />
Count Adolf, more's the pity,<br />
Fell in the Frisian fray,<br />
And in the eternal city<br />
Awaits the judgement day.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>I</b>, nobly born, descended<br />
From an imperial stock.<br />
An empire's prince, defended<br />
(Braving the battle's shock<br />
Heroically and fearless<br />
As pious Christian ought)<br />
With my life's blood the peerless<br />
Gospel of God our Lord.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b> shield and my reliance,<br />
O God, Thou ever wert.<br />
I'll trust unto Thy guidance.<br />
O leave me not ungirt.<br />
That I may stay a pious<br />
Servant of Thine for aye<br />
And drive the plagues that try us<br />
And tyranny away.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>M</b>y God, I pray thee, save me<br />
From all who do pursue<br />
And threaten to enslave me,<br />
Thy trusted servant true.<br />
O Father, do not sanction<br />
Their wicked, foul design,<br />
Don't let them wash their hands in<br />
This guiltless blood of mine.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>O</b> David, thou soughtest shelter<br />
From King Saul's tyranny.<br />
Even so I fled this welter<br />
And many a lord with me.<br />
But God the Lord did save him<br />
From exile and its hell<br />
And, in His mercy, gave him<br />
A realm in Israel.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>F</b>ear not 't will rain sans ceasing<br />
The clouds are bound to part.<br />
I bide that sight so pleasing<br />
Unto my princely heart,<br />
Which is that I with honor<br />
Encounter death in war,<br />
And meet in heaven my Donor,<br />
His faithful warrior.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>N</b>othing so moves my pity<br />
As seeing through these lands,<br />
Field, village, town and city<br />
Pillaged by roving hands.<br />
O that the Spaniards rape thee,<br />
My Netherlands so sweet,<br />
The thought of that does grip me<br />
Causing my heart to bleed.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b>stride on steed of mettle<br />
I've waited with my host<br />
The tyrant's call to battle,<br />
Who durst not do his boast.<br />
For, near Maastricht ensconced,<br />
He feared the force I wield.<br />
My horsemen saw one bounce it<br />
Bravely across the field.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>S</b>urely, if God had willed it,<br />
When that fierce tempest blew,<br />
My power would have stilled it,<br />
Or turned its blast from you<br />
But He who dwells in heaven,<br />
Whence all our blessings flow,<br />
For which aye praise be given,<br />
Did not desire it so.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>S</b>teadfast my heart remaineth<br />
In my adversity<br />
My princely courage straineth<br />
All nerves to live and be.<br />
I've prayed the Lord my Master<br />
With fervid heart and tense<br />
To save me from disaster<br />
And prove my innocence.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>A</b>las! my flock. To sever<br />
Is hard on us. Farewell.<br />
Your Shepherd wakes, wherever<br />
Dispersed you may dwell,<br />
Pray God that He may ease you.<br />
His Gospel be your cure.<br />
Walk in the steps of Jesus<br />
This life will not endure.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>U</b>nto the Lord His power<br />
I do confession make<br />
That ne'er at any hour<br />
Ill of the King I spake.<br />
But unto God, the greatest<br />
Of Majesties I owe<br />
Obedience first and latest,<br />
For Justice wills it so.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Diambil dari Wikipedia English </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-25414850536416558042013-07-26T20:35:00.001+07:002013-07-31T21:33:23.571+07:00Asal Usul Sejarah LAgu NEGARAKU (Lagu KEbangsaan Malasyia)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNnxnhgapLvmdnSi3eyZubOZ8nacpwD9j05zm2WivDOkgT6KCbSavnXd-GaWoISWu5pHVm0JXTfhVos4x0WgsMjF41X8gMdzvhrCvrxRWvrJHQIAzBn_7R8yVQZBwzZu2wyV3fqU1bxK4/s1600/natanhm.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNnxnhgapLvmdnSi3eyZubOZ8nacpwD9j05zm2WivDOkgT6KCbSavnXd-GaWoISWu5pHVm0JXTfhVos4x0WgsMjF41X8gMdzvhrCvrxRWvrJHQIAzBn_7R8yVQZBwzZu2wyV3fqU1bxK4/s320/natanhm.png" width="187" /></a></div>
Lagu Negaraku merupakan lagu resmi dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak,_Malaysia" title="Perak, Malaysia">Kesultanan Perak</a>. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lagu_Terang_Bulan" title="Lagu Terang Bulan">Lagu Terang Bulan</a>, yang berasal dari pulau Mahé di <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepulauan_Seychelles&action=edit&redlink=1" title="Kepulauan Seychelles (halaman belum tersedia)">Kepulauan Seychelles</a> dan diadopsi oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raja_Abdullah" title="Raja Abdullah">Raja Abdullah</a>
setelah pulang dari pengasingan di Seychelles.<br />
Iramanya berasal dari
lagu "La Rosalie" digubah oleh seorang komposer berkebangsaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perancis" title="Perancis">Perancis</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pierre_Jean_de_Beranger&action=edit&redlink=1" title="Pierre Jean de Beranger (halaman belum tersedia)">Pierre Jean de Beranger</a> (1780-1857), kemudian digubah ulang dan diberi judul "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah_Lanjutkan_Usia_Sultan" title="Allah Lanjutkan Usia Sultan">Allah Lanjutkan Usia Sultan</a>" seterusnya dijadikan lagu resmi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak,_Malaysia" title="Perak, Malaysia">Kesultanan Perak</a> ketika pertabalan raja Edward VII 1901.<br />
<br />
Irama lagu Negaraku ini juga sama dengan irama lagu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mamula_Moon&action=edit&redlink=1" title="Mamula Moon (halaman belum tersedia)">Mamula Moon</a> yang dipopulerkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Felix_Mendelssohn" title="Felix Mendelssohn">Felix Mendelssohn</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hawaiian_Serenaders&action=edit&redlink=1" title="Hawaiian Serenaders (halaman belum tersedia)">Hawaiian Serenaders</a>.<br />
<br />
Lagu resmi negeri Perak "Allah Lanjutkan Usia Sultan" ini dipilih menjadi lagu nasional <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a> oleh dewan peradilan yang diketuai oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman" title="Tunku Abdul Rahman">Tunku Abdul Rahman</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/5_Agustus" title="5 Agustus">5 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1957" title="1957">1957</a>.<br />
Rapat pemilihan lagu kebangsaan ini berlangsung di Kantor Polisi Depoh, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuala_Lumpur" title="Kuala Lumpur">Kuala Lumpur</a>. Sebanyak 4 buah lagu telah diperdengarkan oleh Korps Band Polisi Diraja Malaysia.<br />
Lagu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah_Lanjutkan_Usia_Sultan" title="Allah Lanjutkan Usia Sultan">Allah Lanjutkan Usia Sultan</a> kemudian dipilih. Keputusan dewan peradilan ini kemudian disampaikan kepada Majlis Raja-raja Melayu.<br />
<br />
Setelah disetujui, kerajaan mengeluarkan hadiah RM 1,000 kepada
penggubah lagu untuk membuat liriknya.<br />
Hadiah ini dimenangkan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saiful_Bahri&action=edit&redlink=1" title="Saiful Bahri (halaman belum tersedia)">Saiful Bahri</a>
dan lirik lagu kebangsaan 'Negaraku' gubahan beliau terdapat dalam 3
versi.<br />
Lagu Negaraku digubah iramanya menjadi lebih menarik oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mahathir_Mohamad" title="Mahathir Mohamad">Mahathir Mohamad</a>, Perdana Menteri <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a> ke-4.<br />
Lagu Negaraku yang baru ini dinyanyikan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_Merdeka" title="Dataran Merdeka">Dataran Merdeka</a> tengah malam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/30_Agustus" title="30 Agustus">30 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/2003" title="2003">2003</a>.<br />
<br />
Lagu Negaraku yang baru ini dinyanyikan setelah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_Menteri_Malaysia" title="Perdana Menteri Malaysia">Perdana Menteri Malaysia</a> yang keempat, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mahathir_Mohamad" title="Mahathir Mohamad">Mahathir Mohamad</a> melaungkan "Merdeka" sebanyak tujuh kali.<br />
<br />
<u><b>ASAL USUL SEJARAH LAGU NEGARAKU (LAGU KEBANGSAAN MALASYIA)</b></u><br />
Pada tahun tahun 1956 semua negeri di Tanah Melayu mempunyai lagu
kebesarannya sendiri.<br />
Walau bagaimanapun, belum ada sebuah lagu
kebangsaan yang merangkumi bagi seluruh negara.<br />
Y.T.M. Tunku Abdul
Rahman yang menjadi Ketua Menteri merangkap Menteri Dalam Negeri pada
ketika itu telah membuat ketetapan agar sebuah lagu kebangsaan dicipta
sebelum merdeka.<br />
Beliau mencadangkan agar diadakan satu pertandingan
mencipta lagu kebangsaan.<br />
Hasilnya sebanyak 514 buah lagu telah diterima
dari seluruh dunia.<br />
<br />
Namun demikian tidak ada sebuah lagu dari 514 lagu
yang dikemukakan yang dianggap sesuai untuk dijadikan lagu kebangsaan.<br />
<br />
Jawatankuasa ini kemudian berpendapat satu cara lagi untuk
memperolehi lagu kebangsaan yang baik ialah dengan menjemput beberapa
penggubah lagu yang ternama untuk menciptanya.<br />
Dengan itu jawatankuasa
ini membuat keputusan mempelawa beberapa penggubah lagu yang masyhur
bertaraf antarabangsa untuk mencipta khas lagu kebangsaan ini.<br />
Mereka
yang dijemput khas untuk menggubah lagu kebangsaan ini adalah terdiri
daripada Benjamin Britten, Sir William Walton yang menggubah lagu
perbarisan untuk permahkotaan Ratu Elizabeth II, penggubah opera Amerika
Gian Carlo Menotti dan Zubir Said.<br />
<br />
Namun, hasil gubahan mereka juga
ditolak.<br />
Akhirnya Jawatankuasa ini membuat keputusan untuk mendengar kesemua
lagu negeri yang sedia ada bagi mengenalpasti sama ada di antara
lagu-lagu kebesaran negeri ini ada yang sesuai untuk dijadikan lagu
kebangsaan negara.<br />
Setelah mendengar kesemua lagu negeri, Lagu Kebesaran
Negeri Perak adalah sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lagu
kebangsaan negara.<br />
<br />
Lagu ini telah popular di Mahe, Kepulauan Seychelles di mana bekas
Sultan Perak, Sultan Abdullah menetap dalam buangan.<br />
Mengikut mereka
lagu tersebut sangat popular di pulau tersebut dan selalu dimainkan oleh
Pancaragam Perancis yang biasanya memainkan pelbagai lagu dan membuat
pertunjukkan konsert untuk orang ramai di pulau berkenaan.<br />
Adalah
dipercayai melodi ini telah digubah oleh seorang ahli Muzik bangsa
Perancis bernama Pierre Jean de Beranger yang lahir di Perancis pada
tahun 1780 dan meninggal dunia pada tahun 1857.<br />
<br />
Lagu ini kemudiannya telah diperkenalkan oleh Bangsawan dari Indonesia yang sedang membuat pertunjukan di <a href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Singapura" title="Singapura">Singapura</a>.<br />
Dalam tempoh yang singkat lagu ini telah menjadi popular di Singapura
dan diberi nama Terang Bulan.<br />
Walaupun lagu ini menjadi Lagu Kebesaran
Negeri Perak namun ia dimainkan juga di majlis-majlis sebagai lagu
hiburan.<br />
Pada masa itu lagu ini terus menjadi Lagu Kebesaran Negeri
Perak sehingga dijadikan Lagu Kebangsaan Malaysia dengan nama Negaraku.<br />
Selepas itu irama ini tidak lagi dijadikan sebagai lagu hiburan kerana
dilarang.<br />
<br />
<u><b>LIRIK LAGU</b></u><br />
<i>Negaraku</i><br />
<i>Tanah tumpahnya darahku,</i><br />
<i>Rakyat hidup</i><br />
<i>bersatu dan maju</i><br />
<br />
<i>Rahmat bahagia</i><br />
<i>Tuhan kurniakan,</i><br />
<i>Raja kita</i><br />
<i>selamat bertahta,</i><br />
<br />
<i>Rahmat bahagia</i><br />
<i>Tuhan kurniakan.</i><br />
<i>Raja kita</i><br />
<i>selamat bertahta</i><br />
<br />
Diambil dari Wikipedia Indonesia dan Malasyia<i> </i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com105tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-24354376542309175372013-07-26T20:20:00.001+07:002013-07-31T21:33:23.568+07:00Asal Usul SEjarah Lagu Indonesia Raya (Lagu Kebangsaan Indonesia)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijNE5k0oN0MoJWusURagheWoHG-Ky7lglcpNga_4fO4aYjE1_ijITq-oxcWQ7tTlMyU1XevZS2tcfnUwWj1M-hmGZwP7EBdpDwdzN6olxJkV-kNFcFZMyl9ktgtIorQVmEyRnTJ8T-5c4/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijNE5k0oN0MoJWusURagheWoHG-Ky7lglcpNga_4fO4aYjE1_ijITq-oxcWQ7tTlMyU1XevZS2tcfnUwWj1M-hmGZwP7EBdpDwdzN6olxJkV-kNFcFZMyl9ktgtIorQVmEyRnTJ8T-5c4/s1600/images.jpeg" /></a></div>
<i><b>Indonesia Raya</b></i> adalah Lagu kebangsaan Republik INdonesia.<br />
Lagu ini pertama kali diperkenalkan oleh KOmponisnya, Wage RUdolf Soepratman, pada tanggal 28 Oktober 1928<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1928" title="1928"></a> pada saat KOngres Pemuda II<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Pemuda_II" title="Kongres Pemuda II"></a> di Batavia<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta"></a>.<br />
Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia"></a> yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda"></a>, daripada dipecah menjadi beberapa koloni.<br />
<br />
Stanza pertama dari <i>Indonesia Raya</i> dipilih sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1945" title="1945"></a>.<br />
<br />
<i>Indonesia Raya</i> dimainkan pada upacara bendera.<br />
Bendera Indonesia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia" title="Bendera Indonesia"></a>
dinaikkan dengan khidmat dan gerakan yang diatur sedemikian supaya
bendera mencapai puncak tiang bendera ketika lagu berakhir.<br />
Upacara
bendera utama diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk
memperingati hari Kemerdekaan INdonesia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia" title="Proklamasi Kemerdekaan Indonesia"></a>.<br />
Upacara ini dipimpin oleh Presiden Indonesia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia" title="Presiden Indonesia"></a>.<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b><u>ASAL USUL SEJARAH LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA</u></b></span> <br />
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, wAGE Rudolg Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia
Raya.<br />
Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh
suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yo_Kim_Tjan&action=edit&redlink=1" title="Yo Kim Tjan (halaman belum tersedia)"></a>.<br />
<br />
Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Pemuda_II" title="Kongres Pemuda II"></a> dengan biola, pemerintah kolonial Hindia BElanda<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda"></a>
segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.<br />
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar.<br />
Mereka menyanyikan lagu itu
dengan mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!") pada
refrein.<br />
Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu
kebangsaan.<br />
Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat
partai-partai politik.<br />
Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan
sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.<br />
<br />
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Indonesia" title="Festival Film Indonesia"></a> (FFI) 2006 yang kontroversial dan pada kompas tahun 1990-an, Remy Sylado<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Remy_Sylado" title="Remy Sylado"></a>,
seorang budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu
Indonesia Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1600-an" title="1600-an"></a> berjudul <i>Lekka Lekka Pinda Pinda</i>.<br />
Kaye A. Solapung, seorang pengamat musik, menanggap tulisan Remy dalam
Kompas tanggal 22 Desember 1991.<br />
Ia mengatakan bahwa Remy hanya sekadar
mengulang tuduhan Amir Pasaribu<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Pasaribu" title="Amir Pasaribu"></a>
pada tahun 1950-an.<br />
Ia juga mengatakan dengan mengutip Amir Pasaribu
bahwa dalam literatur musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda di Belanda, begitu pula Boola-Boola<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Boola-Boola&action=edit&redlink=1" title="Boola-Boola (halaman belum tersedia)"></a>
di Amerika Serikat.<br />
Solapung kemudian membedah lagu-lagu itu.<br />
<br />
Menurutnya, lagu Boola-boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan
Indonesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama.<br />
Begitu juga dengan
penggunaan Chord yang jelas berbeda.<br />
Sehingga, ia menyimpulkan bahwa
Indonesia Raya tidak menjiplak.<br />
<br />
<u><b>NASKAH PADA KORAN SIN PO (1928)</b></u> <br />
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan dikumandangkan
pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta
(pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928.<br />
Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman dengan <i>Tangga Nada C</i> (natural) dan dengan catatan <i>Djangan Terlaloe Tjepat</i>, sedangkan pada sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada <i>Tangga Nada G</i> (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada rentang a - e) dan dengan irama <i>Marcia</i><sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya#cite_note-3"></a></sup>, Jos Cleber (1950) menuliskan dengan irama <i>Maestoso con bravura</i> (<i>kecepatan metronome 104</i>).<br />
<br />
<b><u>ARANSEMEN SIMFONI JOS CLEBER (1950)</u></b><br />
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos Cleber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jos_Cleber" title="Jos Cleber"></a> (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1999" title="1999"></a> pada usia 83 tahun.<br />
Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Radio_Republik_Indonesia" title="Radio Republik Indonesia"></a> adalah Jusuf Ronodipuro<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jusuf_Ronodipuro" title="Jusuf Ronodipuro"></a> sejak pada tahun 1950 Jos Cleber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jos_Cleber" title="Jos Cleber"></a> pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno" title="Soekarno"></a>.<br />
<br />
<b><u>REKAMAN ASLI (1950) dan REKAMAN ULANG (1997)</u></b><br />
Rekaman asli dari Jos Cleber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jos_Cleber" title="Jos Cleber"></a> sejak pada tahun 1950<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1950" title="1950"></a> dari Jakarta Philharmonic Orchestra dimainkan perekaman secara bersuara stereo di Bandar lampung<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Lampung" title="Bandar Lampung"></a> sejak peresmian oleh Presiden Soeharto sejak pada tanggal 1 Januari 1992<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1992" title="1992"></a> dan direkam kembali secara digital di Australia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia"></a> sejak bertepatan pada Kerusuhan Mei 1998 yang diaransemen oleh Jos Cleber<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jos_Cleber" title="Jos Cleber"></a> yang tersimpan di RRI Jakarta<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Radio_Republik_Indonesia" title="Radio Republik Indonesia"></a> oleh Victoria Philharmonic Orchestra di bawah konduktor oleh Addie Muljadi Sumaatmadja<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Addie_MS" title="Addie MS"></a> yang berkerjsama oleh Twilite Orchestra yang diletak debut album pertama oleh Simfoni Negeriku <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simfoni_Negeriku" title="Simfoni Negeriku">Simfoni Negeriku</a> yang durasi selama 1-menit 47-detik.<br />
<br />
<b><u>LIRIK ASLI (1928)</u></b> <br />
<b>INDONESIA RAJA</b><sup class="reference" id="cite_ref-pp28-30_1-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya#cite_note-pp28-30-1"></a></sup><br />
<b>I</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah airkoe,<br />
Tanah toempah darahkoe,<br />
Disanalah akoe berdiri,<br />
Mendjaga Pandoe Iboekoe.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia kebangsaankoe,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Kebangsaan tanah airkoe,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita berseroe:</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">"Indonesia Bersatoe".</span><br />
<br />
Hidoeplah tanahkoe,<br />
Hidoeplah neg'rikoe,<br />
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,<br />
Bangoenlah rajatnja,<br />
Bangoenlah badannja,<br />
Oentoek Indonesia Raja.<br />
</div>
<b>II</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah jang moelia,<br />
Tanah kita jang kaja,<br />
Disanalah akoe hidoep,<br />
Oentoek s'lama-lamanja.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia, tanah poesaka,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Poesaka kita semoea,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita mendoa:</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">"Indonesia Bahagia".</span><br />
<br />
Soeboerlah tanahnja,<br />
Soeboerlah djiwanja,<br />
Bangsanja, rajatnja, semoeanja,<br />
Sedarlah hatinja,<br />
Sedarlah boedinja,<br />
Oentoek Indonesia Raja.<br />
</div>
<b>III</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah jang soetji,<br />
Bagi kita disini,<br />
Disanalah kita berdiri,<br />
Mendjaga Iboe sedjati.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia, tanah berseri,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Tanah jang terkoetjintai,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita berdjandji:</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">"Indonesia Bersatoe"</span><br />
<br />
S'lamatlah rajatnja,<br />
S'lamatlah poet'ranja,<br />
Poelaoenja, laoetnja, semoea,<br />
Madjoelah neg'rinja,<br />
Madjoelah Pandoenja,<br />
Oentoek Indonesia Raja.<br />
</div>
<b>Refrain</b><br />
<div class="poem">
Indones', Indones',<br />
Moelia, Moelia,<br />
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.<br />
Indones', Indones',<br />
Moelia, Moelia,<br />
Hidoeplah Indonesia Raja.<br />
<br />
<b><u>LIRIK RESMI (1958)</u></b> <br />
<b>INDONESIA RAJA</b><br />
<b>I</b><br />
<div class="poem">
Indonesia tanah airku,<br />
Tanah tumpah darahku,<br />
Disanalah aku berdiri,<br />
Djadi pandu ibuku.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia kebangsaanku,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Bangsa dan tanah airku,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita berseru,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia bersatu.</span><br />
<br />
Hiduplah tanahku,<br />
Hiduplah neg'riku,<br />
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,<br />
Bangunlah djiwanja,<br />
Bangunlah badannja,<br />
Untuk Indonesia Raja.<br />
</div>
<b>II</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah jang mulia,<br />
Tanah kita jang kaja,<br />
Disanalah aku berdiri,<br />
Untuk s'lama-lamanja.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia, tanah pusaka,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">P'saka kita semuanja,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita mendoa,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia bahagia.</span><br />
<br />
Suburlah tanahnja,<br />
Suburlah djiwanja,<br />
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja,<br />
Sadarlah hatinja,<br />
Sadarlah budinja,<br />
Untuk Indonesia Raja.<br />
</div>
<b>III</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah jang sutji,<br />
Tanah kita jang sakti,<br />
Disanalah aku berdiri,<br />
Ndjaga ibu sejati.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia, tanah berseri,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Tanah jang aku sajangi,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita berdjandji,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia abadi.</span><br />
<br />
S'lamatlah rakjatnja,<br />
S'lamatlah putranja,<br />
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,<br />
Madjulah Neg'rinja,<br />
Madjulah pandunja,<br />
Untuk Indonesia Raja.<br />
</div>
<b>Refrain</b><br />
<div class="poem">
Indonesia Raja,<br />
Merdeka, merdeka,<br />
Tanahku, neg'riku jang kutjinta!<br />
Indonesia Raja,<br />
Merdeka, merdeka,<br />
Hiduplah Indonesia Raja.<br />
<br />
<b><u>LIRIK MODERN</u></b> <br />
<b>INDONESIA RAYA</b><br />
<b>I</b><br />
<div class="poem">
Indonesia tanah airku,<br />
Tanah tumpah darahku,<br />
Di sanalah aku berdiri,<br />
Jadi pandu ibuku.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia kebangsaanku,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Bangsa dan tanah airku,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita berseru,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia bersatu.</span><br />
<br />
Hiduplah tanahku,<br />
Hiduplah neg'riku,<br />
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,<br />
Bangunlah jiwanya,<br />
Bangunlah badannya,<br />
Untuk Indonesia Raya.<br />
</div>
<b>II</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah yang mulia,<br />
Tanah kita yang kaya,<br />
Di sanalah aku berdiri,<br />
Untuk s'lama-lamanya.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia, tanah pusaka,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">P'saka kita semuanya,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita mendoa,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia bahagia.</span><br />
<br />
Suburlah tanahnya,<br />
Suburlah jiwanya,<br />
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,<br />
Sadarlah hatinya,<br />
Sadarlah budinya,<br />
Untuk Indonesia Raya.<br />
</div>
<b>III</b><br />
<div class="poem">
Indonesia, tanah yang suci,<br />
Tanah kita yang sakti,<br />
Di sanalah aku berdiri,<br />
N'jaga ibu sejati.<br />
<br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia, tanah berseri,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Tanah yang aku sayangi,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Marilah kita berjanji,</span><br />
<span class="mw-poem-indented" style="display: inline-block; margin-left: 2em;">Indonesia abadi.</span><br />
<br />
S'lamatlah rakyatnya,<br />
S'lamatlah putranya,<br />
Pulaunya, lautnya, semuanya,<br />
Majulah Neg'rinya,<br />
Majulah pandunya,<br />
Untuk Indonesia Raya.<br />
</div>
<b>Refrain</b><br />
<div class="poem">
Indonesia Raya,<br />
Merdeka, merdeka,<br />
Tanahku, neg'riku yang kucinta!<br />
Indonesia Raya,<br />
Merdeka, merdeka,<br />
Hiduplah Indonesia Raya.<br />
<br />
Diambil dari Wikipedia INdonesia <br />
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-86368237978022447882013-07-26T00:52:00.003+07:002013-07-31T21:33:23.580+07:00Asal Usul Sejarah Aksara Jawa Lengkap<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b><u>Asal Usul Sejarah AKSARA JAWA</u></b></span></b></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b>
Aksara Jawa</b> (atau dikenal dengan nama <b>hanacaraka</b> atau <b>carakan</b> ) adalah aksara<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Aksara"></a> jenis abugida<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abugida" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Abugida"></a> turunan aksara Brahmi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Brahmi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Aksara Brahmi"></a> (yang merupakan turunan dari Assyiria<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksara_Assyiria&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #ba0000; text-decoration: none;" title="Aksara Assyiria (halaman belum tersedia)"></a>) yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, Bahasa Makasar, (pasar), bahasa Sunda, dan bahasa Sasak<sup class="reference" id="cite_ref-Everson08_0-1" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-Everson08-0" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;"></a></sup>. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kesultanan Mataram"></a> (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi atau dikenal dengan Aksara Jawa Kuno yang juga merupakan augida yang digunakan sekitar abad ke-8 – abad ke-16. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Aksara ini juga memiliki kedekatan dengan aksara Bali<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Bali" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Aksara Bali"></a>. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Nama aksara ini dalam bahasa Jawa adalah <b>Dentawiyanjana</b>.</span><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=L%2FKlZ%2BzQse0%3D&cid=7XbjAIDKIxw%3D&chan=lNKGDG7q56k%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ --><br />
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b><u><span style="font-size: large;">ASAL USUL SEJARAH AKSARA JAWA LENGKAP</span></u></b></span></div>
<br />
<i><u><b>PERIODE HINDU - BUDHA</b></u></i><br />
Tulisan Jawa dan Bali adalah varian modern dari aksara Kawi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Kawi" title="Aksara Kawi"></a>, salah satu aksara Brahmi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Brahmi" title="Aksara Brahmi"></a> hasil perkembangan aksara Pallawa<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pallawa" title="Pallawa"></a> yang berkembang di Jawa.<br />
Aksara ini dulu digunakan terutama untuk menulis terjemahan Sansekerta<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sansekerta" title="Sansekerta"></a>,
berbagai literatur masa itu juga ditulis dengan Kawi.<br />
Tulisan ini
kemudian bertransisi menjadi tulisan Jawa selama periode Hindu-Buddha.<br />
<br />
Aksara Kawi dan Jawa sebenarnya mirip; keduanya memiliki ortografi yang sama, seperti ditulis tanpa spasi, bentuk <i>pasangan</i>
untuk menulis klaster konsonan, dsb.<br />
Perbedaan terletak pada bentuk
hurufnya, namun pembagiannya tidak begitu jelas karena prasasti-prasasti
masa itu cendrung sangat bervariasi dari satu daerah ke yang lain.<br />
Aksara Kawi dan Jawa awal juga mempunyai aksara dasar (<i>nglegena</i>) yang lebih banyak, karena huruf <i>murda</i> serta <i>mahaprana</i> belum dibedakan seperti sekarang, dan merepresentasikan bunyi unik dalam Sansekerta.<br />
<br />
Aksara Jawa pada masa ini disusun secara fonetis, berdasarkan pengaturan Panini<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panini" title="Panini"></a>, dan menjadi basis dalam penyusunan aksara Jawa dalam Unicode<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" title="Unicode"></a>.<br />
<br />
<i><b><u>PERIODE ISLAM</u></b></i><br />
Periode ini kurang lebih berlangsung dari zaman Kesultanan Demak<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak" title="Kesultanan Demak"></a> hingga Pajang<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang"></a> akhir, dan teks dari masa tersebut dapat diwakili dengan serat <i>Suluk Wujil</i> dan <i>Serat Ajisaka</i>.<br />
Pada masa ini, diperkenalkan urutan pangram<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangram" title="Pangram"></a> <i>hanacaraka</i> untuk memudahkan pengikatan 20 konsonan yang digunakan dalam bahasa Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa"></a>.<br />
Perlu diperhatikan bahwa aksara <i>murda</i> dan <i>mahaprana</i> tidak diikutsertakan dalam urutan tersebut.<br />
Hal ini disebabkan karena huruf-huruf <i>murda</i> dan <i>mahaprana</i> merepresentasikan bunyi yang tidak ada dalam bahasa Jawa asli dan lebih banyak berfungsi dalam terjemahan Sansekerta<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sansekerta" title="Sansekerta"></a>, karena itu penggunaannya menurun semenjak perkenalan Islam.<br />
Namun kedua jenis huruf tersebut masih dipertahankan untuk pengejaan.<br />
<br />
Periode ini juga ditandai dengan ditemukannya aksara <i>rekan</i> untuk kata serapan bahasa Arab<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab"></a>, yang mulai banyak digunakan sejalan dengan penyiaran Islam di Nusantara.<br />
Pada abad 17, tulisan Jawa telah dikenal dengan nama <i>Carakan</i>.<br />
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVndS7X0j8tiJJiDDrvkPEiS9HfeK7tO3PLY0omo7i-CLbh-R692YEez97kMxCUNw9TKM3DUXtPz9xjXGNeLSlv2IENg-d7qT3vRmt8yZ80dmUbnKvcJdDKuu5bpGqYs3SQNLnE-Cvc54/s1600/220px-Palllawa1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVndS7X0j8tiJJiDDrvkPEiS9HfeK7tO3PLY0omo7i-CLbh-R692YEez97kMxCUNw9TKM3DUXtPz9xjXGNeLSlv2IENg-d7qT3vRmt8yZ80dmUbnKvcJdDKuu5bpGqYs3SQNLnE-Cvc54/s1600/220px-Palllawa1.jpg" /></a></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</span>
<br />
<div style="line-height: 1.5em; margin: 0.4em 0px 0.5em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">Periode ini adalah periode ketika aksara Jawa berkembang pada dekade awal perkembangan Islam di Jawa, dan campur tangan bangsa asing (pemerintah Kolonial Hindia Belanda) belum mendominasi ranah politik dan kekuasaan di Jawa. </span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">Masa ini berlangsung kurang lebih jaman Demak<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Demak"></a> – akhir Pajang, dan tulisan dalam periode ini diwakili tata tulis aksara Jawa yang terdapat pada teks serat Suluk Wujil<i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suluk_Wujil&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #ba0000; text-decoration: none;" title="Suluk Wujil (halaman belum tersedia)"></a></i> dan Serat Ajisaka<i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Serat_Ajisaka&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #ba0000; text-decoration: none;" title="Serat Ajisaka (halaman belum tersedia)"></a></i>. </span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">Fragmen tersebut terdiri dari 4 baris masing‐masing terdiri dari 5 aksara, menyerupai metrum atau puisi/Sekar Kawi<sup class="reference" id="cite_ref-2" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-2" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;"></a></sup>:</span></span></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">
</span></span></span><br />
<ol style="line-height: 1.5em; list-style-image: none; margin: 0.3em 0px 0px 3.2em; padding: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;">hana caraka (<i>ana utusan</i>)</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;">data (sabanjuré) sawala (= suwala –kêrêngan)</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;">pada jayanya (babag kekuwatané)</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;">maga (ma‐ang‐ga) batanga (bangké) = mangawak bangké = palastra !</li>
</span></ol>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">
</span></span></span><br />
<div style="line-height: 1.5em; margin: 0.4em 0px 0.5em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Dalam periode ini, pengertian aksara Murda masih belum disamakan dengan huruf kapital seperti halnya dalam tulisan Latin, namun keberadaan aksara Murda yang dipisahkan dari susunan huruf Jawa dasar (<i>nglegana</i>)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">karena merupakan aksara lama yang keberadaannya tetap dipertahankan, dan penggunaan aksara ini masih sama seperti pada aksara Jawa – Hindu.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">
</span></span></span><br />
<div style="line-height: 1.5em; margin: 0.4em 0px 0.5em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Kemudian periode ini juga ditandai dengan digunakannya aksara rekan untuk menyesuaikan penulisan kata-kata Arab yang sudah mulai dikenal masyarakat Jawa kala itu dengan semakin intensifnya dakwah Islam di tanah Jawa.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<i><b><u>PERIODE KOLONIAL</u></b></i></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Periode ini adalah periode ketika aksara Jawa berkembang pada zaman pemerintah Kolonial Hindia Belanda berkuasa atas tanah Jawa, yang diwakili tata tulis aksara Jawa keluaran ejaan Sriwedari yang terdapat pada teks-teks Jawa yang ditulis sebelum adanya tata eja aksara Jawa Kongres Bahasa Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Bahasa_Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kongres Bahasa Jawa"></a> II Malang (1996).</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Perbedaan yang paling kentara adalah pemakaian aksara Murda pada periode ini, yang walaupun sebagian masih sama perlakuannya untuk aksara murda seperti pada periode-periode sebelumnya, namun sebagian sudah berubah fungsi sebagai huruf kapital layaknya dalam aksara Latin.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Penggunaan (pengejaan) aksara Jawa pertama kali diLokakaryakan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lokakarya" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Lokakarya"></a> pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_pegon" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Aksara pegon"></a> dan huruf Latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya.<br />
Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wewaton_Sriwedari" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Wewaton Sriwedari"></a> ("Ketetapan Sriwedari"), yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan.<br />
Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Surakarta"></a>.<br />
Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/ (O Jawa).<br />
Alih-alih menuliskan "Ronggawarsita" (bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19), dengan ejaan baru penulisan menjadi "Ranggawarsita", mengurangi penggunaan taling-tarung.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br /></div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<b><u>AKSARA JAWA MODERN</u></b></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNDzYCYBtc0LcY4O0h9TDXb23UG1tXtYp70Wq6SFMAQE129I2GemPRYD733H-FonUYfjqNzPq8eSKDI0pcAfVvtSnrm0aemKfWaj3tek-LB5sHD0_SYRfqJpNTKozv9lnYRhCwh9veGb0/s1600/200px-Javanese_script01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNDzYCYBtc0LcY4O0h9TDXb23UG1tXtYp70Wq6SFMAQE129I2GemPRYD733H-FonUYfjqNzPq8eSKDI0pcAfVvtSnrm0aemKfWaj3tek-LB5sHD0_SYRfqJpNTKozv9lnYRhCwh9veGb0/s1600/200px-Javanese_script01.jpg" /></a></div>
</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 11px; line-height: 15px;"><u>Prasasti modern dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Latin" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Aksara Latin">aksara Latin</a>(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Portugis" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Bahasa Portugis">bahasa Portugis</a>) </u></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 11px; line-height: 15px;"><u>dan aksara Hanacaraka/Jawa modern (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa</a>). Prasasti dibuat untuk memperingati pemugaran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Sari_Yogyakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; color: #0645ad;" title="Taman Sari Yogyakarta">Taman Sari</a> di komplek Kraton Yogyakarta.</u></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"></span><br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Periode ini adalah periode perkembangan aksara Jawa setelah zaman Kemerdekaan INdonesia<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemerdekaan_Indonesia" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kemerdekaan Indonesia"></a> hingga sekarang,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"> antara lain diterbitkannya buku <i>Karti Basa</i> oleh Kementrian Pengadjaran, Pendidikan dan Keboedajaan<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Departemen_Pendidikan_dan_Kebudayaan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Departemen Pendidikan dan Kebudayaan"></a> pada tahun 1946 yang berisi <i>Patokan Panoelise Temboeng Djawa nganggo Aksara Djawa sarta Angka</i> (Pedoman Penulisan Kata Jawa dengan Aksara Jawa serta Angka), </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">serta <i>Patokan Panoelise Temboeng Djawa nganggo Aksara Latin</i> (Pedoman Penulisan Kata Jawa dengan Huruf Latin), yang kemudian diterbitkan terpisah sebagai<i>Tatanan Njerat Basa Djawi</i> oleh Tjabang Bagian Bahasa Djawatan Kebudajaan Kementerian P.P. dan K. Jogjakarta pada tahun 1955, yang telah disesuaikan dengan Ejaan Suwandi<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ejaan_Suwandi&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #ba0000; text-decoration: none;" title="Ejaan Suwandi (halaman belum tersedia)"></a>.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</span>
<br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Kemudian, untuk menindaklanjuti keputusan Kongres Bahasa Jawa I di Semarang pada tanggal 15-20 Juli 1991, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DIY pada tahun anggaran 1992/1993 memutuskan ditetapkan penyelenggaraan kegiatan penyusunan pedoman penulisan aksara Jawa.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Masalah yang dibahas dalam pedoman tersebut antara lain penyesuaian penulisan bahasa Jawa dengan ahara Jawa dan aksara Latin, penulisan kata-kata serapan dari bahasa serumpun dan bahasa asing dengan aksara Jawa, penulisan bunyi f dan v, penulisan bunyi yang ucapannya bervariasi, dan penulisan singkatan kata.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</span>
<br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Pada Kongres Bahasa Jawa II 1996 dikeluarkanlah Surat Kesepakatan Bersama (SKB) tiga gubernur (perda Jawa Tengah, No. 430/76/1996, DI Yogyakarta: No. 214/119/5280/1996, dan Jawa Timur No. 430/5052/0311/1996) pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</span>
<br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Pada tanggal 17 dan 18 Mei 1996 para ahli bahasa Jawa dari Provinsi DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berkumpul di Yogyakarta dan menghasilkan buku Pedoman Penulisan Aksara Jawa<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pedoman_Penulisan_Aksara_Jawa&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #ba0000; text-decoration: none;" title="Pedoman Penulisan Aksara Jawa (halaman belum tersedia)"></a> yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Nusatama.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Perbedaan yang paling kentara dalam pedoman yang baru ini adalah pemakaian aksara murda sudah dianggap seperti layaknya huruf kapital seperti pada penggunaan huruf kapital dalam aksara Latin, tanpa mengindahkan tradisi lama yaitu hadirnya aksara Murda sebagai pendamping penulisan kata Jawa Kuna – Pertengahan.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
</span>
<br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Bahasa_Jawa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Kongres Bahasa Jawa"></a> III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Yogyakarta"></a>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan (kata dasar + imbuhan), dan KBJ IV yang membuka jalan bagi dimasukkannya aksara Jawa ke Unicode<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Unicode"></a>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><span style="font-size: large;"><u><b>BENTUK AKSARA</b></u></span> </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Tulisan jawa adalah sebuah abugida<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abugida" title="Abugida"></a>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Setiap huruf konsonannya memiliki vokal inheren /a/ atau /ɔ/ dalam
posisi terbuka, yang diubah dengan penempatan tanda baca tertentu,
seperti halnya huruf Arab<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Huruf_Arab" title="Huruf Arab"></a>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Namun berbeda dengan huruf Arab, tanda baca vokal <b>wajib</b> ditulis jika diperlukan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Perlu diperhatikan bahwa tulisan Arab aslinya bersifat abjad<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abjad" title="Abjad"></a>,
yakni hanya memiliki konsonan saja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Tanda baca dalam tulisan Arab hanya
dipakai untuk teks penting, dan pengguna aslinya dapat membaca tulisan
arab tanpa tanda baca.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Setiap huruf konsonan dalam aksara Jawa memiliki bentuk subskrip, disebut <i>pasangan</i>,
untuk membentuk klaster konsonan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Beberapa huruf memiliki bentuk
'kapital', namun huruf ini hanya digunakan untuk nama orang atau tempat,
tidak untuk awal sebuah kalimat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Terdapat sejumlah huruf yang
diadaptasikan untuk kata serapan dan bunyi asing yang tidak terdapat
dalam bahasa Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa"></a>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Terdapat pula angka, sejumlah tanda baca yang berhubungan dengan
surat-menyurat, tembang/puisi, serta tanda memulasi paragraf, koma,
titik, kurung, kutip dan penanda angka.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Huruf Jawa ditulis miring ke kanan dan tanpa spasi, karena itu pembaca harus mengenal tulisan dan bahasa Jawa untuk mengidentifikasikan batas antar kata.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b><u>KONSONAN DASAR<i> (AKSAR NGLEGENA) </i></u></b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Untuk menulis bahasa Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa"></a> modern, digunakan 20 konsonan dasar yang disebut sebagai <i>aksara nglegena</i>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Namun untuk menulis bahasa Jawa Kuno<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Kuno" title="Jawa Kuno"></a>,
digunakan 33 konsonan dasar.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Huruf-huruf tambahan ini merepresentasikan
suara yang tidak dipakai lagi dalam bahasa Jawa modern, yang kemudian
digunakan sebagai huruf 'kapital' dalam ortografi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ortografi" title="Ortografi"></a> kontemporer.</span><br />
<table border="1" cellpadding="3"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0"><td><b>ha</b></td>
<td><b>na</b></td>
<td><b>ca</b></td>
<td><b>ra</b></td>
<td><b>ka</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/hɔ/</td>
<td>/nɔ/</td>
<td>/tʃɔ/</td>
<td>/ɽɔ/</td>
<td>/kɔ/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ha.svg"><img alt="Javanese ha.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bb/Javanese_ha.svg/80px-Javanese_ha.svg.png" width="80" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_na.svg"><img alt="Javanese na.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/85/Javanese_na.svg/60px-Javanese_na.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ca.svg"><img alt="Javanese ca.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e1/Javanese_ca.svg/60px-Javanese_ca.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ra.svg"><img alt="Javanese ra.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a0/Javanese_ra.svg/60px-Javanese_ra.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ka.svg"><img alt="Javanese ka.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Javanese_ka.svg/76px-Javanese_ka.svg.png" width="76" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦲ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦤ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦕ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦫ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏ</span></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>da</b></td>
<td><b>ta</b></td>
<td><b>sa</b></td>
<td><b>wa</b></td>
<td><b>la</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/dɔ/</td>
<td>/tɔ/</td>
<td>/sɔ/</td>
<td>/wɔ/</td>
<td>/ɭɔ/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_da.svg"><img alt="Javanese da.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1a/Javanese_da.svg/60px-Javanese_da.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ta.svg"><img alt="Javanese ta.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a1/Javanese_ta.svg/76px-Javanese_ta.svg.png" width="76" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_sa.svg"><img alt="Javanese sa.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Javanese_sa.svg/60px-Javanese_sa.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_wa.svg"><img alt="Javanese wa.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8c/Javanese_wa.svg/60px-Javanese_wa.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_la.svg"><img alt="Javanese la.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5a/Javanese_la.svg/76px-Javanese_la.svg.png" width="76" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦢ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦠ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦱ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦮ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦭ</span></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>pa</b></td>
<td><b>dha</b></td>
<td><b>ja</b></td>
<td><b>ya</b></td>
<td><b>nya</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/pɔ/</td>
<td>/ɖɔ/</td>
<td>/dʒɔ/</td>
<td>/jɔ/</td>
<td>/ɲɔ/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_pa.svg"><img alt="Javanese pa.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/Javanese_pa.svg/60px-Javanese_pa.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_dha.svg"><img alt="Javanese dha.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/46/Javanese_dha.svg/60px-Javanese_dha.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ja.svg"><img alt="Javanese ja.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/41/Javanese_ja.svg/60px-Javanese_ja.svg.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ya.svg"><img alt="Javanese ya.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/78/Javanese_ya.svg/76px-Javanese_ya.svg.png" width="76" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_nya.svg"><img alt="Javanese nya.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/07/Javanese_nya.svg/92px-Javanese_nya.svg.png" width="92" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦥ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦝ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦗ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦪ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦚ</span></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>ma</b></td>
<td><b>ga</b></td>
<td><b>ba</b></td>
<td><b>tha</b></td>
<td><b>nga</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/mɔ/</td>
<td>/gɔ/</td>
<td>/bɔ/</td>
<td>/ʈɔ/</td>
<td>/ŋɔ/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ma.svg"><img alt="Javanese ma.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7b/Javanese_ma.svg/56px-Javanese_ma.svg.png" width="56" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ga.svg"><img alt="Javanese ga.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Javanese_ga.svg/80px-Javanese_ga.svg.png" width="80" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_ba.svg"><img alt="Javanese ba.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e1/Javanese_ba.svg/80px-Javanese_ba.svg.png" width="80" /></a></td>
<td style="padding-top: 15px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_tha.svg"><img alt="Javanese tha.svg" height="53" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/24/Javanese_tha.svg/57px-Javanese_tha.svg.png" width="57" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Javanese_nga.svg"><img alt="Javanese nga.svg" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/dc/Javanese_nga.svg/56px-Javanese_nga.svg.png" width="56" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦩ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦒ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦧ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦛ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦔ</span></td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"> Huruf "ha" dapat merepresentasikan vokal kosong, yang digunakan dengan tanda baca untuk membentuk huruf vokal independen.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b><u>PASANGAN</u></b> </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Ketika sebuah konsonan kosong (konsonan yang vokal inherennya ditekan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Virama&action=edit&redlink=1" title="Virama (halaman belum tersedia)">virama</a>) muncul ditengah kalimat, tanda baca <i>pangkon</i> untuk menekan vokal inheren tidak digunakan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Namun huruf <b>setelah</b> konsonan kosong tersebut berubah menjadi bentuk subskrip yang bernama <i>pasangan</i>.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"> Setiap huruf konsonan Jawa memiliki pasangan, dengan bentuk dan penataan yang beragam.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Namun umumnya, pasangan berada <b>dibawah garis penulisan</b>
dan memiliki bentuk yang berbeda dari konsonan dasarnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Pasangan dapat
digabungkan dengan maksimum dua tanda baca menyambung untuk membentuk
klaster konsonan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Beberapa <i>pasangan</i> perlu disambungkan dengan huruf dasar (dengan cara yang sama seperti tanda baca <i>suku</i>) seperti na, wa, dan nya, beberapa ditulis segaris dengan huruf dasar, seperti pa, sa, dan ha. <i> </i></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><i>Pasangan</i> ka, ta, dan la hanya memiliki bentuk unik apabila ditulis tanpa tanda baca menyambung.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Ketika ditulis dengan <i>suku</i> atau <i>pengkal</i>
semisal, bentuk kedua huruf tersebut menjadi sama dengan huruf
dasarnya, namun tetap ditulis dibawah garis.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Huruf seperti ya dan ra
memiliki bentuk pasangan yang persis sama seperti huruf dasarnya.</span><br />
<table border="1" cellpadding="3" style="border-collapse: collapse; text-align: center;"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>ha</td>
<td>na</td>
<td>ca</td>
<td>ra</td>
<td>ka</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ha_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ha Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cd/Jawa_Ha_Pasangan.png/60px-Jawa_Ha_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Na_Pasangan.png"><img alt="Jawa Na Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/63/Jawa_Na_Pasangan.png/60px-Jawa_Na_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ca_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ca Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3f/Jawa_Ca_Pasangan.png/60px-Jawa_Ca_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ra_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ra Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/69/Jawa_Ra_Pasangan.png/60px-Jawa_Ra_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ka_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ka Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bf/Jawa_Ka_Pasangan.png/60px-Jawa_Ka_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>da</td>
<td>ta</td>
<td>sa</td>
<td>wa</td>
<td>la</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Da_Pasangan.png"><img alt="Jawa Da Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c6/Jawa_Da_Pasangan.png/60px-Jawa_Da_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ta_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ta Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cb/Jawa_Ta_Pasangan.png/60px-Jawa_Ta_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Sa_Pasangan.png"><img alt="Jawa Sa Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/12/Jawa_Sa_Pasangan.png/60px-Jawa_Sa_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Wa_Pasangan.png"><img alt="Jawa Wa Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e8/Jawa_Wa_Pasangan.png/60px-Jawa_Wa_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_La_Pasangan.png"><img alt="Jawa La Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Jawa_La_Pasangan.png/60px-Jawa_La_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>pa</td>
<td>dha</td>
<td>ja</td>
<td>ya</td>
<td>nya</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pa_Pasangan.png"><img alt="Jawa Pa Pasangan.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d6/Jawa_Pa_Pasangan.png/40px-Jawa_Pa_Pasangan.png" width="40" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Dha_Pasangan.png"><img alt="Jawa Dha Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/25/Jawa_Dha_Pasangan.png/60px-Jawa_Dha_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ja_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ja Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4f/Jawa_Ja_Pasangan.png/60px-Jawa_Ja_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ya_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ya Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/10/Jawa_Ya_Pasangan.png/60px-Jawa_Ya_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nya_Pasangan.png"><img alt="Jawa Nya Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d8/Jawa_Nya_Pasangan.png/60px-Jawa_Nya_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>ma</td>
<td>ga</td>
<td>ba</td>
<td>tha</td>
<td>nga</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ma_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ma Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5c/Jawa_Ma_Pasangan.png/60px-Jawa_Ma_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ga_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ga Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c9/Jawa_Ga_Pasangan.png/60px-Jawa_Ga_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ba_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ba Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f5/Jawa_Ba_Pasangan.png/60px-Jawa_Ba_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Tha_Pasangan.png"><img alt="Jawa Tha Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5e/Jawa_Tha_Pasangan.png/60px-Jawa_Tha_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nga_Pasangan.png"><img alt="Jawa Nga Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2b/Jawa_Nga_Pasangan.png/60px-Jawa_Nga_Pasangan.png" width="60" /></a></td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><u><b><br /></b></u>
<u><b>TANDA BACA KONSONAN</b></u></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Terdapat dua macam tanda baca konsonan, yaitu tanda baca pengakhir konsonan (<i>sandhangan panyigeging wanda</i>) dan tanda baca penyisip konsonan (<i>sandhangan wyanjana</i>).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b>Tanda Baca Pengakhir Konsonan</b></span><br />
<table border="1" cellpadding="3"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0"><td>Panyangga</td>
<td>Cêcak</td>
<td>Wingyan</td>
<td>Layar</td>
<td>Pangkon</td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Cecak.png"><img alt="Jawa Cecak.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/58/Jawa_Cecak.png/60px-Jawa_Cecak.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Wignyan.png"><img alt="Jawa Wignyan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Jawa_Wignyan.png/60px-Jawa_Wignyan.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Layar.png"><img alt="Jawa Layar.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/70/Jawa_Layar.png/60px-Jawa_Layar.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pangkon.png"><img alt="Jawa Pangkon.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1a/Jawa_Pangkon.png/60px-Jawa_Pangkon.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>kaṃ</td>
<td>kang</td>
<td>kah</td>
<td>kar</td>
<td>-k</td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦀ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦁ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦃ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦂ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏ꧀</span></td></tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Catatan:</span><br />
<ul><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<li><i>Panyangga</i> biasanya hanya digunakan untuk silabel suci <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu" title="Hindu">Hindu</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Om" title="Om">Om</a>.</li>
<li><i>Pangkon</i> digunakan untuk menghilangkan vokal inheren suatu vokal, namun hanya digunakan pada <b>akhir kalimat</b>. Apabila sebuah konsonan tanpa vokal muncul ditengah kalimat, digunakan bentuk <i>pasangan</i> (lihat bagian <i>pasangan</i>).</li>
</span></ul>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"> <b>Tanda Baca Penyisip Konsonan</b>
</span><br />
<table border="1" cellpadding="3" style="border-collapse: collapse; text-align: center;">
<tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>Cakra</td>
<td>Keret</td>
<td>Pengkal</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Cakra.png"><img alt="Jawa Cakra.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5e/Jawa_Cakra.png/60px-Jawa_Cakra.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Keret.png"><img alt="Jawa Keret.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2f/Jawa_Keret.png/60px-Jawa_Keret.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pengkal.png"><img alt="Jawa Pengkal.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0f/Jawa_Pengkal.png/60px-Jawa_Pengkal.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>kra</td>
<td>kre</td>
<td>kya</td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦽ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦾ</span></td>
</tr>
</tbody></table>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">Catatan:</span><br />
<ul><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<li>Bentuk <i>cakra</i> yang ditunjukkan disini sebenarnya adalah bentuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ligatur" title="Ligatur">ligatur</a> yang telah menjadi standar.</li>
<li><i>Cakra</i> dan <i>pengkal</i> dapat digabungkan dengan tanda baca <i>suku</i>.</li>
</span></ul>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b><u>MURDA DAN MAHAPRANA </u></b></span><br />
Beberapa huruf Jawa memiliki bentuk <i>murda</i> yang hampir setara dengan huruf kapital pada huruf latin.<br />
Namun <i>murda</i> hanya digunakan untuk menuliskan nama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gelar" title="Gelar">gelar</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nama_diri" title="Nama diri">nama diri</a>, nama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi" title="Geografi">geografi</a>,
atau nama lembaga, tidak untuk awal kalimat.<br />
Apabila sebuah nama ingin
dikapitalisasi, suku kata pertamanya ditulis dengan aksara <i>murda</i>.<br />
Apabila tidak tersedia aksara <i>murda</i> untuk suku pertama, maka suku kata kedua yang dikapitalisasi.<br />
Apabila tidak tersedia aksara <i>murda</i>
untuk suku kata kedua, maka suku kata ketiga yang dikapitalisasi, dan
seterusnya.<br />
Jika diperlukan dan hurufnya tersedia, seluruh nama tersebut
dapat ditulis dengan <i>murda</i>.<br />
<br />
<table class="wikitable">
<caption>Aksara Murda</caption>
<tbody>
<tr>
<th colspan="1">Huruf dasar</th>
<th colspan="1">Pasangan</th>
<th colspan="1">Font</th>
<th colspan="1">Nama</th>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Na_Murda.png"><img alt="Jawa Na Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/89/Jawa_Na_Murda.png/60px-Jawa_Na_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Na_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Na Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Jawa_Na_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Na_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦟ</span></td>
<td>Na murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ca_murda.png"><img alt="Ca murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7c/Ca_murda.png/58px-Ca_murda.png" width="58" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ca_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ca Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ac/Jawa_Ca_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Ca_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦖ</span></td>
<td>Ca Murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ka_Murda.png"><img alt="Jawa Ka Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3e/Jawa_Ka_Murda.png/60px-Jawa_Ka_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ka_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ka Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/48/Jawa_Ka_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Ka_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦑ</span></td>
<td>Ka murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ta_Murda.png"><img alt="Jawa Ta Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/31/Jawa_Ta_Murda.png/60px-Jawa_Ta_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ta_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ta Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f7/Jawa_Ta_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Ta_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦡ</span></td>
<td>Ta murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Sa_Murda.png"><img alt="Jawa Sa Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/26/Jawa_Sa_Murda.png/60px-Jawa_Sa_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Sa_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Sa Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e2/Jawa_Sa_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Sa_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦯ</span></td>
<td>Sa murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pa_Murda.png"><img alt="Jawa Pa Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bc/Jawa_Pa_Murda.png/60px-Jawa_Pa_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pa_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Pa Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d2/Jawa_Pa_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Pa_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦦ</span></td>
<td>Pa murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nya_Murda.png"><img alt="Jawa Nya Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0a/Jawa_Nya_Murda.png/60px-Jawa_Nya_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Nya_murda_pasangan.png"><img alt="Nya murda pasangan.png" height="64" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c7/Nya_murda_pasangan.png/60px-Nya_murda_pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦘ</span></td>
<td>Nya murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ga_Murda.png"><img alt="Jawa Ga Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/82/Jawa_Ga_Murda.png/60px-Jawa_Ga_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ga_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ga Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Jawa_Ga_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Ga_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦓ</span></td>
<td>Ga murda</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ba_Murda.png"><img alt="Jawa Ba Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/45/Jawa_Ba_Murda.png/60px-Jawa_Ba_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ba_Murda_Pasangan.png"><img alt="Jawa Ba Murda Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/be/Jawa_Ba_Murda_Pasangan.png/60px-Jawa_Ba_Murda_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦨ</span></td>
<td>Ba murda</td>
</tr>
</tbody></table>
<i>Mahaprana</i> berarti "dibaca dengan hembusan besar". Huruf-huruf ini merepresentasikan bunyi yang digunakan dalam bahasa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Kuno" title="Jawa Kuno">Jawa Kuno</a>, namun tidak lagi dipakai dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa</a> modern. Karena ortografi yang tidak terdefinisi dengan baik, sebagian huruf <i>mahaprana</i> kadang dianggap sebagai huruf <i>murda</i>. </div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<table class="wikitable"><caption>Aksara Mahaprana</caption>
<tbody>
<tr>
<th colspan="1">Huruf dasar</th>
<th colspan="1">Pasangan</th>
<th colspan="1">Font</th>
<th colspan="1">Nama</th>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Sa_Gede.png"><img alt="Jawa Sa Gede.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/01/Jawa_Sa_Gede.png/60px-Jawa_Sa_Gede.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Sa_Gede_Pasangan.png"><img alt="Jawa Sa Gede Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cc/Jawa_Sa_Gede_Pasangan.png/60px-Jawa_Sa_Gede_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦰ</span></td>
<td>Sa mahaprana</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Dha_mahaprana.png"><img alt="Dha mahaprana.png" height="62" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bb/Dha_mahaprana.png/58px-Dha_mahaprana.png" width="58" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Dha_murda_pasangan.png"><img alt="Dha murda pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ab/Dha_murda_pasangan.png/60px-Dha_murda_pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦞ</span></td>
<td>Dha mahaprana</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Jha.png"><img alt="Jawa Jha.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0d/Jawa_Jha.png/60px-Jawa_Jha.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ja_mahaprana_pasangan.png"><img alt="Ja mahaprana pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/12/Ja_mahaprana_pasangan.png/60px-Ja_mahaprana_pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦙ</span></td>
<td>Ja mahaprana</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tha_mahaprana.1.png"><img alt="Tha mahaprana.1.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f6/Tha_mahaprana.1.png/60px-Tha_mahaprana.1.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tha_mahaprana_pasangan.png"><img alt="Tha mahaprana pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Tha_mahaprana_pasangan.png/60px-Tha_mahaprana_pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦜ</span></td>
<td>Tha mahaprana</td></tr>
</tbody></table>
<u><b> REKAN</b></u><br />
Kebanyakan bunyi yang tidak terdapat dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa</a> asli ditulis dengan huruf yang bunyinya mendekati ditambah tanda <i>cecak telu</i>.<br />
Huruf semacam ini disebut <i>rekan</i> atau <i>rekaan</i>, dan dapat dibagi menjadi dua jenis; <i>rekan</i> untuk menulis bunyi dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab" title="Bahasa Arab">bahasa Arab</a>, dan <i>rekan</i> untuk huruf latin dan bahasa-bahasa Eropa seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Belanda" title="Bahasa Belanda">bahasa Belanda</a>.<br />
<br />
Terdapat dua jenis <i>rekan</i> lainnya yang kurang dikenal, yakni <i>rekan</i> untuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda" title="Bahasa Sunda">bahasa Sunda</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Cina" title="Bahasa Cina">bahasa Cina</a>. Namun <i>rekan</i> untuk bahasa Cina sangat jarang ditemui, dan tidak diikut-sertakan dalam range <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" title="Unicode">Unicode</a>.<br />
<br />
<table class="wikitable"><caption>Rekan untuk Latin</caption>
<tbody>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_fa.png"><img alt="Rekan fa.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/6c/Rekan_fa.png/60px-Rekan_fa.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ka_sasak.png"><img alt="Ka sasak.png" height="59" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Ka_sasak.png/50px-Ka_sasak.png" width="50" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_va.png"><img alt="Rekan va.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1b/Rekan_va.png/60px-Rekan_va.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_za.png"><img alt="Rekan za.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Rekan_za.png/60px-Rekan_za.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦥ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦐ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦮ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦗ꦳</span></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>fa</td>
<td>qa</td>
<td>va</td>
<td>za</td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>fa</td>
<td>qa</td>
<td>va</td>
<td>za</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table class="wikitable"><caption>Rekan untuk bahasa Arab</caption>
<tbody>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_tsa.png"><img alt="Rekan tsa.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/60/Rekan_tsa.png/60px-Rekan_tsa.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_ha.png"><img alt="Rekan ha.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f8/Rekan_ha.png/60px-Rekan_ha.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_kha.png"><img alt="Rekan kha.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/72/Rekan_kha.png/60px-Rekan_kha.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_dza.png"><img alt="Rekan dza.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0e/Rekan_dza.png/60px-Rekan_dza.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_za.png"><img alt="Rekan za.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Rekan_za.png/60px-Rekan_za.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_sho.png"><img alt="Rekan sho.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/35/Rekan_sho.png/60px-Rekan_sho.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_dho.png"><img alt="Rekan dho.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0c/Rekan_dho.png/60px-Rekan_dho.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_tho.png"><img alt="Rekan tho.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/58/Rekan_tho.png/60px-Rekan_tho.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_zho.png"><img alt="Rekan zho.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/Rekan_zho.png/60px-Rekan_zho.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_a%27.png"><img alt="Rekan a'.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/70/Rekan_a%27.png/60px-Rekan_a%27.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_gho.png"><img alt="Rekan gho.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/34/Rekan_gho.png/60px-Rekan_gho.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_fa.png"><img alt="Rekan fa.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/6c/Rekan_fa.png/60px-Rekan_fa.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ka_sasak.png"><img alt="Ka sasak.png" height="59" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b1/Ka_sasak.png/50px-Ka_sasak.png" width="50" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦱ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦲ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦢ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦗ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦰ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦝ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦛ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦘ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦔ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦒ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦥ꦳</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦐ</span></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>tsa</td>
<td>ḥa</td>
<td>kha</td>
<td>dza</td>
<td>za</td>
<td>ṣa</td>
<td>ḍa</td>
<td>ṭa</td>
<td>ẓa</td>
<td>a'</td>
<td>gha</td>
<td>fa</td>
<td>qa</td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>θa</td>
<td>ħa</td>
<td>xa</td>
<td>ða</td>
<td>za</td>
<td>sˤa</td>
<td>ðˤa</td>
<td>tˤa</td>
<td>dˤa</td>
<td>ʔ</td>
<td>ɣa</td>
<td>fa</td>
<td>qa</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table class="wikitable"><caption>Rekan untuk bahasa Sunda</caption>
<tbody>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sundanese_nya.png"><img alt="Sundanese nya.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/00/Sundanese_nya.png/60px-Sundanese_nya.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pa_cerek_dirga.png"><img alt="Pa cerek dirga.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c2/Pa_cerek_dirga.png/60px-Pa_cerek_dirga.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nga_Lelet_Dirga.png"><img alt="Jawa Nga Lelet Dirga.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/57/Jawa_Nga_Lelet_Dirga.png/60px-Jawa_Nga_Lelet_Dirga.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦉꦴ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦋ</span></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>nya</td>
<td>reu</td>
<td>leu</td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>ɳa</td>
<td>rɤ</td>
<td>lɤ</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table class="wikitable"><caption>Rekan untuk bahasa Cina</caption>
<tbody>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_the.png"><img alt="Rekan the.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/ba/Rekan_the.png/60px-Rekan_the.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_se.png"><img alt="Rekan se.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/76/Rekan_se.png/60px-Rekan_se.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_nie.png"><img alt="Rekan nie.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b6/Rekan_nie.png/60px-Rekan_nie.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_hwe.png"><img alt="Rekan hwe.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/32/Rekan_hwe.png/60px-Rekan_hwe.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_yo.png"><img alt="Rekan yo.png" height="59" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7d/Rekan_yo.png/80px-Rekan_yo.png" width="80" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rekan_syo.png"><img alt="Rekan syo.png" height="56" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/66/Rekan_syo.png/75px-Rekan_syo.png" width="75" /></a></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>the</td>
<td>se</td>
<td>nie</td>
<td>hwe</td>
<td>yo</td>
<td>syo</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<u><b>LAINNYA</b></u><br />
<br />
<table class="wikitable"><caption>Huruf lainnya</caption>
<tbody>
<tr>
<th colspan="1">Basic letter</th>
<th colspan="1">Pasangan</th>
<th colspan="1">Font</th>
<th colspan="1">Nama</th>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ra_agung.png"><img alt="Ra agung.png" height="52" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cc/Ra_agung.png/60px-Ra_agung.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ra_agung_pasangan.1.png"><img alt="Ra agung pasangan.1.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d6/Ra_agung_pasangan.1.png/60px-Ra_agung_pasangan.1.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦬ</span></td>
<td>Ra agung</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pa_Cerek.png"><img alt="Jawa Pa Cerek.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/13/Jawa_Pa_Cerek.png/60px-Jawa_Pa_Cerek.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pa_Cerek_Pasangan.png"><img alt="Jawa Pa Cerek Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4e/Jawa_Pa_Cerek_Pasangan.png/60px-Jawa_Pa_Cerek_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦉ</span></td>
<td>Pa cerek</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nga_Lelet.png"><img alt="Jawa Nga Lelet.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/38/Jawa_Nga_Lelet.png/60px-Jawa_Nga_Lelet.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nga_Lelet_Pasangan.png"><img alt="Jawa Nga Lelet Pasangan.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1a/Jawa_Nga_Lelet_Pasangan.png/60px-Jawa_Nga_Lelet_Pasangan.png" width="60" /></a></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦊ</span></td>
<td>Nga lelet</td></tr>
</tbody></table>
<ul>
<li><i>Ra agung</i> digunakan untuk menulis nama orang yang dihormati, layaknya huruf <i>murda</i>. Namun huruf ini berada dalam kategorinya sendiri, dan tidak dilabeli <i>murda</i>.</li>
<li><i>Pa cerek</i> merepresentasikan silabel re, dan menggantikan setiap kombinasi ra + pepet.</li>
<li><i>Nga lelet</i> merepresentasikan silabel le, dan menggantikan setiap kombinasi la + pepet.</li>
</ul>
<u><b>VOKAL DASAR (AKSARA JAWA)</b></u> <br />
<i>Aksara swara</i> adalah huruf yang merepresentasikan sebuah bunyi
vokal mandiri, dimana terdapat lima untuk vokal dasar, tiga untuk vokal
panjang, dua untuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Diftong" title="Diftong">diftong</a>, dan satu variasi kuno dimasukkan ke range <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" title="Unicode">Unicode</a>.<br />
Setiap hurufnya memiliki bentuk sandhangan untuk mengubah vokal inheren konsonan, dengan pengecualian sandhangan <i>tarung</i>, <i>pêpêt</i> dan <i>tolong</i> yang tidak mempunyai bentuk huruf mandiri.<br />
<br />
Perlu diperhatikan bahwa huruf vokal mandiri dapat digantikan dengan
aksara "ha" sebagai konsonan kosong, diikuti dengan tanda baca vokal
yang sesuai.<br />
Bentuk vokal mandiri seperti pada tabel dibawah hanya
digunakan untuk menuliskan nama atau kata serapan, sementara untuk kata
asli <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa</a>, digunakan aksara "ha". Sebagai contoh, <i>anak</i> (anak) ditulis dengan aksara "ha" (<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦲꦤꦏ꧀</span>), begitu halnya <i>iwa</i> (ikan), dengan tambahan tanda baca vokal "i" (<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦲꦶꦮ</span>). Sementara itu, nama seperti <i>Ali</i> (<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦄꦭꦶ</span>) dan <i>Irawan</i> (<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦆꦫꦮꦤ꧀</span>) ditulis dengan bentuk vokal mandiri seperti pada tabel dibawah.<br />
<br />
<table border="1" cellpadding="3" style="border-collapse: collapse; text-align: center;"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>a</b></td>
<td><b>i</b></td>
<td><b>u</b></td>
<td><b>é</b></td>
<td><b>o</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/a/ atau /ɔ/</td>
<td>/i/</td>
<td>/u/</td>
<td>/e/ atau /ɛ/</td>
<td>/o/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_A.png"><img alt="Jawa A.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a6/Jawa_A.png/60px-Jawa_A.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_I.png"><img alt="Jawa I.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Jawa_I.png/60px-Jawa_I.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_U.png"><img alt="Jawa U.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/57/Jawa_U.png/60px-Jawa_U.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_E.png"><img alt="Jawa E.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/89/Jawa_E.png/60px-Jawa_E.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_O.png"><img alt="Jawa O.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/28/Jawa_O.png/60px-Jawa_O.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦄ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦆ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦈ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦌ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦎ</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table border="1" cellpadding="3" style="border-collapse: collapse; text-align: center;"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>aa</b></td>
<td><b>ii</b></td>
<td><b>uu</b></td>
<td><b>ai</b></td>
<td><b>au</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/aː/</td>
<td>/iː/</td>
<td>/uː/</td>
<td>/ai/</td>
<td>/au/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Aa.png"><img alt="Jawa Aa.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/86/Jawa_Aa.png/60px-Jawa_Aa.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ii.png"><img alt="Jawa Ii.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8f/Jawa_Ii.png/60px-Jawa_Ii.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Uu.png"><img alt="Jawa Uu.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f5/Jawa_Uu.png/60px-Jawa_Uu.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ee.png"><img alt="Jawa Ee.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/87/Jawa_Ee.png/60px-Jawa_Ee.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Oo.png"><img alt="Jawa Oo.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f4/Jawa_Oo.png/60px-Jawa_Oo.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦄꦴ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦇ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦈꦴ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦍ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦎꦴ</span></td></tr>
</tbody></table>
Catatan:<br />
<ul>
<li>Vokal panjang aa, ii, dan uu tidak diromanisasi dengan tanda baca macron.</li>
<li>Ai dan au masing-masing merepresentasikan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Diftong" title="Diftong">diftong</a> /ai/ dan /au/. Namun keduanya tidak dipakai dalam teks berbahasa Jawa karena <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa</a> tidak mengenal diftong. Kedua huruf ini berguna untuk mengtranskripsikan bahasa-bahasa seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia" title="Bahasa Indonesia">bahasa Indonesia</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu" title="Bahasa Melayu">Melayu</a>.</li>
</ul>
<b><u>TANDA BACA VOKAL</u></b> <br />
Disebut <i>sandhangan swara</i>, tanda baca ini dipakai sebagai
pengubah bunyi vokal dalam tulisan Jawa.<br />
Selain vokal yang terdapat pada
bentuk mandiri, terdapat beberapa <i>sandhangan</i> yang tidak mempunyai bentuk mandiri unik.<br />
<i>Sandhangan</i> tersebut adalah <i>tarung</i> yang memperpanjang vokal, <i>pepet</i> untuk vokal /ə/, dan <i>pepet-tarung</i> yang digunakan dalam penulisan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda" title="Bahasa Sunda">Sunda</a> untuk vokal /ɤ/.<br />
Tanpa <i>sandhangan</i>, sebuah konsonan dibaca dengan vokal inheren
/a/ atau /ɔ/. Untuk mengetahui kapan kedua vokal tersebut digunakan,
terdapat peraturan untuk menentukan vokal inheren yang dipakai sebuah
konsonan:<br />
<ul>
<li>Konsonan dibaca dengan vokal /ɔ/ apabila <b>huruf sebelumnya</b> memiliki <i>sandhangan swara</i>.</li>
<li>Konsonan dibaca dengan vokal /a/ apabila <b>huruf setelahnya</b> memiliki <i>sandhangan swara</i>.</li>
<li>Konsonan awal sebuah kata umumnya dibaca dengan vokal /ɔ/, dengan pengecualian apabila <b>dua huruf setelahnya</b> merupakan huruf dasar tanpa <i>sandhangan</i>, maka konsonan tersebut dibaca dengan vokal /a/.</li>
</ul>
<br />
<table border="1" cellpadding="3" style="border-collapse: collapse; text-align: center;"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>a</b></td>
<td><b>i</b></td>
<td><b>u</b></td>
<td><b>é</b></td>
<td><b>o</b></td>
<td><b>e</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/a/ atau /ɔ/</td>
<td>/i/</td>
<td>/u/</td>
<td>/e/ atau /ɛ/</td>
<td>/o/</td>
<td>/ə/</td>
</tr>
<tr>
<td>-</td>
<td>Wulu</td>
<td>Suku</td>
<td>Taling</td>
<td>Taling-tarung</td>
<td>Pepet</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Inherent_vowel_a.png"><img alt="Inherent vowel a.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/51/Inherent_vowel_a.png/60px-Inherent_vowel_a.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Wulu.png"><img alt="Jawa Wulu.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/98/Jawa_Wulu.png/60px-Jawa_Wulu.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Suku.png"><img alt="Jawa Suku.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fc/Jawa_Suku.png/60px-Jawa_Suku.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Taling.png"><img alt="Jawa Taling.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/54/Jawa_Taling.png/60px-Jawa_Taling.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Taling_Tarung.png"><img alt="Jawa Taling Tarung.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cd/Jawa_Taling_Tarung.png/60px-Jawa_Taling_Tarung.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pepet.png"><img alt="Jawa Pepet.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4a/Jawa_Pepet.png/60px-Jawa_Pepet.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦶ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦸ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦺ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦺꦴ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦼ</span></td></tr>
</tbody></table>
<table border="1" cellpadding="3"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0"><td><b>aa</b></td>
<td><b>ii</b></td>
<td><b>uu</b></td>
<td><b>ai</b></td>
<td><b>au</b></td>
<td><b>eu</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>/aː/</td>
<td>/iː/</td>
<td>/uː/</td>
<td>/ai/</td>
<td>/au/</td>
<td>/ɤ/</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Aa.png"><img alt="Jawa Aa.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/86/Jawa_Aa.png/60px-Jawa_Aa.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ii.png"><img alt="Jawa Ii.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8f/Jawa_Ii.png/60px-Jawa_Ii.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Uu.png"><img alt="Jawa Uu.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f5/Jawa_Uu.png/60px-Jawa_Uu.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ee.png"><img alt="Jawa Ee.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/87/Jawa_Ee.png/60px-Jawa_Ee.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Oo.png"><img alt="Jawa Oo.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f4/Jawa_Oo.png/60px-Jawa_Oo.png" width="60" /></a></td>
<td><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diacritic_tarung.png"><img alt="Diacritic tarung.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/77/Diacritic_tarung.png/60px-Diacritic_tarung.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diacritic_wulu_melik.png"><img alt="Diacritic wulu melik.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/33/Diacritic_wulu_melik.png/60px-Diacritic_wulu_melik.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diacritic_suku_mendut.png"><img alt="Diacritic suku mendut.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f9/Diacritic_suku_mendut.png/60px-Diacritic_suku_mendut.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diacritic_dirga_mure.png"><img alt="Diacritic dirga mure.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f8/Diacritic_dirga_mure.png/60px-Diacritic_dirga_mure.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diacritic_dirga_mure-tarung.png"><img alt="Diacritic dirga mure-tarung.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Diacritic_dirga_mure-tarung.png/60px-Diacritic_dirga_mure-tarung.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diacritic_pepet-tarung.png"><img alt="Diacritic pepet-tarung.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4a/Diacritic_pepet-tarung.png/60px-Diacritic_pepet-tarung.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦴ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦷ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦹ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦻ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦻꦴ</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦏꦼꦴ</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<u><b> ANGKA</b></u><br />
<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_angka" title="Sistem angka">Sistem angka</a> Jawa mempunyai numeralnya sendiri, yang hanya terdiri dari angka 0–9 sebagai berikut:<br />
<table border="1" cellpadding="3" style="border-collapse: collapse; text-align: center;"><tbody>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td><b>1</b></td>
<td><b>2</b></td>
<td><b>3</b></td>
<td><b>4</b></td>
<td><b>5</b></td>
<td><b>6</b></td>
<td><b>7</b></td>
<td><b>8</b></td>
<td><b>9</b></td>
<td><b>0</b></td>
</tr>
<tr bgcolor="#F0F0F0">
<td>siji</td>
<td>loro</td>
<td>telu</td>
<td>papat</td>
<td>lima</td>
<td>enem</td>
<td>pitu</td>
<td>wolu</td>
<td>sanga</td>
<td>nol</td>
</tr>
<tr>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_1.png"><img alt="Jawa 1.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0b/Jawa_1.png/60px-Jawa_1.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Nga_Lelet.png"><img alt="Jawa Nga Lelet.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/38/Jawa_Nga_Lelet.png/60px-Jawa_Nga_Lelet.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_3.png"><img alt="Jawa 3.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/14/Jawa_3.png/60px-Jawa_3.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_4.png"><img alt="Jawa 4.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/63/Jawa_4.png/60px-Jawa_4.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_5.png"><img alt="Jawa 5.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/81/Jawa_5.png/60px-Jawa_5.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_E.png"><img alt="Jawa E.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/89/Jawa_E.png/60px-Jawa_E.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_7.png"><img alt="Jawa 7.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ad/Jawa_7.png/60px-Jawa_7.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Pa_Murda.png"><img alt="Jawa Pa Murda.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bc/Jawa_Pa_Murda.png/60px-Jawa_Pa_Murda.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_Ya.png"><img alt="Jawa Ya.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2b/Jawa_Ya.png/60px-Jawa_Ya.png" width="60" /></a></td>
<td><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jawa_0.png"><img alt="Jawa 0.png" height="60" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a1/Jawa_0.png/60px-Jawa_0.png" width="60" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧑</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧒</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧓</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧔</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧕</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧖</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧗</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧘</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧙</span></td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧐</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Untuk menulis angka yang lebih besar dari 9, gabungkan dua angka atau lebih diatas seperti halnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Arab" title="Angka Arab">angka Arab</a>. Misal, 21 ditulis dengan menggabungkan 2 dan 1 menjadi; <span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧒꧑</span>. Dengan cara kerja yang sama, 90 ditulis dengan <span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧙꧐</span>.<br />
Beberapa angka Jawa memiliki bentuk yang sangat mirip dengan karakter silabel Jawa, semisal <span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧖</span> (6) dengan <span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦌ</span> (aksara e), dan <span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧗</span> (7) dengan <span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦭ</span> (la). Untuk menghindari kerancuan, angka yang muncul dalam teks ditandai dengan tanda <i>pada pangkat</i>, yang ditulis <b>sebelum</b> dan <b>setelah</b> angka. Misal, "Selasa 19 Maret 2013" ditulis dengan:<br />
<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦱꦼꦭꦱ ꧇꧑꧙꧇ ꦩꦉꦠ꧀ ꧇꧒꧐꧑꧓꧇</span><br />
Di beberapa kasus, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Arab" title="Angka Arab">angka Arab</a> menggantikan peran angka Jawa.<br />
<br />
<u><b>TANDA BACA </b></u><br />
Dengan diperkenalkannya tulisan Jawa baru, tanda baca (<i>pada</i>) baru juga diperkenalkan. Tanda baca dapat dibagi menjadi dua: umum dan khusus.<br />
<table class="wikitable"><caption>Pada umum</caption>
<tbody>
<tr>
<th colspan="1">Nama</th>
<th colspan="1">Gambar</th>
<th colspan="1">Font</th>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada adeg</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada adeg1.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5c/Pada_adeg1.png/50px-Pada_adeg1.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧊</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada adeg-adeg</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada adeg-adeg1.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Pada_adeg-adeg1.png/50px-Pada_adeg-adeg1.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧋</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada lingsa</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada lungsi.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/93/Pada_lungsi.png/50px-Pada_lungsi.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧈</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada lungsi</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada lingsa.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/85/Pada_lingsa.png/50px-Pada_lingsa.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧉</span></td></tr>
</tbody></table>
<ul>
<li><i>Pada adeg</i>. Berfungsi sama seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_kurung" title="Tanda kurung">tanda kurung</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_petik" title="Tanda petik">petik</a> (<i>pada piseleh</i> juga dapat digunakan),</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada adeg-adeg</i>. Mengawali suatu paragraf,</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada lingsa</i>. Berfungsi sama seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Koma" title="Koma">koma</a>, dan</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada lungsi</i>. Berfungsi sama seperti <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Titik" title="Titik">titik</a>.</li>
</ul>
Terdapat dua peraturan khusus mengenai penggunaan koma.<br />
1. Koma tidak ditulis setelah kata yang berujung <i>pangkon</i>.<br />
2. Koma menjadi titik apabila tetap ditulis setelah <i>pangkon</i>.<br />
<br />
<table class="wikitable"><caption>Pada khusus</caption>
<tbody>
<tr>
<th colspan="1">Nama</th>
<th colspan="1">Gambar</th>
<th colspan="1">Font</th>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada luhur</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada luhur.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/91/Pada_luhur.png/50px-Pada_luhur.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧅</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada madya</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada madya.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f2/Pada_madya.png/50px-Pada_madya.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧄</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada andhap</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada andap.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c2/Pada_andap.png/50px-Pada_andap.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧃</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada guru</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada guru.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e2/Pada_guru.png/50px-Pada_guru.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧋꧆꧋</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Pada pancak</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Pada pancak.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0a/Pada_pancak.png/50px-Pada_pancak.png" width="50" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧉꧆꧉</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Purwa pada</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Purwa pada1.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d2/Purwa_pada1.png/155px-Purwa_pada1.png" width="155" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧅ ꦧ꧀ꦕ ꧅</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Madya pada</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Madya pada.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f9/Madya_pada.png/155px-Madya_pada.png" width="155" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧅ ꦟ꧀ꦢꦿ ꧅</span></td>
</tr>
<tr align="center">
<td>Wasana pada</td>
<td><div class="center">
<div class="floatnone">
<img alt="Wasana pada.png" height="40" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cd/Wasana_pada.png/155px-Wasana_pada.png" width="155" /></div>
</div>
</td>
<td><span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">꧅ ꦆ ꧅</span></td></tr>
</tbody></table>
<ul>
<li><i>Rerengan</i>. Menandakan judul;</li>
</ul>
Tanda baca yang berhubungan dengan surat-menyurat<br />
<ul>
<li><i>Pada luhur</i>. Mengawali sebuah surat untuk orang yang lebih tua atau berderajat lebih tinggi;</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada madya</i>. Mengawali sebuah surat untuk orang yang sebaya atau berderajat sama;</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada andhap</i>. Mengawali sebuah surat untuk orang yang lebih muda atau berderajat lebih rendah;</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada guru</i>. Mengawali sebuah surat tanpa membedakan umur atau derajat;</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada pancak</i>. Mengakhiri surat;</li>
</ul>
Tanda baca yang berhubungan dengan tembang dan puisi<br />
<ul>
<li><i>Purwa pada</i>. Mengawali sebuah tembang/puisi;</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Madya pada</i>. Memulai bait baru dalam sebuah tembang/puisi;</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Wasana pada</i>. Mengakhiri suatu tembang/puisi.</li>
</ul>
Tanda baca khusus berasal dari naskah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton" title="Keraton">keraton</a>
yang sangat dekoratif, sehingga bentuknya lebih rumit dibanding tanda
baca umum. Tanda baca ini juga umum bersifat ornamental, dihias
berdasarkan selera dan kemampuan penulis, karena itu berbagai varian
dapat ditemukan dalam naskah Jawa.<br />
Terdapat juga beberapa tanda baca yang tidak dikategorikan dalam dua <i>pada</i> tersebut:<br />
<ul>
<li><i>Tirta tumétés</i> dan <i>isen-isen</i>, serta</li>
</ul>
<ul>
<li><i>Pada rangkep</i>.</li>
</ul>
<i>Tirta tumétés</i> dan <i>Isen-isen</i> memiliki fungsi unik yang
sekarang tidak ditemukan lagi dalam ortografi Jawa modern. Apabila
terjadi kesalahan penulisan di sebuah teks Jawa, bagian yang salah
diberikan salah satu dari dua tanda perbaikan diatas sebanyak tiga kali.
<i>Tirta tumetes</i> digunakan oleh penulis <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakarta" title="Yogyakarta">Yogyakarta</a>, sementara <i>Isen-isen</i> digunakan oleh penulis <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surakarta" title="Surakarta">Surakarta</a>. Sebagai contoh, seorang penulis dari Yogyakarta ingin menulis <i>pada luhur</i> namun salah tulis menjadi <i>pada wu...</i>, maka akan ditulis:<br />
<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦥꦢꦮꦸ꧞꧞꧞ꦭꦸꦲꦸꦂ</span><br />
<i>Pada wu---luhur</i><br />
Penulis dari Surakarta akan menulis:<br />
<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꦥꦢꦮꦸ꧟꧟꧟ꦭꦸꦲꦸꦂ</span><br />
<br />
<i>Pangrangkep</i> pada dasarnya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Arab" title="Angka Arab">angka Arab</a> dua (٢) yang menandakan kata berulang. Dari segi bentuk, angka arab dua (٢) dan <i>pangrangkep</i> (<span lang="jv" style="font-family: Adjisaka, Tuladha Jejeg, JG Aksara Jawa; font-size: 24px;">ꧏ</span>)
sama persis. Kedua karakter ini dibedakan agar tidak terjadi rendering
penulisan dwi-arah, mengingat Jawa ditulis dari kiri ke kanan dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abjad_Arab" title="Abjad Arab">Arab</a>
ditulis dari kanan ke kiri. Menariknya, metode menggunakan angka untuk
menandakan kata berulang masih sering terlihat dalam bahasa tertulis
masa kini, seperti "hati2" atau "anak2". Metode ini bahkan masih resmi
pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik" title="Ejaan Republik">ejaan Republik</a> hingga akhirnya dihilangkan pada <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/EYD" title="EYD">EYD</a> tahun 1972.<br />
<br />
<u><b>URUTAN HURUF</b></u> <br />
Urutan paling umum dalam aksara Jawa adalah urutan <i>hanacaraka</i>, dimana 20 huruf dasar disusun membentuk puisi atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangram" title="Pangram">pangram</a> sempurna, sebagai berikut; <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDMpUyQGaw_XK1T___kZ7hplbGRy8Py-CuC9MthXVperZw_1e1SkcRuT19I8YzvUasnB5FgCrliGyK07r80HSk5I6R3q7Ody1-RmmSi77LhG4HygnSChECiW4sXva79w_pZY2SW9yVarM/s1600/aksara_jawa.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDMpUyQGaw_XK1T___kZ7hplbGRy8Py-CuC9MthXVperZw_1e1SkcRuT19I8YzvUasnB5FgCrliGyK07r80HSk5I6R3q7Ody1-RmmSi77LhG4HygnSChECiW4sXva79w_pZY2SW9yVarM/s320/aksara_jawa.gif" width="320" /></a></div>
yang penerjemahannya sebagai berikut:<br />
<i>Hana caraka</i> <b>Terdapat dua utusan/pembawa pesan</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT10vKpwsCnD_iKcHhOIXgI2G5Js8m4-fobI5GVVAPgFGj4pZpLM1W_-l2T-ldFDbccyP_HGMa6rFogglqZ9it5ryMZvO3Khcc4f4_FC9Qj1cQX33fFDBolAYj8KIrwLehvZHK-CVX1bc/s1600/800px-Hanacaraka_legend_1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT10vKpwsCnD_iKcHhOIXgI2G5Js8m4-fobI5GVVAPgFGj4pZpLM1W_-l2T-ldFDbccyP_HGMa6rFogglqZ9it5ryMZvO3Khcc4f4_FC9Qj1cQX33fFDBolAYj8KIrwLehvZHK-CVX1bc/s320/800px-Hanacaraka_legend_1.png" width="320" /></a></div>
<br />
<i>data sawala</i> <b>Yang berbeda pendapat</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxLhrtLnIYUPOlYm41zw-1Uo7mrzYz2sKgHsKoTOeAzIhOYfjXjFCBiK2aScunloB-iViNN8F08yqNwQ80opmz7qHalmEmq8Yo5kH0elsfNycuCnPD4d6rZ7oXU5WNMzc2ZXjT-vUiT4E/s1600/789px-Hanacaraka_legend_2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxLhrtLnIYUPOlYm41zw-1Uo7mrzYz2sKgHsKoTOeAzIhOYfjXjFCBiK2aScunloB-iViNN8F08yqNwQ80opmz7qHalmEmq8Yo5kH0elsfNycuCnPD4d6rZ7oXU5WNMzc2ZXjT-vUiT4E/s320/789px-Hanacaraka_legend_2.png" width="320" /></a></div>
<br />
<i>padha jayanya</i> <b>(Mereka berdua) sama kuat(jaya)nya</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFCBEPVCeUNKEcD9ynpPwhLFqZc311uLQHT6znDMpbAvKt4eSLrBS88gAz1a2sR9hF8tuSrkHd1Qc4Att7qHSaJ6tvLkHelx41k8lYaMnVlPVnBrVytbgb5FjZG_HsHp-F2kOaaanY5K8/s1600/800px-Hanacaraka_legend_3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFCBEPVCeUNKEcD9ynpPwhLFqZc311uLQHT6znDMpbAvKt4eSLrBS88gAz1a2sR9hF8tuSrkHd1Qc4Att7qHSaJ6tvLkHelx41k8lYaMnVlPVnBrVytbgb5FjZG_HsHp-F2kOaaanY5K8/s320/800px-Hanacaraka_legend_3.png" width="320" /></a></div>
<br />
<i>maga bathanga</i> <b>Inilah mayat mereka.</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyP4PtRgD6O5N20wKgFJKcGKGc_1KlC18oD0q65iWiOHbdZJpDUAVY8W9uHI5P5serGA_rTUL9LPe37iEtLcIH4F5JOPXyGcSJoqoZnCc9wbMDIiu0f6b3F9FrJ-2ddNhIDFZ_emqdeLc/s1600/800px-Hanacaraka_legend_4.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyP4PtRgD6O5N20wKgFJKcGKGc_1KlC18oD0q65iWiOHbdZJpDUAVY8W9uHI5P5serGA_rTUL9LPe37iEtLcIH4F5JOPXyGcSJoqoZnCc9wbMDIiu0f6b3F9FrJ-2ddNhIDFZ_emqdeLc/s320/800px-Hanacaraka_legend_4.png" width="320" /></a></b></div>
<br />
<br />
Puisi ini menceritakan tentang tokoh legendaris <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aji_Saka" title="Aji Saka">Aji Saka</a></i> dan awal mula terciptanya aksara Jawa<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-4">[4]</a></sup>.<br />
Aksara Jawa juga dapat disusun secara fonetis mengikuti kaidah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panini" title="Panini">Panini</a>. Urutan ini dipakai untuk mengatur aksara Jawa di periode Hindu-Buddha, ketika aksara tersebut sering dipakai dalam terjemahan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sansekerta" title="Sansekerta">Sansekerta</a>, dan sekarang masih dipakai sebagai urutan aksara Jawa dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" title="Unicode">Unicode</a>. Dengan urutan ini, setiap huruf dapat mewakili bunyi unik yang digunakan dalam bahasa Jawa kuno. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa" title="Bahasa Jawa">bahasa Jawa modern</a>
memiliki bunyi yang lebih sedikit, terutama konsonan teraspirasi,
karena itu beberapa huruf tidak dipakai lagi dan beberapa digunakan
sebagai huruf kapital (lihat bagian <i>murda</i> dan <i>mahaprana</i>).</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<br />
<b><u>GAYA PENULISAN (GAGRAG)</u></b><br />
Berdasarkan <b>Bentuk aksara</b> Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 3 yakni:<br />
<ul>
<li>Ngetumbar</li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6WsccXLLq1T6EtEVrETqB8Lr8nRqwhisGNuPtAk2QOF4h36bdq4bgb-jC8ZxQOP7BF9GSHVfYrrNO9tKDn1p9MjqiyaSXj9t-TMWF2Aa4B9UCjm2CtspXhXEFD5sHpJ4jO9RMO0QgSIo/s1600/Aj-ngtmbr.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6WsccXLLq1T6EtEVrETqB8Lr8nRqwhisGNuPtAk2QOF4h36bdq4bgb-jC8ZxQOP7BF9GSHVfYrrNO9tKDn1p9MjqiyaSXj9t-TMWF2Aa4B9UCjm2CtspXhXEFD5sHpJ4jO9RMO0QgSIo/s320/Aj-ngtmbr.png" width="320" /></a></div>
*Mbata sarimbag</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9snBeeqgOCRbJopF3Lom6VJMugDE5Wk93pUCXAx4RMuwOeFr3xW2DA-eNzTtmq7B2jzhkcvJZcf6BeahJbmCE3BmGKx7wz17263-vyo9hCEMYHrMq9tezguzf0cTLyp3xf5xiLTSI9b0/s1600/Aj-bs.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9snBeeqgOCRbJopF3Lom6VJMugDE5Wk93pUCXAx4RMuwOeFr3xW2DA-eNzTtmq7B2jzhkcvJZcf6BeahJbmCE3BmGKx7wz17263-vyo9hCEMYHrMq9tezguzf0cTLyp3xf5xiLTSI9b0/s320/Aj-bs.png" width="320" /></a></div>
Berdasarkan <b>Daerah Asal</b> Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :</div>
<div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
1. Jogyakarta</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwP4zLvXw70dMPK8gJAHWeKfbtfiwSAZxP7yIUm1XFJjY0VXKgv2QHlq_0exrDtmPZa0bAG5m2QLd_3uuz_CIxNR4WOgENiQVcU9PlX7mAh8WY0k0NkKl_laG5Z8Szvl3w4_jicE3pBgE/s1600/Aj-jogja.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwP4zLvXw70dMPK8gJAHWeKfbtfiwSAZxP7yIUm1XFJjY0VXKgv2QHlq_0exrDtmPZa0bAG5m2QLd_3uuz_CIxNR4WOgENiQVcU9PlX7mAh8WY0k0NkKl_laG5Z8Szvl3w4_jicE3pBgE/s320/Aj-jogja.png" width="320" /></a></div>
2. Surakarta</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOFm5-_MbQUTy51voBrY9whZM_zEN5OZpGV-OBxqbVGkbjYK_Z7XAzWbQCHNnjP8ZpBR4a9u8wwyeTE6bjrHOhbmpeJaDx7M71GNwiT7vWbUFX2ECazK7qVsbaH5lKH9Lwk-TnefUTyXg/s1600/Aj-solo.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOFm5-_MbQUTy51voBrY9whZM_zEN5OZpGV-OBxqbVGkbjYK_Z7XAzWbQCHNnjP8ZpBR4a9u8wwyeTE6bjrHOhbmpeJaDx7M71GNwiT7vWbUFX2ECazK7qVsbaH5lKH9Lwk-TnefUTyXg/s320/Aj-solo.png" width="320" /></a></div>
3. Lainnya<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn2hvZ11Wf0z5UtZvo0zFsI-nlBM0W8oN0VePdmr-snSdhDXvs-O6VOgcSN8VvCvDeH-w30lkNMZbhYVx55-oJnkKR5QIpokyXGLVB42r0gB024WyhVb0kYwOlVfLDsU_9xVOaHhVGhcE/s1600/Carakan_Gagrag_Linge.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn2hvZ11Wf0z5UtZvo0zFsI-nlBM0W8oN0VePdmr-snSdhDXvs-O6VOgcSN8VvCvDeH-w30lkNMZbhYVx55-oJnkKR5QIpokyXGLVB42r0gB024WyhVb0kYwOlVfLDsU_9xVOaHhVGhcE/s320/Carakan_Gagrag_Linge.png" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsh-klXrD2tAeQuy8-YcWVa-JoeS112LLqNork8a9jXkIfpmtXk-6MkcUZp9x8i3lvuiHuk6-zeaYXwoV4HcgC-_bMpQNG68WNbUCNABQbNvs8ZT462PEieDUW6mEDQCJHwFWEqdCv8T4/s1600/Carakan_Gagrag_Pujakesuma.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsh-klXrD2tAeQuy8-YcWVa-JoeS112LLqNork8a9jXkIfpmtXk-6MkcUZp9x8i3lvuiHuk6-zeaYXwoV4HcgC-_bMpQNG68WNbUCNABQbNvs8ZT462PEieDUW6mEDQCJHwFWEqdCv8T4/s320/Carakan_Gagrag_Pujakesuma.png" width="320" /></a></div>
<div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
4. Aksara Bali<br />
<div class="center">
<div class="floatnone">
<div class="center">
<div class="floatnone">
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hanacaraka-bali.svg" title="Hanacaraka gaya Bali"><img alt="Hanacaraka gaya Bali" height="121" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/07/Hanacaraka-bali.svg/370px-Hanacaraka-bali.svg.png" width="370" /></a></div>
</div>
<div class="center">
<b><u>UNICODE</u></b></div>
<a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hanacaraka-jawa.svg" title="Hanacaraka gaya Jawa"></a></div>
</div>
Pada pertengahan tahun 1993 dan Maret 1998, Jeroen Hellingman mengajukan proposal untuk mendaftarkan aksara Jawa ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" title="Unicode">Unicode</a>. Selanjutnya sekitar 2002, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jason_Glavy&action=edit&redlink=1" title="Jason Glavy (halaman belum tersedia)">Jason Glavy</a> membuat "<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Font" title="Font">font</a>" aksara Jawa<sup class="reference" id="cite_ref-9"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-9">[9]</a></sup>
yang diedarkan secara bebas dan juga mengajukan proposal ke Unicode.
Namun kedua proposal ini tidak diterima, dan baru sejak awal 2005
dilakukan usaha bertahap yang nyata untuk mengintegrasikan aksara Jawa
ke dalam Unicode setelah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Michael_Everson&action=edit&redlink=1" title="Michael Everson (halaman belum tersedia)">Michael Everson</a> membuat suatu <i>code table</i> sementara untuk didaftarkan. Kelambatan ini terjadi karena kurangnya dukungan dari masyarakat pengguna aksara Jawa.<br />
Pada Kongres Bahasa Jawa (KBJ) IV 2006, mulai terhimpun dukungan dari
masyarakat pengguna serta usaha untuk meregistrasi aksara Jawa dalam
standar Unicode mulai intensif dilaksanakan. Tim khusus Registrasi
Unicode aksara Jawa berhasil dibentuk dengan dikomandani oleh <a class="external text" href="http://ganeshana.org/" rel="nofollow">Hadiwaratama/Hadi Waratama</a> (Bandung), Ki <a class="external text" href="http://ki-demang.com/" rel="nofollow">Sudarto HS</a>/Ki
Demang Sokowaten (Jakarta) dan Ki Bagiono Sumbogo/Djokosumbogo
(Jakarta). Kerja keras selama kurang lebih 3 tahun ini akhirnya
membuahkan hasil dengan telah diterimanya aksara Jawa sebagai aksara
yang diakui dalam standar Unicode versi 5.2 (tergabung dalam Amandemen
6) yang keluar pada tanggal 1 Oktober 2009.<sup class="reference" id="cite_ref-10"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-10">[10]</a></sup>
Dalam pernyataan resmi di situs Unicode, disebutkan orang-orang yang
terlibat dalam upaya penstandaran aksara Jawa ini adalah: Bagiono
Djokosumbogo, Michael Everson (teknis), Hadiwaratama (ketua tim), Donny
Harimurti, Sutadi Purnadipura, dan Ki Demang Sokowaten. <sup class="reference" id="cite_ref-11"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-11">[11]</a></sup><sup class="reference" id="cite_ref-12"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-12">[12]</a></sup><br />
Sebenarnya dalam aksara-aksara Nusantara, aksara Jawa merupakan yang
ke-5 untuk diakui Unicode, setelah aksara Bugis, aksara Bali (keduanya
sejak 5.0<sup class="reference" id="cite_ref-13"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-13">[13]</a></sup><sup class="reference" id="cite_ref-14"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-14">[14]</a></sup>), aksara Rejang dan aksara Sunda (keduanya sejak 5.1<sup class="reference" id="cite_ref-15"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa#cite_note-15">[15]</a></sup>) telah diakui. Dibandingkan dengan aksara Bali (aksara Nusantara lain dengan kompleksitas yang sama dilihat dari segi <i>rendering</i>) aksara Jawa perlu waktu pengembangan yang lebih lama hingga akhirnya diterima dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unicode" title="Unicode">Unicode</a>.<br />
<br />
dari Wikipedia Indonesia<br />
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-39591921305029788852013-07-25T23:36:00.000+07:002013-07-31T21:33:23.574+07:00Asal Usul Sejarah Bendera INDONESIA (Sang Saka Merah Putih)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC3OOkPa3FpUgVoU4aR8i4r12kmvkDpjGchgtJ-aIDkQqE1ySZf__6TeY1Q1yZepES6cawJPPfFRvghTKxWjNPmUab2bYeC8hdXhNVLr6uF_jThP3t6fVhGLFZWwgdSlDIGKufwrS9VOQ/s1600/bendera.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="302" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC3OOkPa3FpUgVoU4aR8i4r12kmvkDpjGchgtJ-aIDkQqE1ySZf__6TeY1Q1yZepES6cawJPPfFRvghTKxWjNPmUab2bYeC8hdXhNVLr6uF_jThP3t6fVhGLFZWwgdSlDIGKufwrS9VOQ/s320/bendera.png" width="320" /></a></div>
<b>Bendera Negara Republik Indonesia</b>, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah <b>Sang Saka Merah Putih</b>, <b>Sang Merah Putih</b>, <b>Merah Putih</b>, atau kadang disebut <b>Sang Dwiwarna</b>
(dua warna).<br />
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi
panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian
atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya
berukuran sama.<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>ASAL USUL SEJARAH BENDERA INDONESIA</b></u></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtVOmugaTHMwaUM21RfQzU9QbYh6pMQXovdP1csp_cs21P7ED73m5KknIClQfsXJCgCA9I8R_xxv3dpzVDVt0DejcFkFkQzWNrQEOo3yATnBRoCVc52pyJ46wUpZlKiW_6dhCQ8APGerI/s1600/Naval_Jack_of_Indonesia.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtVOmugaTHMwaUM21RfQzU9QbYh6pMQXovdP1csp_cs21P7ED73m5KknIClQfsXJCgCA9I8R_xxv3dpzVDVt0DejcFkFkQzWNrQEOo3yATnBRoCVc52pyJ46wUpZlKiW_6dhCQ8APGerI/s320/Naval_Jack_of_Indonesia.svg.png" width="320" /></a></div>
Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13.<br />
Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan putih
dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Austronesia" title="Austronesia"></a>
mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan
warna merah (tanah) dan putih (langit).<br />
Karena hal inilah maka warna
merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia — dari
Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madagaskar" title="Madagaskar"></a>.<br />
Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan.<br />
Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pararaton" title="Pararaton"></a>; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayakatwang" title="Jayakatwang"></a> dari Gelang-gelang mengibarkan Panji<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panji" title="Panji"></a> berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singhasari" title="Singhasari"></a>.<br />
Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kediri" title="Kerajaan Kediri"></a>.<br />
Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik
pewarnaan tekstil di Indonesia purba.<br />
Warna putih adalah warna alami
kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat
pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pohon_jati" title="Pohon jati"></a>, bunga belimbing wuluh<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belimbing_wuluh" title="Belimbing wuluh"></a> (<i>Averrhoa bilimbi</i>), atau dari kulit buah manggis<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manggis" title="Manggis"></a>.<br />
<br />
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera
merah putih sebagai lambang kebesaran.<br />
Sebelum Majapahit, kerajaan
Kediri telah memakai panji-panji merah putih.<br />
Selain itu, bendera perang
Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih
sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan
dasar merah menyala dan putih.<br />
Warna merah dan putih ini adalah bendera
perang Sisingamangaraja XII.<br />
Dua pedang kembar melambangkan piso gaja
dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.<br />
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan
bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di
bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan
bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.<br />
Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka,
bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan
Bone.<br />
Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.<br />
Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung
warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit. <br />
<br />
Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai
panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.<br />
Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan
kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme
terhadap Belanda<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda"></a>.<br />
Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa"></a>
pada tahun 1928.<br />
Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu
dilarang digunakan.<br />
Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustus_1945" title="17 Agustus 1945"></a>, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><u><b>ASAL USUL SEJARAH LENGKAP</b></u></span> <br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Dalam
sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada
tahun 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan
Kertanegara dari Singosari (1222-1292).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"> Sejarah itu disebut dalam
tulisan bahwa </span></span>Jawa kuno yang memakai tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Mpu
Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan
tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja
pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit
tahun 1350-1389 M. Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada
kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu
bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan
gambar buah meja yang berwarna merah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"> Atas dasar uraian itu, bahwa dalam
kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang
dimuliakan.</span></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Dalam
suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari
kitab yang lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna
Merah Putih Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman
kerajaan Melayu Minangkabau dalam abad ke 14, ketika Maharaja
Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang
(yang menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna
Hitam = warna adat Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih
dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Di Kraton Solo terdapat
pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra
Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Dalam
babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123)
disebutkan bahwa Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Tentaranya bernaung di bawah bendera Merah. Sultan Agung memerintah
tahun 1613-1645.</span></span> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"></span></div>
<span style="background-color: white;"></span><br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Di
bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah
putih. </span></span><br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Antara lain, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak
pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar
pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna
merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. </span></span><br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Dua
pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja
Sisingamangaraja I-XII.</span></span><br />
<br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"></span></span></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan
bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di
bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan
bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.</div>
<span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka,
bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan
Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambang keberanian, kewiraan sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.</div>
</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Bendera
Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia
mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng
ditengah-tengahnya. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu
juga digunakan untuk nama majalah yang diterbitkan.</span> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">Pada
tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923
untuk memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa.
Kulit buku peringatan itu bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia
(PNI) yang mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. </div>
<div style="text-align: justify;">
PNI mengibarkan bendera
Merah Putih kepala banteng.</div>
</span><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera
merah putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia
Muda di Jakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di
seluruh kepulauan Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Pada
tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang
pertama dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Dalam
UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah
Negara kesatuan yang berbentuk Republik. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Dalam UUD 1945 pasal 35
ditetapkan pula bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Dengan demikian , sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang Merah Putih
merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Sang
Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah
Putih negara Indonesia. </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera
Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Tetapi
selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan
kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara
bendera.</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Bendera
pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun
1944. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan
bendera tersebut adalah kain wool dari London yang diperoleh dari
seorang Jepang. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk
membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan
keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Sejak tahun 1946 sampai dengan
1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun
kemerdekaan RI. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan
lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Bendera itu sempat
sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Lalu ada bolong-bolong
kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan,
hitam, dan putih. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun
sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.</span></span> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Setelah
tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun
kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. </span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;">Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari
dalam kotak penyimpanannya.</span></span> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="font-size: large;"><u><b>ASAL USUL SEJARAH ARTI WARNA BENDERA INDONESIA</b></u></span> </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis.<br />
Merah berarti berani,
putih berarti suci.<br />
Merah melambangkan raga manusia, sedangkan putih
melambangkan jiwa manusia.<br />
Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan
jiwa dan raga manusia untuk membangun Indonesia.<br />
<br />
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan
putih mengandung makna yang suci.<br />
Warna merah mirip dengan warna gula
jawa (gula aren) dan warna putih mirip dengan warna nasi.<br />
Kedua bahan
ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Indonesia" title="Masakan Indonesia"></a>, terutama di pulau Jawa.<br />
Ketika Kerajaan majapahit<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Majapahit" title="Kerajaan Majapahit"></a>
berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan
putih (umbul-umbul abang putih).<br />
Sejak dulu warna merah dan putih ini
oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna
merah sebagian.<br />
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak
bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah
ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah,
yang ditanam di gua garba.<br />
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"> </span></span></span></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"><span style="font-size: large;"><u><b>PERATURAN TENTANG BENDERA INDONESIA MERAH PUTIH</b></u></span></span></div>
</div>
<span style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, 'DejaVu Sans Condensed', sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: start;"></span>Bendera negara diatur menurut UUD '45 pasal 35<sup class="reference" id="cite_ref-9"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia#cite_note-9"></a></sup>, UU No 24/2009, dan Peraturan Pemerintah<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_Pemerintah" title="Peraturan Pemerintah"></a> No.40/1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<sup class="reference" id="cite_ref-11"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia#cite_note-11"></a></sup>
Bendera Negara dibuat dari kain yang warnanya tidak luntur dan dengan ketentuan ukuran:<br />
<ol>
<li>200 cm x 300 cm untuk penggunaan di lapangan istana kepresidenan;</li>
<li>120 cm x 180 cm untuk penggunaan di lapangan umum;</li>
<li>100 cm x 150 cm untuk penggunaan di ruangan;</li>
<li>36 cm x 54 cm untuk penggunaan di mobil Presiden dan Wakil Presiden;</li>
<li>30 cm x 45 cm untuk penggunaan di mobil pejabat negara;</li>
<li>20 cm x 30 cm untuk penggunaan di kendaraan umum;</li>
<li>100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kapal;</li>
<li>100 cm x 150 cm untuk penggunaan di kereta api;</li>
<li>30 cm x 45 cm untuk penggunaan di pesawat udara;dan</li>
<li>10 cm x 15 cm untuk penggunaan di meja.</li>
</ol>
Pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara matahari terbit hingga matahari terbenam.<br />
Dalam keadaan tertentu, dapat dilakukan pada malam hari.<br />
Bendera Negara wajib dikibarkan pada setiap peringatan Hari
Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus oleh warga negara yang
menguasai hak penggunaan rumah, gedung atau kantor, satuan pendidikan,
transportasi umum, dan transportasi pribadi di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan di kantor perwakilan Republik Indonesia
di luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bendera Negara wajib dikibarkan setiap hari di:<br />
<ol>
<li>Istana Presiden dan Wakil Presiden;</li>
<li>gedung atau kantor lembaga negara;</li>
<li>gedung atau kantor lembaga pemerintah;</li>
<li>gedung atau kantor lembaga pemerintah nonkementerian;</li>
<li>gedung atau kantor lembaga pemerintah daerah;</li>
<li>gedung atau kantor dewan perwakilan rakyat daerah;</li>
<li>gedung atau kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;</li>
<li>gedung atau halaman satuan pendidikan;</li>
<li>gedung atau kantor swasta;</li>
<li>rumah jabatan Presiden dan Wakil Presiden;</li>
<li>rumah jabatan pimpinan lembaga negara;</li>
<li>rumah jabatan menteri;</li>
<li>rumah jabatan pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian;</li>
<li>rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat;</li>
<li>gedung atau kantor atau rumah jabatan lain;</li>
<li>pos perbatasan dan pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;</li>
<li>lingkungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia; dan</li>
<li>taman makam pahlawan nasional.</li>
</ol>
Bendera Negara sebagai penutup peti atau usungan jenazah dapat
dipasang pada peti atau usungan jenazah Presiden atau Wakil Presiden,
mantan Presiden atau mantan Wakil Presiden, anggota lembaga negara,
menteri atau pejabat setingkat menteri, kepala daerah, anggota dewan
perwakilan rakyat daerah, kepala perwakilan diplomatik, anggota Tentara
Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Republik Indonesia yang meninggal
dalam tugas, dan/atau warga negara Indonesia yang berjasa bagi bangsa
dan negara.<sup class="reference" id="cite_ref-uu2409_10-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia#cite_note-uu2409-10"></a></sup><br />
Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56
Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera Pusaka
Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional
Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Setiap orang dilarang:<br />
<ol>
<li>merusak, merobek, menginjak-injak, membakar, atau melakukan
perbuatan lain dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan Bendera Negara;</li>
<li>memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial;</li>
<li>mengibarkan Bendera Negara yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam;</li>
<li>mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar atau tanda lain
dan memasang lencana atau benda apapun pada Bendera Negara; dan</li>
<li>memakai Bendera Negara untuk langit-langit, atap, pembungkus barang,
dan tutup barang yang dapat menurunkan kehormatan Bendera Negara</li>
</ol>
</div>
</span></span></span></span></span></span></div>
</span>Diambil dari Wikipedia Indonesi dan http://info-biografi.blogspot.com<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-2709753084247035824.post-59465354147704480202012-10-22T08:00:00.000+07:002013-07-18T22:19:52.527+07:00Asal usul Sejarah Bahasa Mandarin<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"></span><br />
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzWz1Un4YX1Jd02Ng0vFqI0cYuqu3QHhOQC5yDqcAOmfxEl7KaCLGU1IKZwfEvkth-oqC9qZmVYz4Y0XulQSgQqU-ugCCONkqzUALpUcAwjHTjjwv7VbAmA8UyWmB592BrBnIaV9gddgk/s1600/150px-Guanhua.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzWz1Un4YX1Jd02Ng0vFqI0cYuqu3QHhOQC5yDqcAOmfxEl7KaCLGU1IKZwfEvkth-oqC9qZmVYz4Y0XulQSgQqU-ugCCONkqzUALpUcAwjHTjjwv7VbAmA8UyWmB592BrBnIaV9gddgk/s1600/150px-Guanhua.png" /></a></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><b>Bahasa Mandarin</b> <span class="unicode" style="white-space: nowrap;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Zh-Beifanghua.ogg" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Tentang suara ini"><img alt="Tentang suara ini" height="11" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8a/Loudspeaker.svg/11px-Loudspeaker.svg.png" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; vertical-align: middle;" width="11" /></a> <a class="internal" href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e1/Zh-Beifanghua.ogg" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Zh-Beifanghua.ogg">dengarkan</a> <small class="metadata audiolinkinfo" style="cursor: help;">(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Memainkan_berkas_media" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Wikipedia:Memainkan berkas media"><span style="cursor: help;">bantuan</span></a>·<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Zh-Beifanghua.ogg" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Berkas:Zh-Beifanghua.ogg"><span style="cursor: help;">info</span></a>)</small></span>(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanzi_tradisional" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanzi tradisional">Tradisional</a>: 北方話, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanzi_yang_Disederhanakan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanzi yang Disederhanakan">Sederhana</a>: 北方话, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanyu_Pinyin" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanyu Pinyin">Hanyu Pinyin</a>: <b>Běifānghuà</b>, harafiah: "bahasa percakapan Utara" atau 北方方言 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanyu_Pinyin" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanyu Pinyin">Hanyu Pinyin</a>: Běifāng Fāngyán, harafiah: "dialek Utara") adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Dialek">dialek</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tionghoa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Tionghoa">Bahasa Tionghoa</a> yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Republik Rakyat Cina">Republik Rakyat Cina</a>. Kata "Mandarin", dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tionghoa_lisan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Tionghoa lisan">bahasa Tionghoa lisan</a>.</span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;">
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=L%2FKlZ%2BzQse0%3D&cid=7XbjAIDKIxw%3D&chan=lNKGDG7q56k%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->
Dalam pengertian yang <i>sempit</i>, <b>Mandarin</b> berarti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Putonghua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Putonghua">Putonghua</a> 普通话 dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Guoyu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Guoyu">Guoyu</a> 國語 yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan <i>Beifanghua</i>* (lihat di bawah). <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Putonghua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Putonghua">Putonghua</a> adalah bahasa resmi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Cina">Cina</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Guoyu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Guoyu">Guoyu</a> adalah bahasa resmi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taiwan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Taiwan">Taiwan</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Putonghua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Putonghua">Putonghua</a> - yang biasanya malah dipanggil <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Huayu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Huayu">Huayu</a> - juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Singapura">Singapura</a>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Dalam pengertian yang <i>luas</i>, <b>Mandarin</b> berarti <i>Beifanghua</i> (secara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Harafiah" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Harafiah">harafiah</a> berarti "bahasa percakapan Utara"), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Putonghua" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Putonghua">Putonghua</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Guoyu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Guoyu">Guoyu</a>. <i>Beifanghua</i> mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Seperti ragam-ragam <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tionghoa" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Tionghoa">bahasa Tionghoa</a> lainnya, ada banyak orang yang berpendapat bahwa bahasa Mandarin itu merupakan semacam<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Dialek">dialek</a>, bukan bahasa.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<small>* Dalam bahasa Indonesia dibaca: Peifanghua</small><br />
<small><br /></small>
<small><b><u>Asal Usul Sejarah Kata Mandarin</u></b></small></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Kata "mandarin" dalam bahasa Indonesia sendiri diserap dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Inggris">bahasa Inggris</a> yang mendeskripsikan bahasa Tionghoa juga sebagai bahasa Mandarin. Namun sebenarnya, kata "Mandarin" ini diserap bahasa Inggris dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Portugis" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Portugis">Portugis</a> <i>mandarim,</i> yang berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Melayu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Melayu">Melayu</a><span class="IPA" title="Pronunciation in IPA"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:IPA_untuk_Bahasa_Melayu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Wikipedia:IPA untuk Bahasa Melayu">[ˈməntəri]</a></span> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menteri" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Menteri">menteri</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-0" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Mandarin#cite_note-0" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;">[1]</a></sup><sup class="reference" id="cite_ref-1" style="line-height: 1em;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Mandarin#cite_note-1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;">[2]</a></sup>.</div>
<div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
Sumber yang lain menyebutkan Mandarin secara harfiah berasal dari sebutan orang asing kepada pembesar-pembesar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinasti_Qing" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Dinasti Qing">Dinasti Qing</a> di zaman dulu. Dinasti Qing adalah dinasti yang didirikan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Manchu" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Suku Manchu">suku Manchu</a>, sehingga pembesar-pembesar kekaisaran biasanya disebut sebagai <i>Mandaren</i> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanzi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanzi">Hanzi</a>: 滿大人) yang berarti "Pembesar Manchu". Dari sini, bahasa yang digunakan oleh para pejabat Manchu waktu itu juga disebut sebagai "bahasa Mandaren". Penulisannya berevolusi menjadi "Mandarin" di kemudian hari.</div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<small><br /></small>
<small><b><u>Nama Nama Lain :</u></b></small></div>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px;"><ul style="line-height: 1.5em; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); list-style-type: square; margin-bottom: 0px; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; margin-top: 0.3em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><b>Guoyu</b> - (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanzi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanzi">Hanzi</a>: 國語) adalah sebutan lain bagi dialek Utara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Han" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Han">bahasa Han</a> yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin. <i>Guoyu</i> berarti harfiah "bahasa nasional", sesuai dengan kenyataan bahasa Mandarin ditetapkan sebagai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bahasa_resmi_pemerintahan&action=edit&redlink=1" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #ba0000; text-decoration: none;" title="Bahasa resmi pemerintahan (halaman belum tersedia)">bahasa resmi pemerintahan</a> dan nasional di beberapa negara seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Republik Rakyat Cina">Republik Rakyat Cina</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Cina" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Republik Cina">Republik Cina</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taiwan" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Taiwan">Taiwan</a>.</li>
<li style="margin-bottom: 0.1em;"><b>Huayu</b> (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanzi" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Hanzi">Hanzi</a>: 華語) adalah nama lain dari dialek Utara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Han" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; color: #0645ad; text-decoration: none;" title="Bahasa Han">bahasa Han</a> yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin sekarang ini. <i>Huayu</i> berarti harfiah "bahasa Hua", merupakan bahasa yang umum digunakan oleh orang Cina dalam hal ini menunjuk kepada bahasa Mandarin yang luas dituturkan.</li>
</ul>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: sans-serif; line-height: 19px;"><div style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.4em;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 11px;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 11px;">Dikutip Dari : <b><u>WIKIPEDIA INDONESIA</u></b></span></div>
</span><!-- Begin: http://adsensecamp.com/ -->
<script src="http://adsensecamp.com/show/?id=L%2FKlZ%2BzQse0%3D&cid=7XbjAIDKIxw%3D&chan=lNKGDG7q56k%3D&type=2&title=3D81EE&text=000000&background=FFFFFF&border=000000&url=2BA94F" type="text/javascript">
</script>
<!-- End: http://adsensecamp.com/ -->Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00575153744138535449noreply@blogger.com7