Translate

Cari Artikel

Tampilkan postingan dengan label Sejarah Tempat Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Tempat Wisata. Tampilkan semua postingan

Asal Usul Sejarah Baturaden Purwokerto

Baturraden dikenal sebagai tempat pariwisata atau peristirahatan pegunungan sejak tahun 1928 yang memiliki hawa yang sejuk

ASAL USUL SEJARAH BATURRADEN
Sejarah atau cerita yang berhubungan dengan nama Baturraden itu ada dua versi, yaitu versi Kadipaten Kutaliman dan versi Syekh Maulana Maghribi.
Baturraden berasal dari dua kata yaitu ‘Batur’ yang dalam bahasa Jawa berarti Pembantu, Teman, atau Bukit dan ‘Raden’ yang dalam bahasa juga berarti Bangsawan. Dilihat dari susunan kata-katanya, maka nama Baturraden terdiri dari kata :
a. Batur – Radin, yang artinya tanah datar
b. Batur – Adi, yang artinya tanah yang indah
Dua macam nama tersebut bukan sesuatu nama yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan wilayah lain sepanjang lereng Gunung Slamet dari arah barat ke timur sampai Dieng plateau (dataran tinggi Dieng). Disekitar Baturraden juga terdapat beberapa nama diawali dengan kata ‘Batur’, seperti; Batur Agung, Batur Golek, Batur Semende, Batur Sengkala, Batur Macan, Batur Duwur, Batur Wadas Galengan dan Batur Begalan.

Versi Kadipaten Kutaliman
Pada Ratusan tahun silam konon terdapat sebuah Kadipaten ‘KUTALIMAN’ yang terletak 10 km disebelah Barat Baturraden. Adipatinya mempunyai beberapa anak perempuan dan seorang ‘gamel’ (pembantu yang menjaga kuda). Salah satu anak perempuannya jatuh cinta dengan gamel. Cinta mereka dilakukan secara sembunyi-sembuyi. Sesudah mendengar berita, bahwa anak perempuannya jatuh cinta dengan pembantunya, sang Adipati marah dan mengusir gamel dan anak perempuannya dari rumah. Diperjalanan dia melahirkan bayi didekat sungai, kemudian mereka menamakannya sungai ‘Kaliputra’. (Kali berarti Sungai dan Putra berarti anak laki-laki). Letaknya kira-kira tiga kilometer sebelah utara Kutaliman. Akhirnya mereka menemukan tempat yang indah dan memutuskan untuk tinggal di tempat yang sekarang dikenal dengan nama ‘Baturraden’. Berdasarkan versi pertama tersebut nama Baturaden seharusnya ditulis dengan dua ‘R’ karena versi tersebut berasal dari kata ‘Batur’ dan ‘Raden’ menjadi ‘BATURRADEN’.

Versi Syekh Maulana Maghribi
Konon di Negara Rum, bertahta seorang Pangeran bernama Syekh Maulana Maghribi berasal dari Turki yang memeluk agama Islam dan dia adalah seorang ulama. Pada waktu fajar menyingsing, setelah beliau melakukan kewajibannya selaku orang muslim, terlihatlah oleh beliau cahaya terang misterius bersinar disebelah timur menjulang tinggi di angkasa. Terdorong oleh perasaan ingin mengetahui tempat darimana cahaya terang misterius itu datang dan makna dari cahaya terang tersebut, maka timbullah niat dan itikad yang kuat di dalam sanubarinya dan mencari tempat yang dimaksud. Seorang sahabatnya bernama Haji Datuk dipanggil dan diperintahkan supaya para hulubalang dan balatentaranya menyiapkan armada dengan segala perlengkapannya untuk berlayar menuju kearah datangnya cahaya misterius tersebut. Maka,berangkatlah si Pangeran bersama-sama dengan sahabatnya itu 298 (dengan dua ratus sembilan puluh delapan) orang pengikutnya mengarungi samudera menuju kearah terlihatnya cahaya itu memancar selama 40 malam.
Kemudian sampailah mereka di ujung timur sebuah pulau yang bernama dengan Pulau Jawa. Adapun tempat dimana mereka membuang sauh dewasa ini terkenal dengan nama Pantai Gresik.

Meskipun mereka telah lama menempuh perjalanan penuh dengan berbagai kesulitan dan penderitaan serta menghadapi bermacam-macam marabahaya, mereka belum mencapai apa yang menjadi cita-cita atau tujuannya karena cahaya terang misterius tersebut tampak disebelah barat. Pada suatu waktu terlihat kembali cahaya terang yang sedang dicarinya itu disebelah barat dan mereka mengambil keputusan kembali karah barat dengan menempuh jalan di laut Jawa di pantai Pemalang Jawa Tangah, dimana mereka berlabuh sambil sekedar melepas lelah. Ditempat ini Syekh Maulana Maghribi meminta para armadanya untuk pulang ke negerinya, sedangkan Syekh Maulana Maghribi ditemani oleh Haji Datuk dan untuk sementara bermukim ditempat itu.

Karena mereka mempunyai kepercayan pada Yang Maha Pencipta, mereka dijiwai oleh kekuatan Gaib yang tiada kunjung padam dan berketetapan hati akan melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil menyebarkan agama Islam. Dari Pemalang mereka menuju ke selatan menyusuri hutan belantara tanpa mengenal bahaya yang dihadapinya karena tertarik sinar cahaya misterius yang sekarang terlihat di Timur Laut. Berhubung jalur yang ditempuhnya itu meletihkan, maka mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelahnya sambil termenung merasakan kisah perjalanannya serta kewajibannya yang dibebankan diatas pundaknya untuk menyebarluaskan agama Islam. Tempat dimana mereka beristirahat dengan diliputi pikiran-pikiran (gagasan-gagasan) dan perasaan-perasaan yang memenuhi hati sanubarinya diberi nama ‘Paduraksa’ yang artinya bertengkar didalam kalbu atau rasa.

Dari tempat itu mereka meneruskan perjalanannya ke selatan lagi dan sampailah mereka di hutan belukar dan untuk melepaskan lelahnya mereka singgah diatas tonggak randu yang tumbang dan tempat tersebut mereka beri nama ‘Randudongkal’. Dari tempat peristirahatannya itu, cahaya terang masih kelihatan ada di timur laut, dan mereka meneruskan perjalanannya menuju arah cahaya tadi. Dan sebelum mereka sampai ketempat yang menjadi tujuannya mereka berhenti untuk beristirahat di dekat Sendang (kolam) untuk melakukan ibadah Sholat, dan sesudahnya tempat tersebut diberi nama ‘Belik’. Setelah melakukan Sholat, maka perjalanan diteruskan kearah timur dan sampailah disuatu tempat, dimana terdapat banyak batu-batuan dan di tempat tersebut mereka beristirahat lagi sambil memikirkan bagaimana cara mereka dapat menjangkau tempat kedudukan cahaya yang dicarinya, karena cahaya terang tersebut terlihat ada dipuncak Gunung. Tempat dimana mereka beristirahat dan terdapat banyak batu-batuan itu diberi nama ‘Watu Kumpul’.
Karena tekadnya yang kuat, pendakian itu dilakukan hingga akhirnya sampailah mereka di tempat yang dituju. Terlihat oleh mereka seorang pertapa yang menyandarkan dirinya pada sebatang pohon jambu yang mengeluarkan sinar yang bercahaya menjulang tinggi ke angkasa. Perlahan-lahan Syekh Maulana Maghribi dan Haji Datuk menuju mendekati tempat tersebut sambil mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum’, tetapi tidak dijawabnya oleh si petapa meskipun berulangkali diucapkan. Setelah ternyata salamnya tidak mendapat jawaban, maka Haji Datuk berkata pada Syekh Maulana Maghribi : ‘Kiranya pertapa itu adalah seorang Budha’. Mendengar perkataan tersebut, si petapa itu lalu menjawab : ‘Sesungguhnya saya ini adalah orang Budha yang Sakti’. Mendengar kata-kata sakti maka Syekh Maulana Maghribi meminta kepada pemeluk agama Budha tadi, bahwa beliau ingin melihat atau menyaksikan kesaktiannya,maka diambillah tutup kepalanya yang berupa kopiah itu dapat terbang di angkasa. Syekh Maulana Maghribi tergolong orang yang mempunyai kesaktian dan didorong oleh rasa ingin mengimbangi kemukjizatan si pertapa itu, lalu melepaskan bajunya dan dilemparkan keatas, ternyata baju tersebut dapat terbang di udara dan selalu menutupi kopiah si pertapa yang menandakan bahwa kesaktiannya lebih unggul dari kesaktian orang Budha itu,tetapi ia belum mau menyerah dan masih akan mempertontonkan lagi kepandaiannya yang berujud menyusun telur setinggi langit. Melihat keadaan tersebut diatas Syekh Maulana Maghribi merasa heran, namun demikian ia tidak mau dikalahkan begitu saja, maka dengan tenangnya diperintahkan kepada si pertapa agar ia mau mengambil telur itu satu persatu dari bawah tanpa ada yang jatuh. Ternyata pertapa itu tidak sanggup melakukannya. Karena si pertapa sudah benar-benar tidak melakukannya hal tersebut, maka Syekh Maulana Maghribi mengambil tumpukan telur tadi dimulai dari bawah sampai selesai dengan tidak ada satupun yang jatuh.


Syekh Maulana Maghribi masih merasa belum puas dan masih meneruskan perjuangannya sekali lagi dengan memperlihatkan pemupukan periuk-periuk berisi air sampai menjulng tinggi. Lalu, Syekh Maulana Maghribi berkata : ‘Ambillah periuk-periuk itu satu demi satu dari bawah tanpa ada yang berjatuhan’. Setelah ternyata tidak ada kesanggupan daari si pertapa, maka beliau sendirilah yang melakukannya dan periuk yang terakhir itu pecah dan airnya memancar kesegala penjuru.

Akhirnya si pertapa yang mengaku bernama ‘Jambu Karang’ (nama tersebut berasal dari pohon sandarannya, yaitu sebatang pohon jambu dimana disekelilingnya terdapat batu-batuan) menyerah kalah serta berjanji akan memeluk agama Islam. Janji tersebut diterima oleh Syekh Maulana Maghribi dan Jambu Karang diperintahkan untuk memotong rambut dan kukunya dan selnjutnya dikubur di ‘Penungkulan’ (tempat dimana si pertapa menyerah kalah). Kemudian dilakukan upacara penyucian dengan air zam-zam yng dibawa oleh Haji Datuk dari Tanah Suci atas perintah Syekh Maulana Maghribi dengan mempergunakan tempat dari bambu (bumbung). Setelah upacara penyucian selesai, bumbung berisikan sisa air disandarkan pada pohon waru, tetap karena kurang cermat menyandarkannya maka robohlah bumbung tadi dan pecah sehingga air sisa tersebut berhamburan dan di tempat tersebut konon kabarnya menjadi mata air yng tidak mengenal kering dimusim kemarau.

Setelah pertapa disucikan menjadi pemeluk agama Islam, maka namanya diubah menjadi ‘Syekh Jambu Karang’. KemudianSyekh Jambu Karang akan mendapatkan wejangan (bai’at), beliau menunjukkan suatu tempat yang serasi dan cocok untuk upacara bai’at tersebut yaitu diatas bukit ‘Kraton’. Sesaat setelah Syekh Jambu Karang menerima wejangan, turun hujan lebat disertai dengan angin ribut yang mengakibatkan pohon-pohon disekeliling tempat itu menundukkan dahan-dahannya seperti sedang menghormati Gunung Kraton yaitu tempat dimana Syekh Maulana Maghribi sedang memberikan wejangan (membai’at) Syekh Jambu Karang menjadi seorang Muslim. Menurut hikayatnya, Syekh Jambu Karang mempunyai seorang putri bernama ‘Rubiah Bhakti’ yang dipersunting oleh Syekh Maulana Maghribi, setelah Syekh Jambu Karang menjadi seorang Muslim dengan mas kawin berupa mas merah setanah Jawa. Setelah memperistrikan putri Syekh Jambu Karang, Syekh Maulana Maghribi berganti nama menjadi ‘Atas Angin’. Dari perkawinannya tersebut menurunkan lima orang putera dan puteri, yaitu :

1. Makdum Kusen (Makam di Rajawana)
2. Makdum Medem (Makam di Cirebon)
3. Makdum Umar (Makam diKarimun Jawa)
4. Makdum (yang menghilang atau murca)
5. Makdum Sekar (Makam di Gunung Jembangan)

Adapun Syekh Jambu Karang tetap bermukim di Gunung Kraton, dan setelah wafat dimakamkan ditempat itu pula dan tempat pemakamannya disebut ‘Gunung Munggul’ (puncak yang tertinggi didaerah itu).
Syekh Maulana Maghribi yang terkenal dengan ‘Mbah Atas Angin’ selama empat puluh lima tahun bermukim disuatu tempat atau pedukuhan yang bernama ‘Banjar Cahayana’ (mungkin tempat tersebut didiami setelah menemukan cahayanya). Di tempat tersebut Mbah Atas Angin menderita penyakit gatal-gatal yang susah disembuhkan. Hal ini menimbulkan keprihatinan disertai dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya diberi rahmat serta berkah terhindar dari penyakitnya itu.

Sesudah sholat Tahajud.dia mendapat Ilham bahwa dia harus pergi ke Gunung ‘Gora’ dimana ia akan mendapatkan obat mujarab untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Kemudian pagi-pagi waktu Shubuh Mbah Atas Angin bersama Haji Datuk pergi kearah barat dan pada siang hari sampailah mereka dilereng Gunung Gora. Sesudah sampai di lereng Gunung Gora beliau meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya dan beristirahat sambil menunggu di tempat yang datar, sebab Mbah Atas Angin akan meneruskan perjalanannya kearah suatu tempat yang mengepulkan asap. Ternyata disitu ada sumber air panas dan Syekh Maulana Maghribi menyebutnya ‘Pancuran Pitu’ yang artinya sebuah sumber air panas yang mempunyai tujuh mata air. Setiap hari Syekh Maulana Maghribi mandi secara teratur di tempat itu, dengan begitu dia sembuh dari penyakit gatalnya. Sesudahnya beliau memanjatkan do’a syukur kehadirat Illahi serta mengucap syukur bahwasanya ia telah dikaruniai sembuh dari sakitnya yang telah sangat lama dideritanya. Setelah ia kembali ketempat dimana Haji Datuk menunggu, ia berkata : Saksikanlah, saya sekarang telah sembuh dari sakitku dan telah terhindar dari penderitaan.

Selanjutnya Dia mengganti nama Gunung Gora itu menjadi ‘Gunung Slamet’. Slamet dalam bahasa Jawa berarti aman. Selama Syekh Maulana Maghribi berobat di Pancuran Pitu, Haji Datuk tetap dan taat menunggu ditempat yang ditunjuk semula dan kepadanya diberi julukan ‘Haji Datuk Rusuladi’. Rusuladi artinya ‘Batur Yang Baik’ (Adi).
Dan konon kabarnya tempat tersebut oleh penduduk sekitarnya hingga kini disebut dengan ‘BATURRADEN’.

Diambil dariWong PWT

Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah Baturaden Purwokerto

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul Sejarah TMII (Taman Mini Indonesia Indah)

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur.
Area seluas kurang lebih 250 kilometer persegi.
Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana, tarian dan tradisi daerah.
Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota

ASAL USUL SEJARAH TMII
Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto—mempunyai gagasan membangun kawasan wisata Taman Mini “Indonesia Indah”.
Prakarsa itu diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.

Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8, Jakarta.
Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.

Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum.
Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek tersebut.

Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan.
Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.

Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar.
Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ± 100 hektar.
Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari.
Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.

Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambung.
Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan.
Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.

Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional:
masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.

Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah” diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto.

GAGASAN DAN SUMBER ILHAM
Tiada ketenaran tanpa awal gagasan dan karya yang mewujudkannya.
Ketenaran Taman Mini "Indonesia Indah" di seluruh Nusantara dan di berbagai bagian dunia, tidak dapat dilepaskan dari pangkal tolaknya yang berupa gagasan yang terdengarnya sederhana tetapi mengandung nilai yang sangat tinggi.

Gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, Indonesia.
Gagasan ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto.
Cita-cita ini diutarakan sebagai gagasan untuk mendirikan suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarlan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur.
Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no.8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.

Sebagai pemrakarsa, Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara) telah melihat jauh ke depan akan pentingnya menciptakan suatu bangunan miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya, kekayaan alam, kebudayaan dan kekayaan lainnya.
Bertekad cita-cita ini, dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

Prakarsa Ibu Negara ini bersumber pada kenyataan bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan di berbagai segi dan sumber.
Pulaunya yang berjumlah belasan ribu. kelompok etnisnya yang memiliki ciri-ciri khas masing-masing, dalam bahasa, adat istiadat, perilaku tutur kata dan sebagainya, serta sumber daya alamnya yang sangat kaya ini tidak terlepas dari pengamatan Ibu Negara untuk melahirkan gagasan yang mulia dan sangat bermanfaat bila terwujud.

FILSAFAT DAN ASAS PENDIRIAN
Tentulah ada asas-asas filsafat yang dijadikan landasan pendirian proyek miniatur ini.
Kekokohan hasil proyek ini terbentuk berkat filsafat yang berpangkal pada amanat-amanat Presiden Republik Indonesia yang pada intinya ialah keseimbangan usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan mental spiritual.
Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah".
Filsafat ini dijadikan pilihan landasan karena Ibu Negara sadar dan melihat bahwa pada awal pembangunan yang dilaksanakan pada akhir tahun 1960-an belum mendapatkan perhatian semestinya.
Karena kesadaran dan perhatian beliau inilah, beliau berprakarsa pelaksanaan pembangunan mental spiritual.

Secara lebih rinci ada lima aspek dan prospek yang dijadikan baik pijakan pembangunannya maupun pandangan dalam pengembangannya.
Kelimanya ini ialah spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi, ekonomi, dan kesejahteraan.
Pegangan teguh pada aspek dan prospek ini dapat dirasakan dan dilihat pada pengembangan yang telah berlangsung selama ini.

Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan tidak terlepas dari pandangan Presiden Soeharto.
Mengenai aspek dan prospek spiritual beliau menyatakan bahwa setiap usaha pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa pembangunan mental, spiritual, rohaniah dan sosial .
Mengenai pendidikan dan kebudayaan beliau mengungkapkan bahwa putra-putri harus menyiapkan diri sejak sekarang.
melatih diri dan mengasah otak belajar berorganisasi dan mulai membaktikan diri kepada masyarakat, mencintai alam dan bangsanya sendiri.
bangga kepada kebudayaannyan sendiri dan mau belajar hal-hal yang baik dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri, berusaha sendiri dan selalu ingin mengetahui hal-hal baru agar dapat maju, mencintai kerja dan berusaha mencapai prestasi yang tinggi .

Mengenai aspek dan prospek teknologi, kata-kata Neil Armstrong, angkasawan Amerika, manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan, a little step of a man, a giant step of mankind yang artinya langkah kecil manusia tetapi berupa loncatan raksasa kemanusiaan, merupakan dambaan dalam membangun dan mengembangkan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" ini.
Hanya dengan teknologi yang ditulang-punggungi ilmu, manusia dapat melangkah maju dalam mewujudkan keinginan peningkatan ke arah ekonomi dan kesejahteraannya.

Selanjutnya mengenai aspek dan prospek ekonomi, kata-kata Presiden Soeharto menjadi pegangannya.
Dikatakan oleh beliau bahwa,
"Pembangunan ekonomi berarti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui pananaman modal, penggunaan teknologi, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen" .
Aspek dan prospek ini tidak terlepas dari aspek dan prospek berikutnya, yaitu kesejahteraan.
Oleh Presiden Soeharto, dikatakan bahwa
"Cita-cita kita adalah suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, kita ingin kehidupan kita lebih baik, makin maju, bertambah sejahtera dan adil" .

Kelima aspek dan prospek tersebut saling berkait.
Kaitan inidalam pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah terlihat nyata bila kita melihat taman miniatur ini secara keseluruhannya.
Secara keseluruhan di sini melibatkan penglihatan kita terhadap wujud fisik, yang berupa bangunan, yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi, dan sarana dalam meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan, dan wujud program pergelaran yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi serta ekonomi dan kesejahteraan.
Jelaslah bahwa baik dari pandangan fisik maupun langkah operasional.
Proyek Miniatur ini erat berpegang pada aspek dan prospek pembangunannya.

Dengan filsafat ini sebagai landasan, ada sasaran yang ingin dijangkau oleh pendiri taman miniatur, yaitu meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengertian kepada bangsa-bangsa lain tentang Indonesia yang sebenarnya.
Ke dalam sendiri, jangkauan pelaksanaan proyek ini ialah terjadinya proses pendidikan dan peningkatan pengetahuan bangsa sendiri mengenai tanah airnya, sehingga terpupuklah rasa cinta kepada tanah airnya.
Inilah sebetulnya misi didirikannya taman miniatur ini.


ARTI TMII
Arti Taman Mini “Indonesia Indah”
adalah satu proyek untuk mencitrakan Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam bentuk mini, berupa sebuah taman di atas sebidang tanah yang menggambarkan Indonesia yang besar ke dalam penampilan yang kecil

Bangunan pokok berupa danau buatan dengan pulau-pulau yang menggambarkan wilayah Indonesia.
Kepulauan buatan tersebut merupakan bagian terpenting dari proyek ini dan disebut Miniatur Arsipel Indonesia.
Pulau-pulau dibangun secara geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti tinggi rendah daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan tumbuh-tumbuhannya terlihat seperti perwujudan sesungguhnya.

Danau kepulauan ini, berikut bangunan-bangunan khas daerah di sekitarnya, secara keseluruhan dinamakan Taman Mini “Indonesia Indah”.

VISI , MISI, DAN TUJUAN TMII
Visi proyek adalah menjadikan Taman Mini “Indonesia Indah” sebagai kawasan wisata budaya yang terkemuka.
Dengan visi tersebut, TMII menetapkan misinya sebagai wahana pelestarian, pengenalan, dan pengembangan budaya bangsa.
Oleh karena itu, sasaran pembangunannya tidak menitikberatkan pada keuntungan finansial melainkan pengembangkan kebudayaan nasional.

Maksud dan tujuan pembangunan Taman Mini “Indonesia Indah”:
* Membangun dan mempertebal rasa cinta bangsa dan tanah air.
* Memupuk serta membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
* Menghargai serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional Indonesia dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang.
* Memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan warisan bangsa kepada sesama anak bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia.
* Memanfaatkan untuk menarik wisatawan, dengan demikian meningkatkan kegiatan pariwisata, sarana promosi bagi tiap-tiap daerah di seluruh tanah air, dan menghidupkan kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung dan mengatur pemasarannya.
* Ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dengan mempersembahkan suatu tempat rekreasi yang bersifat pendidikan kepada masyarakat Indonesia.

URAIAN TENTANG LOGO DAN MASKOT TMII
Dalam rangka meningkatkan citra positif dan menambah daya tarik masyarakat, pada 26 September 2007 diluncurkan logo baru “tmii” sebagai brand name.

Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru, kuning, dan hijau, dengan pencitraan grafis huruf dan warna.
Merah melambangkan semangat,
biru mencitrakan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan,
kuning lambang kekayaan dan keragaman budaya,
dan hijau mengacu pada kekayaan alam.

Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk menggambarkan kedinamisan, keragaman budaya, dan kekayaan alam Indonesia.
Pewarnaan dari merah ”t” menuju ke kuning “i” mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya matahari,
warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari kedinamisan, dan
warna hijau adalah pencapaian dari sebuah kemakmuran.
Grafis bulatan yang berputar tiada henti di atas kedua huruf “i” melambangkan kesatuan makna dari kata “Indonesia” dan kata “Indah”,
serta melambangkan TMII sebagai tujuan terbaik untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan budaya dan alam Indonesia.

Maskot berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra—disingkat NITRA—nama lain Sang Hanoman.
Tokoh NITRA menjadi icon TMII dan berperan sebagai sarana pengenal yang mempunyai makna informatif agar mudah diingat dan lekat di hati.
Penggunaan maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bertepatan dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991.

Pemilihan tokoh NITRA didasarkan atas pertimbangan:
* NITRA berwujud kera putih yang perkasa, mempunyai kepribadian menonjol, seperti berjuang membela dan menegakkan kebenaran tanpa pamrih, mahir berdiplomasi sehingga dipercaya sebagai duta.
* NITRA memiliki berbagai kesaktian, sehingga mampu membasmi angkara murka dan membela kebenaran.
* NITRA merupakan kesayangan dewa yang dikaruniai usia sangat panjang sebagai pembina generasi selanjutnya.
* NITRA mempunyai watak yang dapat diteladani dan dapat menjadi sumber inspirasi yang menyatu dengan misi TMII sebagai wahana pelestarian, pengenalan dan pengembangan budaya, duta seni, serta mewariskan segala sesuatunya untuk generasi yang akan datang.
* NITRA mencerminkan budi luhur, diharapkan menjadi suri tauladan bagi generasi muda dan menjadi pilihan idola yang bersumber dari nilai budayanya sendiri.
* Visualisasi NITRA mengarah pada bentuk fisik yang disesuaikan agar menarik dan disenangi anak-anak, remaja, dan dewasa: ramah dan lucu tetapi mempesona.
* Sebagai maskot, NITRA dapat berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi, antara lain berwujud boneka, logo, ataupun produk cetak dan cenderamata sesuai kebutuhan.


BAGIAN BAGIAN TMII
ANJUNGAN DAERAH
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional.
Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki.
Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia.


BANGUNAN KEAGAMAAN
Bangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama di Indonesia.
Bangunan-bangunan keagamaan antara lain:

* Masjid Pangeran Diponegoro
* Gereja Katolik Santa Catharina
* Gereja Protestan Haleluya
* Pura Penataran Agung Kertabhumi
* Wihara Arya Dwipa Arama
* Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa
* Kuil Konghucu (tengah dibangun)

SARANA REKREASI
* Istana Anak-anak Indonesia
* Kereta gantung
* Perahu Angsa Arsipel Indonesia
* Taman Among Putro
* Taman Ria Atmaja
* Desa Wisata
* Kolam renang Snow Bay


TAMAN
Di TMII terdapat sepuluh macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia:
Spherical cage Bird Park.

* Taman Anggrek
* Taman Apotek Hidup
* Taman Kaktus
* Taman Melati
* Taman Bunga Keong Emas
* Akuarium Ikan Air Tawar
* Taman Bekisar
* Taman Burung
* Taman Ria Atmaja Park, panggung pagelaran musik
* Taman Budaya Tionghoa Indonesia (tengah dibangun)


MUSEUM
Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di Indonesia. Terdapat 14 museum di TMII:

* Museum Indonesia
* Museum Purna Bhakti Pertiwi
* Museum Keprajuritan
* Museum Perangko
* Museum Pusaka
* Museum Transportasi
* Museum Listrik dan Energi Baru
* Museum Telekomunikasi
* Museum Penerangan
* Museum Olahraga
* Museum Asmat
* Museum Satwa Indonesia Komodo dan Taman Reptil
* Museum Serangga
* Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
* Museum Minyak dan Gas Bumi
* Museum Timor Leste (bekas anjungan Timor Timur)

TEATER ATAU BIOSKOP
* Teater IMAX Keong Emas
Di Teater IMAX Keong Mas diputar berbagai film mulai dari film bertemakan lingkungan dan nusantara sampai film-film box office yang resolusinya diubah menjadi khusus untuk teater IMAX.
* Teater Tanah Airku
* Teater 4D

Official Website : TMII

Diambil dari TMII dan Wikipedia Indonesia
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah TMII (Taman Mini Indonesia Indah)

print halaman iniPrint halaman ini

Sejarah ANCOL (Taman Impian Jaya ANcol)

Sebagai kawasan wisata, Taman Impian Jaya Ancol ternyata sudah berdiri sejak abad ke-17.
Waktu itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Adriaan Valckenier, memiliki rumah peristirahatan sangat indah di tepi pantai.
Seiring perjalanan waktu, kawasan itu kemudian berkembang menjadi tempat wisata.

Sayangnya, ketika Perang Dunia II meletus disusul perang kemerdekaan, Ancol terlupakan.
Sungai Ciliwung secara leluasa menumpahkan air dan lumpurnya ke sana sehingga mengubah kawasan tersebut menjadi kotor, kumuh, dan berlumpur.
Kawasan yang semula cantik, berubah menjadi menyeramkan bagaikan ‘tempat jin buang anak’.

Lalu, muncul usulan agar kawasan itu difungsikan menjadi daerah industri.
Namun, usul itu ditolak mentah-mentah oleh Presiden Soekarno.
Malah, Bung Karno ingin membangun kawasan itu sebagai daerah wisata.
Lewat Keputusan Presiden pada akhir Desember 1965, Bung Karno memerintahkan kepada Gubernur DKI Jaya waktu itu, dr. Soemarno, sebagai pelaksana pembangunan proyek Taman Impian Jaya Ancol.
Proyek pembangunan ini baru terlaksana di bawah pimpinan Ali Sadikin yang ketika itu menjadi Gubernur Jakarta.
Pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya di bawah pimpinan Ir. Ciputra.

Sebagai salah satu lokasi tujuan wisata, nama Ancol bukan merupakan nama yang asing bagi warga kota Jakarta.
Kawasan wisata pantai yang memiliki beragam fasilitas hiburan ini juga telah dikenal sejak lama bahkan mungkin sebelum masa penjajahan Belanda.
Namun dengan berbagai keterbatasan informasi yang ada, sejarah kawasan ini baru diketahui sejalan dengan terbentuknya kota Batavia abad ke-17.

Secara umum posisi Ancol tidak menguntungkan karena merupakan dataran rendah yang dipenuhi rawa.
Meski demikian areal pantainya masih dianggap layak untuk dijadikan tempat tinggal karena letaknya yang landai dan dilindungi oleh gugusan kepulauan seribu, sehingga tidak memungkinkan dilanda amukan ombak laut Jawa.

Di lokasi pantai ini atau tepatnya diujung muara Ancol Vaart (sekarang kali Ancol), pemerintah kolonial Belanda pernah membangun sebuah benteng guna melindungi Batavia dari serangan musuh yang berasal dari laut (tidak ditemukan informasi mengenai tahun serta apakah lokasi benteng yang dimaksud sama dengan sisa benteng tua yang sekarang berada dalam kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol/Ancol Bay).

Selain sisa-sisa benteng, pantai Ancol juga memiliki sebuah bangunan tua bersejarah lain bernama Kelenteng An Xu Da Bo Gong Miao (sekarang Kelenteng Toapekong Ancol/Vihara Ancol.
Letaknya didalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol).
Klenteng ini diperkirakan dibangun tahun 1650 oleh para pengikut Armada Cheng Ho saat berlabuh di kawasan Jakarta.

Pesatnya perkembangan kota Batavia di abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18 membuat nama Ancol sebagai sebuah pantai yang terletak tidak jauh dari kota Batavia ikut terangkat.
Keindahan pantai Ancol yang terkenal sering dimanfaatkan sebagai lokasi peristirahatan oleh penduduk.

Seperti yang pernah diabadikan Johhanes Ranch dalam karya-karya lukisannya tentang Ancol, pada masa itu dengan mudah ditemukan banyak vila-vila peristirahatan berdiri di sekitar pantai ini, bahkan Gubernur Jendral Hindia Belanda Andriaan Valckneir disebut-sebut pernah memiliki tempat peristirahatan di lokasi ini

Sayang, seiring hancurnya iklim kota lama Batavia di akhir abad-18 akibat polusi dan berjangkitnya wabah penyakit, serta adanya eksodus warga Batavia ke wilayah kota baru Weltevreden membuat Ancol mulai ditinggalkan.
Kawasan berawa ini dikatakan sebagai salah satu daerah sumber penyebaran penyakit malaria yang terkenal dan memakan banyak korban jiwa saat itu.

Pada masa kekuasaan imperialisme Jepang dikisahkan, rawa-rawa sekitar Ancol sering dimanfaatkan sebagai ladang eksekusi dan tempat pemakaman warga eropa khususnya Belanda yang berani melawan Jepang
(beberapa sumber menuliskan setelah kekalahan Jepang oleh sekutu di perang dunia ke-II, makam-makam tersebut dibongkar dan dipindahkan ke lokasi pemakaman baru. Pemakaman ini sekarang dikenal dengan nama Everald Ancol atau Kuburan Belanda, terletak dalam kompleks Taman Impian Jaya Ancol).

Setelah peristiwa kemerdekaan negara Indonesia tepatnya tahun 1965, presiden pertama Indonesia Soekarno mencetuskan ide untuk mengangkat kembali pamor Ancol dengan menjadikannya sebagai sebuah sarana rekreasi bagi warga Jakarta. I
de ini sempat tertunda pelaksanaannya dan baru dapat diwujudkan saat pemerintahan Jakarta dijabat oleh Ali Sadikin, tahun 1966.
Diawali dengan hadirnya kawasan pantai Bina Ria Ancol yang terkenal dengan teater mobilnya di era 1970-an, kawasan Ancol terus menerus dibenahi.

Tahun 1984, sebuah arena permainan berteknologi tinggi bernama Dunia Fantasi mulai diperkenalkan guna melengkapi fasilitas-fasilitas yang telah ada lebih dulu.

Kini kawasan pantai Ancol tidak lagi dikenal sebagai kawasan terbelakang.
Namanya sudah berubah menjadi salah satu kawasan wisata dan hiburan terbaik yang ada di Jakarta.

Official Website :ANCOL

Diambil dari http://fotounik.net/sejarah-ancol/

Baca Selengkapnya::: - Sejarah ANCOL (Taman Impian Jaya ANcol)

print halaman iniPrint halaman ini

Sejarah Nusa Kambangan

Nusa Kambangan adalah nama sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia.
Pulau ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap dan tercatat dalam daftar pulau terluar Indonesia.
Untuk mencapai pulau ini orang harus menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan khusus yang di kelola oleh Departemen Kehakiman R.I.
yaitu dari Pelabuhan Sodong menyebrang ke Cilacap, Jawa Tengah selama kurang-lebih lima menit dan bersandar di Pelabuhan feri Wijayapura di Cilacap.
Feri penyebrangan khusus ini juga di nakhodai dan di awaki oleh Petugas Pemasyarakatan (pegawai LP), bukan dari Departemen Perhubungan, khusus untuk kepentingan transportasi pemindahan narapidana dan juga melayani kebutuhan tranportasi pegawai LP itu sendiri beserta keluarganya.

Pulau Kambangan, yang berstatus sebagai cagar alam, selain sering digunakan untuk latihan militer, juga merupakan habitat bagi pohon-pohon langka, namun banyak yang telah ditebang secara liar.
Saat ini yang tersisa kebanyakan adalah tumbuhan perdu, nipah, dan belukar.
Kayu plahlar (Dipterocarpus litoralis) yang hanya dapat ditemukan di pulau ini banyak dicuri karena setelah dikeringkan, mempunyai kualitas yang setara dengan kayu meranti dari Kalimantan.

Secara tradisional, penerus dinasti Kesultanan Mataram sering melakukan ritual di pulau ini dan menjadikannya sebagai "hutan ritual".
Di bagian barat pulau, di sebuah gua yang terletak di areal hutan bakau, ada semacam prasasti peninggalan zaman VOC.
Di ujung timur, di atas bukit karang, berdiri mercu suar Cimiring dan benteng kecil peninggalan Portugis.
Berbagai macam tumbuhan khas ritual budaya Jawa ditanam di sini.
Nusa Kambangan tercatat sebagai pertahanan terakhir dari tumbuhan wijayakusuma yang sejati.

Dari sinilah nama pulau ini berasal: Nusa Kembangan, yang berarti "pulau bunga-bungaan".

Istilah "Penjara Nusakambangan" adalah sebuah kerancuan dalam pengertian khalayak ramai.
Karena  Tidak ada satupun nama penjara atau Lapas yang ada di Indonesia ini yang bernama demikian.
Di Nusa Kambangan berdiri beberapa lembaga pemasyarakatan (Lapas atau LP) bertingkat keamanan tinggi di Indonesia.

Semula terdapat sembilan LP di Nusa Kambangan (untuk narapidana dan tahanan politik),
namun kini yang masih beroperasi hanya tinggal empat,
yaitu LP Batu (dibangun 1925),
LP Besi (dibangun 1929),
LP Kembang Kuning (tahun 1950),
dan LP Permisan (tertua, dibangun 1908).

Lima lainnya,
yaitu Nirbaya,
Karang Tengah,
Limus Buntu,
Karang Anyar,
dan Gleger, telah ditutup.
namun sekarang sudah dibangun untuk penjara khusus narkoba dan penjara terbuka serta penjara super maksimum security.

Wilayah selatan pulau menghadap langsung ke Samudera Hindia dengan pantai berkarangnya dan ombak besar.
Wilayah utara menghadap Cilacap dan dikelilingi kampung-kampung nelayan sepanjang hutan bakau, antara lain Kampung Laut dan Jojog.

Penghuni pulau hanya para narapidana dan pegawai LP beserta keluarganya, di bawah pengawasan Departemen Kehakiman dan Pemda Cilacap.
Keluar-masuk pulau ini harus memiliki izin khusus dengan prosedur tertentu.
Anak-anak para pegawai bersekolah di SD yang tersedia di dalam pulau.
Untuk meneruskan ke tingkat lanjutan (SMP, SMU, atau perguruan tinggi), mereka harus bersekolah di Cilacap atau kota lainnya di Pulau Jawa.


Dan MEnurut Mitos / dongeng yang ada,
Nusakambangan, jaman dahulunya adalah sebuah perahu, dan sewaktu - waktu entah kapan bisa tenggelam ke dalam laut.
dan menurut cerita jaman dahulu (dari nenek moyang),
Nusakambangan akan tenggelam jika sebuah "Pisang" dibeli dengan "Uang emas". hingga akhirnya nusakambangan menjadi sebuah pasar yang sangat rame.
namun itu hanya sebuah dongeng, tapi jika melihat perputaran jaman, bukan hal yang tak mungkin semua itu terjadi, karna semua memang bisa dibeli di negara Indonesia.


Diambil dari Wikipedia
Baca Selengkapnya::: - Sejarah Nusa Kambangan

print halaman iniPrint halaman ini

Sejarah Monas atau Monumen NAsional

Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.

Asal Usul SEjarah MOnumen Nasionla atau Monas
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949,
Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka.
Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.

Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955.
Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad.
Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria.
Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno.
Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni.
Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk.
Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik.

Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu.
Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.
Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar.
Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Pembangunan
Pembangunan terdiri atas tiga tahap.
Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama.
Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan.
Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional.
Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962.
Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober.
Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.

Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda.

Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah.
Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum.
Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.
Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka.

Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu
Lapangan Gambir,
Lapangan Ikada,
Lapangan Merdeka,
Lapangan Monas, dan Taman Monas.

Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga.


Rancangan Bangunan Tugu Monas
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni.
Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari.
Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.
Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia.
Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "lesung",
alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia.
Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.

Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas.
Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia.

Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro.
Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas.
Loket tiket berada di ujung terowongan.
Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.

Relief Sejarah Indonesia
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia.
Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara di masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit.
Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.
Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia,
terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia,
hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.

Museum Sejarah Nasional
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia.
Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama.
Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru.
Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia;
mulai masa pra sejarah,
masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit,
disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda.

Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru di masa pemerintahan Suharto.

Ruang KEmerdekaan
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater.
Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan.
Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia.
Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia.
Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas.
Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian.
Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam.
Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945 (merinding kalo dengerin langsung).

Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas.
Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan.
Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelataran Puncak Api Kemerdekaan
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah.
Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut.
Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat.
Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi.
Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta.
Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.

Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram.
Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.

Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.

Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.
Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah.
Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan.
Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan).
Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).

Meski Begitu Luas, dan Lumayan Jauh untuk menuju Pintu MAsuk Utama Ke depan Pintu Masuk Monas, Pemda Setempat telah menyediakan Kereta ANgkut yang gratis loh..jadi jangan takut untuk kecapean,,hehe,,

Diambil Dari Wikipedia Indonesia
Baca Selengkapnya::: - Sejarah Monas atau Monumen NAsional

print halaman iniPrint halaman ini

Asal Usul Sejarah Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.

ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
WAKTU DIDIRIKAN
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti
namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9
dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.

Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

Tahap Pembangunan Borobudur
* Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
* Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
* Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
* Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.

PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.

Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan

Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur

Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.

Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam.
Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.

Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Foto Pertama Candi Borobudur dari tahun 1873, bendera Belanda nampak pada stupa utama candi

PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur
mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp

walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.

Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam,
namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi dan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur,
Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu,
Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah

PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973
prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM
bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )

Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).

Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.

Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti tersebut di tanda tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
* 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
* 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
* 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
* 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
* 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
* 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
* 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
* 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
* 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
* 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
* 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
* 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.
Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
* 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO

ASAL USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.

Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.
Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.

Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut  Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.

Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M

Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.

Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan.
Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu.
menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit.
Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.

Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.

Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

PATUNG
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah

Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha

Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5
kelima mudra itu adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.

PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.

STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.

RELIEF
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.

Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma.
Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial),
tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat.
Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya,
tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala.
Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan

LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap )
yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu.
Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

JATAKA DAN AWADANA
Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga.
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

GANDAWYUHA
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

ARCA BUDDHA
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.

Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa.

Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).

Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana.

Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat,
dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha;
masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri

Sedikit Foto - Foto dari Candi Borobudur

















Diambil dari Wikipedia Indonesia & Scribd
Baca Selengkapnya::: - Asal Usul Sejarah Candi Borobudur

print halaman iniPrint halaman ini