Translate

Cari Artikel

Tampilkan postingan dengan label Sejarah Stasiun Televisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Stasiun Televisi. Tampilkan semua postingan

Asal Usul Sejarah Stasiun Televisi Indosiar

Indosiar adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia.
Stasiun televisi ini beroperasi dari Daan Mogot, Jakarta Barat.

Asal Usul Sejarah Indosiar
Indosiar resmi mengudara pada 11 Januari 1995.

Bentuk logo Indosiar yang sangat mirip dengan bentuk logo Television Broadcasts Limited, Hongkong.
Awalnya, Indosiar memang banyak menayangkan drama-drama Hongkong.
Seperti misalnya serial Return of The Condor Heroes yang dibintangi oleh Andy Lau, To Liong To yang dibintangi oleh Tony Leung yang keduanya cukup populer di kalangan penonton.

Pada awal Mei 2013, Indosiar Karya Media resmi bergabung dengan Surya Citra Media dan membuat stasiun televisi ini dikendalikan oleh satu perusahaan media yang juga menguasai SCTV.

Sejarah PT Indosiar Karya Media Tbk ("IDKM")
19 Juli 1991 :PT Indosiar Karya Media Tbk didirikan dengan nama PT Indovisual Citra Persada.
20 Agustus 2003:IDKM mengubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media.
4 Oktober 2004 :IDKM menjadi induk usaha dari PT Indosiar Visual Mandiri dengan kepemilikan 99,99%.
4 Oktober 2004 :IDKM mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan simbol IDKM.
13 Mei 2011:PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ("Emtek") melakukan pembelian 551.708.684 saham IDKM yang dimiliki oleh PT Prima Visualindo ("PV"). Pembelian saham ini diikuti dengan Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa saham IDKM yang dimiliki Publik.
28 Juni 2011 :Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan IDKM menyetujui antara lain perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
13 Juli 2011 :Periode Penarawan Tender Wajib atas 1.473.905.135 saham IDKM berakhir. Jumlah seluruh saham IDKM yang dimiliki oleh Emtek setelah Penawaran Tender adalah 1.717.044.055 atau mewakili 84,77% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh IDKM.
8 Oktober 2012 :Pemecahan nilai nominal saham IDKM stock split yaitu 1 saham dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah lembar saham berubah dari 2.025.613.819 lembar saham menjadi 10.128.069.095 lembar saham.
5 April 2013:Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SCM dan IDKM.
25 April 2013:Tanggal perdagangan terakhir saham IDKM di Bursa Efek Indonesia.
1 Mei 2013:Efektifnya Penggabungan SCM dan IDKM.

Sejarah PT Indosiar Visual Mandiri ("Anak Perusahaan")
19 Juli 1991:Anak Perusahaan berdiri sebagai badan hukum.
11 Januari 1995:Anak Perusahaan mulai mengudara sebagai televisi nasional.
12 Maret 2001:Anak Perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya ("BEJ" dan "BES") (sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia).
8 Agustus 2003:Anak Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nama Obligasi I Indosiar Tahun 2003 dengan tingkat bunga tetap 12,8% per tahun untuk jangka waktu 5 tahun.
4 Oktober 2004:Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan PT Indosiar Karya Media Tbk dan melakukan delisting dari BEJ dan BES.
2009:Anak Perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan dalam rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara bertahap.
1 Mei 2013:Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan SCM.

LOGO INDOSIAR
 Logo Indosiar pada awalnya menggunakan logo yang mirip dengan Television Broadcasts Limited, Hongkong karena Indosiar dalam kenyataan yang sebenarnya banyak menyiarkan drama Asia dari Hongkong dan Korea.

Logo yang sekarang digunakan kembali oleh Indosiar awalnya digunakan pada tahun 1995-2007.
Namun logo tersebut menimbulkan kontroversi karena logo tersebut sebagai logo on-air di sebelah kiri atas layar TV tabung disinyalir merusak layar TV tabung pada saat itu.
Akibatnya layar-layar pada TV tabung di bagian pojok kiri atas jadi berbekas logo Indosiar, apabila diganti ke channel lain.

Namun sejak tahun 2012, logo tersebut kembali digunakan.
Akan tetapi, logo tersebut diberi efek mengkilap.

Tahun 1995 - 2007 dan 2012 - sekarang
Tahun 2007 - 2012
Daftar Direktur Utama Indosiar
1995 - 1996 : Eko Santoso
1996 - 2011 : Anky Handoko
2011 - 2013 : Lie Halim
2013 - Sekarang  : E. Loe Soei Kim

Slogan : Memang Untuk Anda

Contact  Indosiar
PT. Indosiar Visual Mandiri
National Television Broadcasting Station
Jl. Damai No. 11 daan Mogot, Jakarta 11510 - Indonesia
Telp : (62-21) 567-2222, 568-8888
Fax : (62-21) 565-5756
www.indosiar.com




Diambil Dari : Wikipedia Indonesia & Web Indosiar
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah Stasiun Televisi Indosiar

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul Sejarah ANTV (Stasiun Televisi)

antv (dieja Anteve, singkatan dari Andalas Televisi) adalah suatu stasiun televisi swasta nasional Indonesia.

antv dimiliki oleh konglomerat muda
Anindya Bakrie dan sekarang dikelola oleh Dudi Hendrakusuma,
yang menjadi Presiden Direktur dari stasiun televisi ini, dibawah PT. VISI MEDIA ASIA
Konglomerat media asal Amerika Serikat, Rupert Murdoch, membeli sekitar 20% saham antv pada 30 April 2006 melalui perusahaannya di Hong Kong, Star TV.

ASAL USUL SEJARAH ANTV
antv didirikan pada 1 Januari 1993 sebagai stasiun televisi lokal di kota Lampung.
Tanggal 18 Januari 1993 antv mendapat izin siaran nasional melalui Keputusan Menteri Penerangan RI No. 04A/1993.
Sepuluh hari setelah izin tersebut keluar antv mengudara secara nasional.
Studio antv yang semula berada di Lampung dipindahkan ke Jakarta.

Tepat tanggal 1 Maret 1993 antv untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri berupa liputan berita aktual jalannya Sidang Umum DPR/MPR.
Saat itu antv berhasil melakukan siaran langsung meliput jalannya kegiatan penting kenegaraan.
Momen istimewa itu yang kini dijadikan sebagai hari jadi antv.

Stasiun televisi ini pada mulanya dikhususkan pada pemirsa remaja (usia 13–25 tahun) dan pernah menyiarkan acara-acara MTV Indonesia hingga awal tahun 2000-an,
tetapi tahun 2002 stasiun ini berkembang menjadi stasiun untuk segala usia, sama dengan stasiun televisi yang lain.

antv berhasil mencatatkan prestasi gemilang di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyelenggara konser selama 72 jam yang diselenggarakan akhir tahun 2003.

Pada 30 April 2006 antv berhasil menjalin kerjasama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV.
Kerjasama ini ditandai dengan masuknya 20% saham STAR TV ke antv.
Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

LOGO ANTV
1. Logo ANTV pertama yang dipakai dari 1 Januari 1993 sampai dengan 13 Maret 2003
2. Logo ANTV kedua dipakai dari 13 Maret 2003 sampai dengan 30 April 2006
3. Logo ANTV ketiga dipakai dari 30 April 2003 sampai dengan 20 September 2009
4. Logo ANTV keempat dipakai dari 20 September 2009 hingga sekarang

Mulai September 2009, antv kembali mengubah logonya dengan kemiripan seperti logo yang lama.

Memiliki kotak yang berbentuk sama dengan logo sebelumnya, namun logo ini didominasi warna merah dengan bayangan berwarna kuning dan menggunakan huruf "antv".

Pancaran yang tebal dan berwarna merah menggambarkan kekuatan dan kepercayaan diri antv menuju masa depan yang gemilang, yang memperlihatkan ANTV dipersembahkan sebagai kebanggaan Indonesia.

Warna putih melambangkan tekad ANTV menjalankan usaha ini berdasarkan azas ketentuan yang berlaku dilandasi nilai-nilai kejujuran, ketulusan, serta menjunjung tinggi integritas bangsa.

Warna kuning melambangkan kemakmuran dimana kami berharap bahwa ANTV akan dapat memberikan kemakmuran kepada seluruh pemangku kepentingan.

SLOGAN ANTV
1. Wow Keren, Dipakai dari tahun 1993 - 2003
2. Makin Keren, Dipakai dari tahun 2003 - 2005
3. Makin Dekat, Makin Memikat, Dipakai dari tahun 2005 - 2009
4. TV Ramah buat keluarga, Dipakai dari tahun 2009 - 2010
5. Berkilau bersama ANTV, Dipakai dari tahun 2010 - ...

Daftar Direktur Utama ANTV
 1. Agung Laksono, dari tahun 1993 - 1998
2. Nenny Soemawinata, dari tahun 1998 - 1999
3. Azkarmin Zaini, dari tahun 1999 - 2000
4. Anton A. Nangoy, dari tahun 2000 - 2002
5. Anindya Bakrie, dari tahun 2002 - 2009
6. Dedi Hendrakusuma, dari tahun 2009 - ......

Saluran Affiliasi ANTV
1. TV7, dari tahun 2002 - 2005
2. TvOne, dari tahun 2006 - .............

Official Website :ANTV

Diambil dari Wikipedia
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah ANTV (Stasiun Televisi)

print halaman iniPrint halaman ini

Sejarah TRANS TV (Stasiun Televisi Indonesia)

Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung.
Dengan motto "Milik Kita Bersama",
konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya.
Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corporation.


Sejarah
Trans TV memperoleh ijin siaran didirikan pada tanggal 1 Agustus 1998 Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 meski baru terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan Bandung.
Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa pukul 19.00 WIB malam.
Trans TV kemudian pertama mengudara mulai diluncurkan diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri sejak tanggal 15 Desember 2001 sejak sekitar pukul 19.00 WIB Malam, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

Daftar Direktur Utama
1. Ishadi S.K.
Menjabat dari tahun 1998 - 2008
2. Wishnutama
Menjabat dari tahun 2008 - Sekarang

Logo
Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.


VISI :
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.

MISI :
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.

Kantor Pusat
Studio TransTV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan.
Website : TRANS TV

Diambil dari Wikipedia
Baca Selengkapnya::: - Sejarah TRANS TV (Stasiun Televisi Indonesia)

print halaman iniPrint halaman ini

Sejarah SCTV (stasiun televisi)

Asal Usul Sejarah SCTV
SCTV (awalnya singkatan dari Surabaya Central Televisi) mengudara pertama kali pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya, Jawa Timur,
dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan).
Pada tahun 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Bali dan sekitarnya.
Sejak itu kepanjangan SCTV menjadi Surya Citra Televisi.

Pada tanggal 1 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 111/1992,
SCTV mengudara secara nasional.
Secara bertahap, bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.
Saat ini, melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa.

Sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua".
sebelumnya Slogan SCTV adalah "SCTV ngetop"

Saat ini kantor pusat SCTV terletak di SCTV Tower, Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta Pusat.
Sebelum 23 November 2007, kantor pusat SCTV berada di Jalan Gatot Subroto Kavling 21 Jakarta.
SCTV juga memiliki studio penta di Jalan Raya Perjuangan No. 3-4 Komplek Kawasan RCTI, Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Saat ini kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM).
Sejak pertengahan 1990-an, SCTV yang semula satu manajemen dengan RCTI akhirnya keduanya berpisah manajemen.

Logo Yang Pernah Di pakai SCTV

Ini adalah Logo SCTV saat PErtama Kali Di Surabaya.
Tetapi logo ini dipakai oleh sebagian harian surat kabar di seluruh Indonesia setelah SCTV pindah ke Jakarta (1990-1993).





Logo SCTV yang dipakai dari tahun 1990 sampai  2004
dengan Slogan SCTV NGetop.







Logo SCTV yang dipakai dari tahun 2004 - 2005
dengan SLogan SCTV Ngetop.




Logo SCTV yang dipakai dari Tahun 2005 hingga sekarang,
dan dengan Slogan baru menggantikan Slogan lama yaitu SCTV Ngetop menjadi SCTV Satu Untuk Semua.

Daftar Direktur Utama SCTV
1. Slamet Supoyo  dari tahun 1990 -  1991
2. Adi Satria dari tahun 1991 -  1993
3. Henry Pribadi dari tahun 1993 - 1997
4. Agus Mulyanto dari tahun 1997  - 2002
5. Lanny Ratulangi dari tahun 2002 -  2003
6. Wisnu Hadi dari tahun 2003 - 2005
7. Fofo Sariaatmadja dari tahun 2005 - sekarang

Manajemen SCTV yang tercatat Hingga TAhun 2011
Dewan Komisaris :
Bp. R. Soeyono : Komisaris Utama
Bp. Eddy Sariaatmadja : Komisaris
Bp. Susanto Suwarto : Komisaris
Ibu Siti Hediati Hariyadi : Komisaris
Bp. Budi Harianto : Komisaris
Bp. Agus Lasmono : Komisaris Independen

Direksi :

Bp. Fofo Sariaatmadja : Direktur Utama
Ibu Grace Wiranata : Direktur Keuangan
Ibu Harsiwi Achmad : Direktur Program & Produksi
Bp. Lie Halim : Direktur Pemasaran & Penjualan
Bp. Alvin W. Sariaatmadja : Direktur Pengembangan Usaha

WEbsite: SCTV Satu Untuk Semua

Diambil dari WIkipedia Indonesia dan WEbsite SCTV
Baca Selengkapnya::: - Sejarah SCTV (stasiun televisi)

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Mula / Usul SEjarah RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)

RCTI merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Tujuannya adalah sebagai alternatif atas tontonan menarik yang sebelum 1989 dikuasai oleh TVRI yang saat itu menjadi corong pemerintah untuk mempropagandakan Orde Baru yang berkuasa saat itu.

RCTI awal siaran lewat ijin saluran membasis di Jakarta & sekitarnya dengan dekoder kemudian mengudara pada tanggal 1 Januari 1987 di Jakarta kemudian siaran percobaan mulai pada tanggal 1 Januari 1988 dan diresmikan tanggal 24 Agustus 1989 bertepatan dengan ulang tahun TVRI ke-27 membasis di Jakarta.

Saat awal siaran, RCTI hanya menayangkan acara-acara luar negeri karena modalnya lebih murah jika dibandingkan dengan memproduksi sendiri yang biayanya jauh lebih mahal.

Karena setiap hari pelanggan dekoder RCTI semakin bertambah di wilayah Jabodetabek, maka pemerintah akhirnya mengizinkan RCTI untuk bersiaran secara bebas mulai 24 Agustus 1990. Saat itu pula di Surabaya persembahan PT. Bimantara Citra, Tbk. juga mendirikan stasiun televisi yang bertujuan menayangkan acara-acara RCTI di Surabaya, yaitu SCTV.

Saat itu pula, RCTI dan SCTV dikenal sebagai "Saudara Kembar" karena RCTI dan SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI meskipun waktu tayang antara RCTI dan SCTV selalu berbeda. Setelah sekian lama bersiaran lokal di kota Jabodetabek, akhirnya tanggal 24 Agustus 1990 RCTI bersiaran secara nasional, namun hal itu baru direalisasikan tahun 1990 saat meluncurkan RCTI Bandung yang bertugas merelay acara-acara RCTI di Jakarta sejak tanggal 1 September 1990.

RCTI termasuk stasiun televisi besar di Indonesia, tapi susunan acaranya berbeda. Setelah sukses dengan RCTI dari Bandung, akhirnya awal tahun 1990 RCTI bersiaran secara nasional, diantaranya Banda Aceh, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Batam, Manado, Balikpapan, Lombok, Flores, Ambon, Jayapura dan hingga akhirnya tahun 1993 RCTI sudah bisa disaksikan di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1997, terjadi kekisruhan antar pemilik saham RCTI dan SCTV. Itu semua karena pemilik saham SCTV merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh [PT. Bimantara Citra, Tbk. yang lebih me-nomor satu-kan RCTI ketimbang SCTV. Karena itulah, RCTI dan SCTV memutuskan untuk berpisah dan menjalankan kehidupannya sendiri-sendiri.

Tahun 1999, RCTI merupakan televisi swasta pertama yang melakukan reformasi besar-besaran dalam susunan manajemen. Hampir semua susunan direksi dan komisaris dirombak total untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang sempat merugi karena krisis moneter tahun 1997 lalu. Setelah 4 tahun menyendiri, akhirnya RCTI memiliki 2 stasiun televisi yang menjadi teman RCTI, yaitu Metro TV dan Global TV.

PT. Bimantara Citra Tbk. mendirikan Global TV (PT. Global Informasi Bermutu, Tbk.) pada tahun 1999 dan memiliki 70% saham atas Global TV dan juga memodali berdirinya Metro TV (PT. Media Televisi Indonesia, Tbk.) dan memiliki 25% saham Metro TV. Namun, pada tahun 2002, PT. Bimantara Citra, Tbk. berganti manajemen setelah dibeli PT. Bhakti Investama, Tbk. Pemilik baru dari PT. Bimantara Citra, Tbk. menilai Metro TV kurang memberikan keuntungan berarti dan segmentasinya tumpang tindih dengan RCTI. Hingga akhirnya Bimantara menjual 25% saham Metro TV dan 1 Juli 2003 Bimantara membeli 75% saham PT. Cipta TPI, Tbk. dan langsung menempatkan para direksi baru di TPI. dan pada 1 Oktober 2003, PT. Bimantara Citra, tbk. mendirikan induk usaha untuk RCTI, TPI dan Global TV yaitu Media Nusantara Citra (MNC).

Sejak 1 Oktober 2003, RCTI dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki Global TV dan TPI. RCTI memiliki hak siar atas ajang sepak bola Euro 2008 bersama Global TV dan TPI. RCTI juga mengudara di Timor-Leste. Tahun 2009 telah berusia 20 tahun dan Finalis The Master Limbad juara runner up the master telah beraksi berdiri di menara selama 20 jam di menara 20 meter tanggal 24 Agustus 2009, Limbad berhasil menjatuhkan diri dari menara yaitu pertanda Hari ulang tahun RCTI yang ke-20. Direktur Utama RCTI saat ini adalah Hary Tanoesoedibjo, yang juga Presiden Direktur dan CEO dari Media Nusantara Citra (MNC) dan Global Mediacom RCTI-pun menggandeng JakTV stasiun televisi lokal Jakarta, untuk bergabung dalam satu manajemen, yaitu Media Nusantara Citra (MNC) Tbk. pada tahun 2005 yang lalu.

Direktur Utama yang Pertama
Peter F. Gontha
Putra pasangan V Willem Gontha dan Alice ini memulai kariernya dari bawah. Ia pernah bekerja sebagai awak kapal pesiar Holland-American Line yang berpusat di Belanda dan rutenya trans-Atlantik, mendapat beasiswa belajar akunting di Praehap Institute Belanda dari Shell, lalu meniti karier di Citibank New York dan akhirnya menjadi Vice President American Express Bank untuk Asia. Selama kuliah, untuk tetap bisa hidup dia bekerja sebagai sopir taksi, pelayan restoran, kelasi, hingga menjadi pembersih karat kapal. Sampai akhirnya sekarang ini telah banyak perusahaan yang didirikannya antara lain Plaza Indonesia Realty (The Grand Hyatt Jakarta), Bali Intercontinental Resort, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), PT Chandra Asri Indonesia, PT Tri Polyta Indonesia, serta Indovision


Direktur Utama Yang Sekarang
 Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo (lahir di Jakarta, 26 September 1965; umur 44 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia. Hary lulus dengan gelar Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton University, Ottawa-Kanada, pada tahun 1988 dan gelar Master of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa-Kanada, pada tahun 1989.

Saat ini Hary memegang beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia. Ia ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Global Mediacom Tbk (sejak tahun 2002) setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut. Ia adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT Bhakti Investama Tbk sejak tahun 1989.

Slogan
SEmakin OKE
Website : RCTI

Diambil dari http://archive.kaskus.us/thread/4845557
Baca Selengkapnya::: - Asal Mula / Usul SEjarah RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul SEjarah TVRI (Televisi Republik Indonesia)

ASal Usul SEjarah TVRI
Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi pertama di Indonesia, yang
mengudara sejak tahun 1962 di Jakarta dan Starvision Plus pada tanggal 23 Agustus
1962.
Siaran perdananya menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia ke-17 dari Istana Negara Jakarta.
Siarannya ini masih berupa hitam putih.
TVRI kemudian meliput Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta dan di Jakarta
Timur di Sentul Pada Tanggal 24 Agustus 1962 sejak Capcom di Jepang pada tahun 1979
dan di Jakarta Indonesia pada sejak 1983.

Dahulu TVRI pernah menayangkan iklan dalam satu tayangan khusus yang dengan judul
acara Mana Suka Siaran Niaga (sehari dua kali).
Pada tahun 80-an dan 90-an TVRI tidak diperbolehkan menayangkan iklan nayang iklannya hanya di jakarta timur, dan akhirnya TVRI kembali menayangkan iklan.

Status TVRI saat ini adalah Lembaga Penyiaran Publik.
Sebagian biaya operasional TVRI masih ditanggung oleh negara.
TVRI memonopoli siaran televisi di Indonesia sebelum tahun 1989 ketika didirikan
televisi swasta pertama RCTI di Jakarta, dan SCTV pada tahun 1990 di Surabaya.

Latar belakang
• Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek
media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah
koordinasi urusan proyek Asian Games IV.
• Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No.
20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).
• Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina
mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat itu, Maladi untuk segera
menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan)
dengan jadwal sebagai berikut:
1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).
2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter.
3. Mempersiapkan software (program dan tenaga).
• Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan
acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana
Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt. Kemudian
pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan acara
siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora
Bung Karno.
• Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang
pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.
• Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah
dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara berturut-turut diikuti
dengan Stasiun Medan, Surabaya, Ujungpandang (Makassar), Manado, Denpasar
dan Balikpapan (bantuan Pertamina).

Pembangunan Stasiun Produksi Keliling
Mulai tahun 1977, secara bertahap di beberapa ibu kota Provinsi dibentuklah Stasiunstasiun
Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi sebagai perwakilan atau koresponden
TVRI di daerah, yang terdiri dari:
1. SPK Jayapura
2. SPK Ambon
3. SPK Kupang
4. SPK Malang (Tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI Stasiun Surabaya)
5. SPK Semarang
6. SPK Bandung
7. SPK Banjarmasin
8. SPK Pontianak
9. SPK Banda Aceh
10. SPK Jambi
11. SPK Padang
12. SPK Lampung

Status TVRI pada Era Orde Baru
Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tatakerja
Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung-jawab pada
Direktur Jendral Radio, TV, dan Film, Departemen Penerangan Republik Indonesia.

Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah menyampaikan informasi
tentang kebijakan Pemerintah kepada rakyat dan pada waktu yang bersamaan
menciptakan two-way traffic (lalu lintas dua jalur) dari rakyat untuk pemerintah selama
tidak mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah.

Pada garis besarnya tujuan kebijakan Pemerintah dan program-programnya adalah untuk
membangun bangsa dan negara Indonesia yang modern dengan masyarakat yang aman,
adil, tertib dan sejahtera, yang bertujuan supaya tiap warga Indonesia mengenyam
kesejahteraan lahiriah dan mental spiritual. Semua kebijaksanaan Pemerintah beserta
programnya harus dapat diterjemahkan melalui siaran-siaran dari studio-studio TVRI
yang berkedudukan di ibukota maupun daerah dengan cepat, tepat dan baik.
Semua pelaksanaan TVRI baik di ibu kota maupun di Daerah harus meletakkan tekanan
kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI menjadi suatu well-integrated mass media
(media massa yang terintegrasikan dengan baik) Pemerintah.

Tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI
memiliki status ganda yaitu selain sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat
Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/birokrasi.

TVRI di Era Reformasi
Bulan Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan
status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara kelembagaan berada di
bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI.
Bulan Oktober 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2001 tentang
pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN untuk urusan
organisasi dan Departemen Keuangan Republik Indonesia|Departemen Keuangan RI
untuk urusan keuangan.

Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002, status TVRI
diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI di bawah pengawasan Departemen
Keuangan RI dan Kantor Menteri Negara BUMN.

Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan
hukum yang didirikan oleh negara. Semangat yang mendasari lahirnya TVRI sebagai
Lembaga Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi untuk kepentingan publik,
bersifat netral, mandiri dan tidak komersial. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005
menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan
hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk
kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang
menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua di Indonesia dan
satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia dengan
jumlah penonton sekitar 82 persen penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 27
stasiun Daerah dan 1 Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Ke 27 TVRI Stasiun Daerah tersebut adalah :
1. TVRI Stasiun DKI Jakarta
2. TVRI Stasiun Nangroe Aceh Darussalam
3. TVRI Stasiun Sumatera Utara
4. TVRI Stasiun Sumatera Selatan
5. TVRI Stasiun Jawa Barat dan Banten
6. TVRI Stasiun Jawa Tengah
7. TVRI Stasiun Jogyakarta
8. TVRI Stasiun Jawa Timur
9. TVRI Stasiun Bali
10. TVRI Stasiun Sulawesi Selatan
11. TVRI Stasiun Kalimantan Timur
12. TVRI Stasiun Sumatera Barat
13. TVRI Stasiun Jambi
14. TVRI Stasiun Riau dan Kepulauan Riau
15. TVRI Stasiun Kalimantan Barat
16. TVRI Stasiun Kalimantan Selatan
17. TVRI Stasiun Kalimantan Tengah
18. TVRI Stasiun Papua
19. TVRI Stasiun Bengkulu
20. TVRI Stasiun Lampung
21. TVRI Stasiun Maluku dan Maluku Utara
22. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Timur
23. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Barat
24. TVRI Stasiun Gorontalo
25. TVRI Stasiun Sulawesi Utara
26. TVRI Stasiun Sulawesi Tengah
27. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara

Karyawan TVRI pada Tahun Anggaran 2007 berjumlah 6.099, terdiri atas 5.085 orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1.014 orang Tenaga Honor/Kontrak yang tersebar di
seluruh Indonesia dan sekitar 1.600 orang di antaranya adalah karyawan Kantor Pusat
dan TVRI Stasiun Pusat Jakarta.

TVRI bersiaran dengan menggunakan dua sistem yaitu VHF dan UHF, setelah selesainya
dibangun stasiun pemancar Gunung Tela Bogor pada 18 Mei 2002 dengan kekuatan 80
Kw. Kota-kota yang telah menggunakan UHF yaitu Jakarta, Bandung dan Medan, selain
beberapa kota kecil seperti di Kalimantan dan Jawa Timur.

TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam, mulai pukul 05.00 WIB
hingga 24.00 WIB dengan substansi acara bersifat informatif, edukatif dan entertain.

TVRI dewasa ini
Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV Publik sesuai dengan
undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, maka TVRI diberi masa transisi
selama 3 tahun dengan mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2002 di mana
disebutkan TVRI berbentuk PERSERO atau PT.
Melalui PERSERO ini Pemerintah mengharapkan Direksi TVRI dapat melakukan
pembenahan-pembenahan baik di bidang Manajemen, Struktur Organisasi, SDM dan
Keuangan. Sehubungan dengan itu Direksi TVRI tengah melakukan konsolidasi, melalui
restrukturisasi, pembenahan di bidang Marketing dan Programing, mengingat sikap
mental karyawan dan hampir semua acara TVRI masih mengacu pada status Perjan yang
kurang memiliki nilai jual.

Khusus mengenai karyawan, Direksi TVRI melalui restrukturisasi akan diketahui jumlah
sumber daya manusia yang dibutuhkan, berdasarkan kemampuan masing-masing
individu karyawan untuk mengisi fungsi-fungsi yang ada dalam struktur organisasi sesuai
dengan keahlian dan profesi masing-masing, dengan kualifikasi yang jelas.

Melalui restrukturisasi tersebut akan diketahui apakah untuk mengisi fungsi tersebut di
atas dapat diketahui, dan apakah perlu dicari tenaga profesional dari luar atau dapat
memanfaatkan sumberdaya TVRI yang tersedia.

Dalam bentuk PERSERO selama masa transisi ini, TVRI benar-benar diuji untuk belajar
mandiri dengan menggali dana dari berbagai sumber antara lain dalam bentuk kerjasama
dengan pihak luar baik swasta maupun sesama BUMN serta meningkatkan
profesionalisme karyawan.

Dengan adanya masa transisi selama 3 tahun ini, diharapkan TVRI akan dapat memenuhi
kriteria yang disyaratkan oleh undang-undang penyiaran yaitu sebagai TV publik dengan
sasaran khalayak yang jelas.

Bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal 20 Mei 2003 yang lalu,
TVRI mengoperasikan kembali seluruh pemancar stasiun relay TVRI sebanyak 376 buah,
yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai stasiun televisi pertama di negeri ini, TVRI telah melalui perjalanan panjang dan
mempunyai peran strategis dalam perjuangan dan perjalanan kehidupan bangsa. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, bertepatan dengan
ulang tahunnya yang ke-44 (24 Agustus 2006), TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran
Publik.

Programa 2
TVRI juga memiliki Programa 2 Jakarta, pada saluran/chanel 8 VHF. Programa 2 mulai
mengudara pada April 1989 dengan acara tunggal siaran berita bahasa Inggris dengan
nama Six Thirty Report selama setengah jam pukul 18.30 WIB, di bawah tanggung jawab
bagian Pemberitaan.

Pada perkembangannya rubrik tersebut berubah nama menjadi English News Service
(ENS). Programa 2 TVRI kini mengudara mulai pukul 16.00 - 21.00 WIB dengan
berbagai jenis acara berita dan hiburan.

Sekarang ini tengah dilakukan negosiasi dengan pihak swasta untuk bekerjasama di
bidang manajemen produksi dan siaran programa 2 TVRI Jakarta dan sekitarnya, dengan
adanya rencana perubahan frekuensi dari VHF ke UHF. Di bidang isi siaran akan lebih
ditekankan kepada paket-paket jadi (can product) dengan materi siaran untuk konsumsi
masyarakat metropolitan Jakarta.

Slogan   TVRI 
"Menjalin Persatuan dan Kesatuan"
"Makin Dekat di Hati"

Gambar Gambar LOGO TVRI


 Sumber : wikipedia indonesia
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul SEjarah TVRI (Televisi Republik Indonesia)

print halaman iniPrint halaman ini