Translate

Cari Artikel

Asal Usul Sejarah Perserikatan / Persyerikatan ( Kompetisi Sepak Bola Pertama Di INdonesia)

Kompetisi Sepakbola Pertama Di Indonesia dikenal Dengan PERSERIKATAN
ASAL USUL SEJARAH PERSERIKATAN
Perserikatan atau Persyerikatan adalah kompetisi sepak bola Indonesia yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 1931.
Cikal bakal kompetisi ini dimulai ketika pada tanggal 19 April 1930,
PSM Yogyakarta (PSIM Yogyakarta) bersama dengan
VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta),
BIVB Bandung (Persib Bandung),
IVBM Magelang (PPSM Magelang),
MVB Madiun (PSM Madiun),
SIVB Surabaya (Persebaya Surabaya) dan
VVB Solo (Persis Solo)
turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
Setelah melalui perbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1931 dan berkedudukan di Mataram.
Sejak tahun itu pulalah kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan.

Sebelum ada perserikatan sebenarnya ada kompetisi di Indonesia yang di Mulai pada tahun 1914 yang di selengarakan oleh NIVB (Nederlandsch-Indische Voetbalbond)/ PSSI-nya Hindia-Belanda yaitu Kejuaraan Antar Kota Hindia Belanda.



JUARA JUARA PERSERIKATAN / KOMPETISI PERTAMA DI INDONESIA
Musim↓ Tempat↓ Juara↓ Hasil↓ Runner-up↓
1931 Stadion Sriwedari, Solo VIJ Jakarta
VVB Solo
1932 Jakarta PSIM Yogyakarta
VIJ Jakarta
1933 Surabaya VIJ Jakarta
BIVB Bandung
1934 Bandung VIJ Jakarta
BIVB Bandung
1935 Semarang VVB Solo
PPVIM Jatinegara Jakarta
1936 Solo VVB Solo
BIVB Bandung
1937 Bandung BIVB Bandung
VVB Solo
1938 Solo VIJ Jakarta
SIVB Surabaya
1939 Yogyakarta VVB Solo
PSIM Yogyakarta
1940 Solo VVB Solo
PSIM Yogyakarta
1941 Bandung SIVB Surabaya
PSIM Yogyakarta
1942 Surabaya VVB Solo
SIVB Surabaya
1943 Yogyakarta VVB Solo
PSIM Yogyakarta
1944 - 1947 Tidak Berlangsung


1948 Yogyakarta Persis Solo
PSIM Yogyakarta
1949 Tidak Berlangsung


1950 Semarang Persebaya Surabaya
Persib Bandung
1951 Jakarta Persebaya Surabaya
Persija Jakarta
1952 Surabaya Persebaya Surabaya
Persija Jakarta
1953 Tidak Berlangsung


1954 Jakarta Persija Jakarta
PSMS Medan
1955 - 1956 Tidak Berlangsung


1957 Padang PSM Ujungpandang
PSMS Medan
1958 Tidak Berlangsung


1959 Jakarta PSM Ujungpandang
Persib Bandung
1960 Tidak Berlangsung


1961 Semarang Persib Bandung
PSM Ujungpandang
1962 - 1963 Tidak Berlangsung


1964 Jakarta Persija Jakarta
PSM Ujungpandang
1965 Jakarta PSM Ujungpandang
Persebaya Surabaya
1966 Jakarta PSM Ujungpandang
Persib Bandung
1967 Jakarta PSMS Medan
Persebaya Surabaya
1968 Tidak Berlangsung


Kejurnas PSSI



1969 - 1971 Jakarta PSMS Medan
Persebaya Surabaya
1971 - 1973 Jakarta Persija Jakarta
Persebaya Surabaya
1973 - 1975 Jakarta Persija Jakarta dan PSMS Medan Juara Bersama
1975 - 1978 Jakarta Persebaya Surabaya
Persija Jakarta
Kejurnas Utama PSSI



1978/1979 Jakarta Persija Jakarta
PSMS Medan
Divisi Utama PSSI



1980 Jakarta Persiraja Banda Aceh 3-1 Persipura Jayapura
1981 - 1982 Tidak Berlangsung


1983 Jakarta PSMS Medan 0-0 (3-2 pen) Persib Bandung
1984 Tidak Berlangsung


1985 Jakarta PSMS Medan 2-2 (2-1 pen) Persib Bandung
1986 Jakarta Persib Bandung 1-0 Perseman Manokwari
1986/1987 Jakarta PSIS Semarang 1-0 Persebaya Surabaya
1987/1988 Jakarta Persebaya Surabaya 3-2 Persija Jakarta
1988/1989 Tidak Berlangsung


1989/1990 Jakarta Persib Bandung 2-0 Persebaya Surabaya
1990/1991 Tidak Berlangsung


1991/1992 Jakarta PSM Makassar 2-1 PSMS Medan
1992/1993 Tidak Berlangsung


1993/1994 Jakarta Persib Bandung 2-0 PSM Ujungpandang

Diambil Dari Wikipedia Indonesia
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah Perserikatan / Persyerikatan ( Kompetisi Sepak Bola Pertama Di INdonesia)

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul Sejarah Liga Premier Indonesia / LPI

Indonesia Premier League adalah kompetisi profesional yang independen untuk klub sepak bola di Indonesia, yang dikelola oleh Konsorsium Liga Premier Indonesia dan PT Liga Primer Indonesia.
Hal ini secara luas dikenal di Indonesia sebagai LPI.
Liga ini memisahkan diri tidak berada di bawah pengawasan Asosiasi Sepakbola Indonesia yaitu PSSI, yang telah melarang pemain dari LPI  bergabung dengan tim nasional negara itu.
Musim pertama ini liga adalah dijadwalkan untuk berjalan dari Januari sampai Oktober 2011 dan yang pertama kick-off terjadi pada tanggal 8 Januari 2011 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah.
Sembilan belas klub berpartisipasi dalam liga ini, tetapi tim lain dapat bergabung di tengah musim pertama untuk putaran nomor 20.


ASAL USUL SEJARAH LPI /  LIGA PREMIER INDONESIA
Pada tanggal 17 September 2010,
20 klub sepakbola Indonesia bersama-sama dengan National Football Gerakan Reformasi Indonesia (GRSNI) mengeluarkan deklarasi di Jakarta yang dipimpin oleh Arifin Panigoro, seorang taipan minyak.

Gerakan prihatin akan ketergantungan klub sepak bola untuk anggaran negara masing-masing daerah dan praktek korupsi secara luas dilaporkan dalam PSSI.
Inisiatif ini menyebabkan pembentukan klub baru yang akan tergantung pada dana konsorsium untuk bertahan tahun-tahun awal mereka.
Empat klub tua yaitu PERSERBAYA Surabaya, PERSEMA Malang, PERSIBO Bojonegoro, PSM Makassar memutuskan untuk meninggalkan PSSI dan bergabung dengan liga yang memisahkan diri dari PSSI dan mempunyai nama Liga Primer Indonesia (LPI) pada tanggal 24 Oktober 2010.

Meskipun banyak klub LPI sekarang didukung oleh pemerintah daerah mereka, tidak satupun dari mereka menggunakan dana publik, sebuah praktek yang masih lumrah di PSSI.
Pemerintah pusat Indonesia telah mengancam akan menghentikan kebijakan keuangan daerah pada tahun 2012.

Alamat :
Gedung Medco I, Lantai I
Jl. Ampera Raya No 18-20
Jakarta Selatan 12560
DKI Jakarta
Indonesia

Official Website : http://ligaprimerindonesia.co.id/

Profil ARifin Panigoro 

Arifin Panigoro (lahir di Bandung, Jawa Barat, 14 Maret 1945; umur 65 tahun)
adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai salah seorang pendiri dan pemilik Medco Group yang menetap di Jakarta.

Pendidikan :
* Jurusan Elektro, Institut Teknologi Bandung (lulus tahun 1973)
* Senior Executive Programme Institute of Business Administration, Fountainebleau, Perancis (1979)

Dalam Politik :
Arifin Panigoro bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada tahun 1999.
Ia juga sempat terpilih menjadi Ketua DPP dan Ketua Fraksi PDIP pada tahun 2002-2003.
Akan tetapi, ia mengundurkan diri dari DPR dan PDIP pada tahun 2005 dan membentuk Partai Demokrasi Pembaruan (PDP).

Pendapatan dari Setiap TIM
Kepemilikan Saham : Klub (100%)
Pembagian Hak Siar : Dibagikan 100% ke klub
Keuntungan Kompetisi : Dibagikan ke klub
Sumber Dana : Investasi Rp15-20 miliar tiap klub selama 5 tahun
Hadiah Utama : Rp5 miliar
Penawaran LPI :
- Pembagian alternatif pemasukan pertandingan (sponsor lokal, hak siar, dan tiket). Tuan rumah mendapat jatah 75% dan klub tamu diberi 25%.

Peraturan Pada Pemain Asing DI LPI
Setiap klub LPI diperbolehkan untuk mendatangkan lima pemain asing.
Kelima pemain asing dapat berasal dari konfederasi apapun.
dan Sebuah klub dapat menambahkan lebih banyak pemain kebangsaan non- Indonesia di atas lima jika  pemain memiliki keturunan Indonesia
karena mereka akan dianggap sebagai pemain lokal.
LPI tidak mengakui kewarganegaraan ganda ..

Format PErtandingan
LPI menggunakan format kompetisi penuh.
Setiap tim akan menghadapi tim lawan yang sama sebanyak 2 kali dalam 1 musim melalui pertandingan kandang dan tandang.
Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 36 pertandingan.

KLUB PESERTA LIGA PRIMER INDONESIA























1. Aceh United

Pelatih : Lionel Charbonnier (Perancis)
Stadion : Harapan Bangsa, Banda Aceh (kapasitas 40.000)

Persebakbolaan di Kota Banda Aceh kembali hidup dengan kehadiran Aceh United sebagai salah satu peserta Liga Primer Indonesia. Banda Aceh memiliki potensi besar karena banyak tersedia bakat-bakat pemain muda dan suporter sepakbola yang aktif. Adalah Aceh United yang akan menampung bakat-bakat pemain muda Banda Aceh untuk berprestasi dan memberikan tontonan menghibur kepada para suporter.

2. Bali De Vata

Pelatih : Willy Scheepers (Belanda)

Stadion : Kapten i Wayan Dipta, Gianyar (kapasitas 25.000)

Bali tercatat pernah memiliki tim-tim yang bermain di pentas sepak bola nasional, seperti pada era Liga Sepak Bola Utama (Galatama) tahun1980-an dan Liga Divisi Utama pada tahun 2000-an. Kini Liga Primer Indonesia (LPI) bertekad membawa semangat Bali dalam revolusi sepakbola nasional melalui klub Bali Dewata.

3. Bandung FC

Pelatih : Nandar Iskandar

Stadion : Siliwangi, Bandung (kapasitas 25.000)

Bandung selalu memiliki klub-klub yang berprestasi di kancah sepakbola nasional. Setelah Persib dan Maung Bandung Raya, kini muncul Bandung FC sebagai klub sepakbola baru di Bandung yang akan semakin mengharumkan nama kota kembang ini. Kekuatan klub muda ini langsung terlihat dalam Laga Pra Musim kompetisi dan memiliki harapan besar di arena Liga Primer Indonesia.

4. Batavia Union

Pelatih : Roberto Bianchi (Brasil)

Stadion : Tugu, Jakarta (Kapasitas 20.000)

Mewakili kota Jakarta, Batavia Union merupakan klub baru dengan materi pemain-pemain yang handal dan berpengalaman menggeluti liga nasional. Meski baru, klub ini telah memiliki basis suporter yang setia dan bersemangat. Klub ini juga merupakan salah satu klub yang bersinar pada Laga Pra Musim Kompetisi LPI.

5. Bogor Raya

Pelatih : John Arwandy

Stadion : Persikabo, Bogor (kapasitas 15.000) dan Pajajaran, Bogor (kapasitas 12.000)

Klub yang dikenal dengan nama Laskar Kujang ini berisikan manajemen muda yang kreatif dan penuh semangat. Klub ini juga membuat kejutan dengan mendatangkan mantan pemain River Plate, Diego Bogado, gelandang sayap asal Argentina berusia 24 tahun. Bogor Raya optimis dapat mengubah persepakbolaan Indonesia melalui semangat generasi muda.

6. Cendrawasih Papua

Pelatih : Uwe Erkebrecher (Jerman)

Stadion : Mandala, Jayapura (kapasitas 30.000)

Cendrawasih FC lahir dari klub Kontiki FC, yang merupakan binaan para mantan pemain Persipura yang tergabung dalam Asosiasi Mantan Pemain Persipura (AMPP). Papua sendiri dikenal sebagai ladang bakat-bakat muda pemain sepakbola Indonesia dan secara konsisten melahirkan pemain-pemain bintang.

7. Jakarta 1928

Pelatih : Bambang Nurdiansyah

Stadion : Lebak Bulus (Kapasitas 25.000)

Jakarta 1928 merupakan salah satu klub yang unik di pentas Liga Primer Indonesia. Klub ini membawa semangat perubahan yang diusung Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ), salah satu klub sepakbola yang menjadi bagian perjuangan di masa penjajahan dulu. Semangat yang sama selama ini bersemayam di klub Persija Jakarta.

8. Kabau Padang

Pelatih : Divaldo Alves (Portugal)

Stadion : Agus Salim, Padang (kapasitas 28.000)

Kabau Padang lahir dari inspirasi kemandirian yang telah dibangun oleh klub sepakbola mandiri Cement Padang. Melalui persiapan yang cenderung tertutup, Kabau Padang akan menyajikan gebrakan-gebrakan di dalam arena Liga Primer Indonesia.


9. Ksatria XI Solo

Pelatih : Branko Babic (Serbia)

Stadion : Manahan, Solo (kapasitas 24.000)

Kota Solo memiliki sejarah panjang dan membanggakan dalam persepakbolaan Indonesia. Klub asal kota Solo sempat menjuarai Galatama sebanyak 8 kali. Namun belakangan, nama Solo seakan tenggelam di pentas sepakbola nasional dan Jawa Tengah. Kini, Solo FC siap membawa Solo kembali berjaya di pentas nasional melalui Liga Primer Indonesia.


10. Makassar City

Pelatih : Michael Feichtenbeiner (Jerman)

Stadion : Andi Mattalata, Makassar (kapasitas 20.000)

Keinginan PSM untuk berkompetisi di Liga Primer Indonesia diwujudkan melalui klub Makassar City. Terkenal dengan animo masyarakat yang tinggi terhadap sepakbola, kota Makassar menjadi tempat yang strategis untuk membangun persepakbolaan Indonesia yang lebih baik.

11. Manado United

Pelatih : Muhammad Al Hadad

Stadion : Klabat, Manado (kapasitas 20.000)

Manado United merupakan klub sepakbola yang sudah cukup lama berdiri di Manado. Masyarakat di Manado sendiri sangat menantikan kehadiran dan selalu mendukung klub sepakbola yang dapat berprestasi dari daerahnya. Fokus Manado United adalan pengembangan pemain lokal. Diperkuat oleh mantan pemain-pemain Persma serta kehadiran marquee player Amaral, Manado United siap berprestasi pada musim kompetisi Liga Primer Indonesia pada tanggal 8 Januari 2011 nanti.

12. Medan Bintang

Pelatih : Rene Van Eck (Belanda)

Stadion : Teladan, Medan (kapasitas 20.000)

Sepakbola merupakan sebuah olahraga yang sangat digandrungi masyarakat Medan, dimana sejumlah klub-klub sepakbola sempat mengukir prestasi di kancah nasional dan internasional. Adalah Medan Bintang, klub baru yang mendapat dukungan sejumlah elemen, yang berambisi mengangkat dan membesarkan prestasi kota Medan.

13. Medan Chiefs

Pelatih : Jorg Steinebruner (Jerman)

Stadion : Teladan, Medan (kapasitas 20.000)

Medan Chiefs lahir dari semangat klub sepakbola Pro Titan, yang memang sudah tidak lagi mengandalkan APBD. Pro Titan sudah lama bergelut di kancah sepakbola nasional sebagai klub yang mandiri. Semangat perjuangan klub sepakbola dari Medan tersebut akan berkembang melalui Medan Chiefs.

14. Persebaya

Pelatih : Aji Santoso

Stadion : Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya (kapasitas 35.000)

Persebaya memiliki sejarah panjang dalam persebakbolaan nasional Indonesia. Klub ini sempat meraih prestasi gemilang ketika klub-klub Perserikatan dan Galatama bersatu dalam Liga Indonesia (1994) dan meraih gelar juara pada tahun 1997 dan 2005. Kini, Persebaya membuka lembaran baru untuk menorah prestasi di Liga Primer Indonesia.

15. Persema

Pelatih : Timo Scheuneman (Jerman)

Stadion : Gajayana, Malang (kapasitas 30.000)

Persema memiliki visi untuk memajukan persebakbolaan Indonesia. Berkat visi tersebutlah, Persema memilih untuk bergabung dengan Liga Primer Indonesia. Saat ini Persema telah memiliki tim yang sangat tangguh dan memiliki peluang besar di kancah Liga Primer Indonesia.

16. Persibo

Pelatih : Sartono Anwar

Stadion : Letjen Haji Sudirman, Bojonegoro (kapasitas 15.000)

Tim "Laskar Angling Dharma" berdiri pada 12 Maret 1949 dan merupakan juara Divisi Utama musim 2009-1010. Dengan prestasi tersebut, klub ini siap menoreh lembaran sejarah baru di Liga Primer Indonesia.

17. Real Mataram

Pelatih : Jose Basualdo (Argentina)

Stadion : Maguwoharjo, Yogyakarta (kapasitas 30.000)

Gairah sepakbola Yogyakarta kembali bersinar dengan hadirnya klub Royal Mataram. Nama Royal Mataram akan mewakili semangat dan kekuatan Kerajaan Mataram yang mendapat dukungan besar dari masyarakat Yogyakarta. Berbekal pemain-pemain berpengalaman, klub ini merupakan salah satu yang terkuat dengan mengantongi dua kemenangan.

18. Semarang United

Pelatih : Edy Paryono

Stadion : Jatidiri, Semarang (kapasitas 25.000)

Klub yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah, ini sengaja disiapkan khusus untuk mengikuti Liga Primer Indonesia. Klub yang digagas oleh Novel Al Bakrie ini mendapat dukungan luas dari masyarakat sepakbola Kota Semarang. Bersama marquee player Amancio Fortes, Semarang United akan menjadi salah satu klub yang paling disegani di kancah Liga Primer Indonesia.

19. Tangerang Wolves

Pelatih : Paulo Camargo (Brasil)

Stadion : Benteng (kapasitas 25.000)

Semangat pendukung sepakbola di Tangerang tidak dapat diragukan lagi. Keberadaan Tangerang United di kota industri ini diharapkan dapat meningkatkan geliat dan semnagat persepakbolaan lokal. Dipimpin oleh pelatih yang jeli akan bakat-bakat muda, klub ini yakin dapat memperoleh tempat tersendiri di hati para pecinta sepakbola Indonesia.

 Diambil DAri :
http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Premier_League
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=338255377
http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Primer_Indonesia
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=341921374
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah Liga Premier Indonesia / LPI

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul Sejarah Kasur air

Kasur air atau tempat tidur air adalah kasur berisi air.
Kulit kasur terbuat dari plastik vinil.
Di dalam kasur dibagi menjadi kompartemen-kompartemen agar air tidak bergejolak keras ketika mendapat tekanan keras dari atas.
Kasur air umumnya lebih berat dari kasur pegas, kasur lateks, atau kasur karet busa.

Air di dalam kasur membuat orang yang tidur di atasnya merasa sejuk.
Bila diperlukan, air di dalamnya bisa dihangatkan dengan penghangat bertenaga listrik agar orang yang tidur tidak kedinginan.
Bahan kimia ditambahkan ke dalam air agar air di dalam kasur tidak ditumbuhi alga dan bakteri.

Pemanas untuk kasur air memerlukan tenaga listrik yang cukup banyak. kasur air memerlukan antara 500 hingga 2000 kWh per tahun bergantung kepada iklim, ukuran kasur, dan faktor lain.
Dibandingkan lemari es, kasur air memerlukan lebih banyak energi.
Pemakaian listrik bisa dikurangi sejumlah 60% pada kasur air berlapiskan karet busa.


Asal Usul Sejarah Kasur air
Mark Twain dalam artikel berjudul "A New Beecher Church" menyinggung soal kasur air yang digunakan di Elmira untuk orang cacat.
Artikel tersebut diterbitkan The New York Times tanggal 23 Juli 1871.
Walaupun demikian, artikel ini tidak menggambarkan bentuk fisik kasur air yang dimaksud.

Pada tahun 1883, Dr. William Hooper dari Portsmouth, Inggris berhasil mendapat paten untuk kasur air.
Kasur diciptaannya dimaksudkan untuk meringankan sakit punggung pasien.
Namun kasur tersebut mudah bocor sehingga gagal di pasaran.
Sebelumnya, seorang dokter Skotlandia sekaligus penemu bernama Neil Arnott (1788-1874) juga menciptakan kasur air bagi pasiennya.
Semua hasil penemuannya tidak pernah dipatenkan.
Kasur air penemuan Dr. Arnott dimaksudkan untuk meringankan sakit punggung karena terlalu lama berbaring.

Kasur air modern merupakan hasil penemuan Charles Hall pada tahun 1968.
Hall yang masih mahasiswa desain Universitas Negara Bagian San Francisco dibantu oleh rekan sekampus bernama Paul Heckel dan Evan Fawkes. Awalnya, Hall ingin membuat kursi yang lain daripada yang lain. Prototipe pertamanya adalah kantung vinil berisi 136 kilogram tepung jagung, tapi hasilnya tidak enak diduduki. Isinya kemudian diganti dengan Jell-O, tapi juga gagal. Pada akhirnya, Hall meninggalkan cita-cita membuat kursi dan membuat kasur berisi air. Walaupun sukses dengan penemuan kasur air, Charles Hall tidak mendapat hak paten atas ciptaannya. Sebelumnya, kasur air sudah disebut-sebut dalam sejumlah novel karya Robert A. Heinlein, Beyond This Horizon (1942), Double Star (1956), dan Stranger in a Strange Land (1961).

Diambil dari wikipedia
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah Kasur air

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul Sejarah PErkembangan Timnas Indonesia

Tim nasional sepak bola Indonesia pernah memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Ironisnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia (selain bulu tangkis), namun Indonesia tidaklah termasuk jajaran tim-tim kuat di Konfederasi Sepakbola Asia.

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.


KOSTUM TIMNAS INDONESIA
Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika PSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.

Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti M. Zaelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, dan Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.

Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, kita hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games XI-1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Kings Cup 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.

Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.


INDONESIA DI PIALA DUNIA FIFA
Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu Tim Indonesia di bawah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang karena saat itu dunia sepak bola Asia memang hampir tidak ada. Namun, Indonesia akhirnya lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.

Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia. Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) sebuah organisasi sepak bola orang-orang Belanda di Hindia Belandamenaruh hormat kepada Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) lantaran Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB)yang memakai bintang-bintang dari NIVBkalah dengan skor 2-1 lawan Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ)salah satu klub anggota PSSIdalam sebuah ajang kompetisi PSSI ke III pada 1933 di Surabaya.

NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.

Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Tapi FIFA mengakui NIVU sebagai perwakilan dari Hindia Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.

Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland.

Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini. Sebelum bertanding, para pemain mendengarkan lagu kebangsaan masing-masing. Kesebelasan Hindia Belanda mendengarkan lagu kebangsaan Belanda Het Wilhelmus. Karena perbedaan tinggi tubuh yang begitu mencolok, walikota Reims menyebutnya, "saya seperti melihat 22 atlet Hungaria dikerubungi oleh 11 kurcaci."

Meski strategi tak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tak dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Lalu hujan gol berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia memakai sistem knock-out.

Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri, Sin Po, memberikan apresiasinya pada terbitan mereka, edisi 7 Juni 1938 dengan menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah"

 DAFTAR PELATIH TIMNAS INDONESIA
Periode Nama Pelatih
1938 Bendera Belanda Johannes Christoffel van Mastenbroek
1951-1953 Bendera Singapura Choo Seng Quee
1954-1964 Bendera Yugoslavia Antun Pogačnik
1966-1970 Bendera Indonesia E.A. Mangindaan
1970 Bendera Indonesia Endang Witarsa
1971-1972 Bendera Turki Yusuf Balik
1972-1974 Bendera Indonesia Suwardi Arland
1974-1975 Bendera Indonesia Aang Witarsa
1975-1976 Bendera Belanda Wiel Coerver
1976-1978 Bendera Indonesia Suwardi Arland
1978-1979 Bendera Belanda Frans Van Balkom
1979-1980 Bendera Polandia Marek Janota
1980-1981 Bendera Jerman Bernd Fischer
1981-1982 Bendera Indonesia Harry Tjong
1982-1983 Bendera Indonesia Sinyo Aliandoe
1983-1984 Bendera Indonesia M. Basri, Iswadi Idris dan Abdul Kadir
1985-1987 Bendera Indonesia Bertje Matulapelwa
1987 Bendera Indonesia Sinyo Aliandoe
1987-1991 Bendera Rusia Anatoli Polosin
1991-1993 Bendera Yugoslavia Ivan Toplak
1993-1995 Bendera Italia Romano Mattè
1995-1996 Bendera Indonesia Danurwindo
1996-1997 Bendera Belanda Henk Wullems
1998 Bendera Indonesia Rusdy Bahalwan
1999 Bendera Jerman Bernard Schumm
1999-2000 Bendera Indonesia Nandar Iskandar
2000-2001 Bendera Indonesia Benny Dollo
2002-2004 Bendera Bulgaria Ivan Venkov Kolev
2004-2007 Bendera Inggris Peter Withe
2007 Bendera Bulgaria Ivan Venkov Kolev
2008-2010 Bendera Indonesia Benny Dollo
2010- Bendera Austria Alfred Riedl

DATA FAKTA UNIK TIMNAS

Julukan Timnas (oleh rakyat Indonesia)
Merah Putih
Garuda
Asosiasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)
Konfederasi AFC (Asia)
Penampilan terbanyak Bambang Pamungkas (76)
Pencetak gol terbanyak Bambang Pamungkas (34)
Stadion kandang Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)
Kode FIFA IDN
Peringkat FIFA 129
Peringkat FIFA tertinggi 76 (September 1998)
Peringkat FIFA terendah 153 (Desember 1995, Desember 2006 dan Juli 2008)
Peringkat Elo 129
Peringkat Elo tertinggi 35 (November 1969)
Peringkat Elo terendah 155 (4 Desember 1995)
Pertandingan internasional pertama
Bendera Belanda Hindia-Belanda 7–1 Jepang 
(Manila, Filipina; 13 Mei, 1934)
Kemenangan terbesar
 Indonesia 13 - 1 Filipina 
(Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002)
Kekalahan terbesar
 Denmark 9 - 0 Indonesia 
(Kopenhagen, Denmark; 3 September 1974)
Piala Dunia
Penampilan 1 (Pertama kali pada 1938)
Hasil terbaik Babak 1 (1938, sebagai Hindia-Belanda)
Piala Asia
Penampilan 4 (Pertama kali pada 1996)
Hasil terbaik Babak 1 (1996, 2000, 2004, 2007)

Diambil dari Wikipedia Indonesia
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah PErkembangan Timnas Indonesia

print halaman iniPrint halaman ini